Radit mengerjapkan matanya membiasakan cahaya yang masuk. Ia sangat mengenal ruangan ini. Ditolehnya kepala ke samping ternyata tidak ada seorang pun di sisinya. “Kamu sudah bangun?” tanya Bianca, masuk membawa nampan. Radit menatapnya sekilas lalu bangun dari tidurnya. Tanpa bicara ia segera mengenakan kembali jasnya. “Kamu boleh marah sama aku, tapi aku mohon jangan pergi.” Bianca menghapus air mata. Radit yang mendengar suara Bianca bergetar membuat emosinya mereda. Radit menatap Bianca yang berdiri beberapa langkah darinya. Ia terlalu lemah dengan wanita. “Apa yang kamu inginkan dariku?” tanya Radit. Bianca menatapnya lekat. Bibir tipis berwarna merah muda itu membentuk garis datar. Ada perasaan senang dan takut, terlebih saat Radit tidak sadarkan diri semalam. Bianca panik buka