Kini Gadis dan Adera sudah berada dalam bis, dengan wajah di tekuk Gadis terus membuang muka dari Adera.
"Gadis" panggil Adera yang duduk disampingnya. Namun Gadis sama sekali tidak bergeming. "Gadis, ayolah ... jangan menekuk terus wajahmu seperti belahan buku!" gerutu Adera mencoba mengganggu Gadis.
"Diam, lagipula kenapa kamu harus mengajakku ikut acara seperti ini sih?--"
"Aku tidak menyukainya" ucap Gadis dan Adera bersamaan.
Kening Gadis mengkerut mendengar ucapan Adera. "Aku juga tidak menyukainya, tapi jika aku diam di rumah ... aku bosan" jawab Adera. "Ayolah untuk hari ini saja, mari kita bersenang-senang"
Gadis kembali membuang mukanya, "Bersenang-senanglah sendirian!" ucap Gadis menempelkan earphone pada kedua telinganya.
Di dalam bis, semua bernyanyi bersama. Terlihat wajah mereka yang bahagia, kecuali Gadis dan Adera. Hingga akhirnya, Adera mengambil salah satu earphone dari telinga Gadis dan menempelkan pada telinganya.
"Suara mereka semua membuatku mual" ujar Adera, terlihat Gadis terkekeh mendengar ocehan Adera.
Mereka berdua berbagi earphone dan mendengarkan lagu yang sama, hingga keduanya tak sadar terlelap dalam perjalanan.
"Pssttt, kalian lihat mereka" ucap Midah pada anak-anak lain sambil menunjuk bangku yang ditempati Gadis dan Adera.
Kini beberapa pasang mata terlihat memperhatikan posisi Gadis dan Adera yang kepalanya saling menumpuk dengan mata terpejam. Mereka berdua sungguh menikmati tidurnya.
"Pantas saja, manusia satu ini tidak membuat ulah lagi di kelas. Ternyata sudah menemukan spesiesnya" ujar Dino tertawa.
"Apa mereka berpacaran? Lihatlah mereka berdua berbagi earphone" tunjuk Samantha, membuat semuanya terkekeh.
Namun disaat itu, mata Gadis dan Adera terbuka. Betapa kagetnya mereka saat melihat beberapa pasang mata yang kini memperhatikan.
"Oh tidak, sedang apa kepalamu diatas kepalaku!" pekik Gadis membenarkan posisi duduknya.
"Kepalamu terlebih dahulu yang bersandar pada pundaku!" bela Adera tak mau kalah.
"Cieeee~~~" sorakan itu terdengar begitu kompak di dalam bis.
***
Setelah melalui perjalanan selama lebih dari tiga jam setengah akhirnya bis yang dinaiki Gadis dan teman-teman lesnya tiba di Taman Impian Jaya Ancol. Sebenarnya ini bukan acara yang mewajibkan seluruh murid les untuk ikut, namun dalam surat tertera, jika tidak mengikuti acara ini maka harus tetap membayar. Tidak salah jika Gadis tak menginginkan terlibat dalam acara ini.
Seluruh anak-anak segera berhamburan keluar bis setelah Pak Kusuma memberikan pengumuman acara bebas untuk bermain dan kembali bertemu di bis jam enam sore nanti. Sungguh waktu yang cukup lama untuk mencoba semua wahana yang ada di Dufan.
Sedangkan Gadis? Ia berjalan sendirian. Lalu kemana perginya Adera?
Gadis mulai mengamati wahana permainan yang berada di hadapannya, beberapa badut menggodanya hingga membuat Gadis mengeluarkan kamera dari dalam tasnya dan mulai membidik satu-persatu moments menarik menurutnya.
Disaat Gadis tengah fokus memotret wahana komedi putar, tiba-tiba ia dikagetkan oleh wajah Adera yang muncul di depan kameranya.
"Wleeee~~" teriak Adera membuat wajah konyol saat Gadis tengah memfokuskan kameranya.
"Aihh s**t!!" pekik Gadis kesal, ia menjabak rambut Adera. "Sedang apa kamu disini! Bersenang-senang lah sendiri!" keluh Gadis, berjalan kembali.
Namun Adera tidak tinggal diam, ia terus mengikuti langkah kaki Gadis. "Hey, Gadis pemarah! Bagaimana jika kamu memotret dari atas sana?" teriak Adera menunjuk wahana bianglala.
Gadis terdiam sambil berpikir sejenak, namun tak lama langkah kakinya menuju wahana bianglala hingga terlihat guratan senyuman dari wajah Adera yang berlari mengikuti.
"Kenapa kamu mengikutiku!" keluh Gadis menaiki salah satu bianglala diikuti Adera dibelakangnya.
Adera tersenyum, "Aku yang memberikan ide ini!" jawabnya cuek.
Bianglala mulai berputar, dari sini terlihat keindahan kota Jakarta yang terus Gadis abadikan melalui lensa kameranya.
"Kamu menyukainya?" tanya Adera. Tanpa sadar Gadis mengangguk sambil tersenyum ke arah Adera. "Wah? Kamu tersenyum? Itu senyuman hanya untukku? Luar biasa!!" Adera bertepuk tangan kegirangan.
Gadis memutar bola matanya, "Berlebihan!" gumam Gadis memukul pundak Adera. "Sudah lama sekali aku tidak ketempat ini" ujar Gadis tiba-tiba.
Adera membetulkan posisi duduknya, ia merasa Gadis akan mulai bisa bicara dengannya.
"Hei, kenapa kamu terus mengangguku! Kenapa kamu tidak bersama teman-teman lainnya?" tanya Gadis.
Adera terkekeh, "Seharusnya itu pertanyaan untukmu sendiri! Apa jawabannya?" Adera malah balik bertanya.
"Aku tidak menyukai mereka!" jawab Gadis to the point.
Adera menjentikan jarinya, "Itu adalah jawaban ku juga!"
Gadis dibuat penasaran oleh Adera, pasalnya ia merasa jika dirinya dan Adera mempunyai persamaan. Ia menatap tajam Adera.
"Berhentilah menatapku seperti itu!" teriak Adera mendorong wajah Gadis. "Kamu tidak mempunyai teman? Aku juga. Kamu suka menyendiri? Aku juga. Kamu menyembunyikan sesuatu? Aku juga. Lalu apa salahnya jika aku merasa kita cocok untuk berteman?"
Gadis terdiam dengan semua jawaban Adera. Bagaimana bisa dia tau semuanya?
"Sudahlah berhenti berpikir, kita nikmati saja semua wahana disini" ujar Adera mengedipkan sebelah matanya.
"Cih, kamu membuatku ingin muntah!" kekeh Gadis.
Hem ... sepertinya Gadis sudah mulai terbiasa akan kehadiran Adera di dekatnya saat ini.
***
Terlihat dari sudut pantai Gadis dan Adera yang tertawa bahagia. Gadis yang tengah membuat istana pasir terus diganggu oleh kejahilan Adera.
"Adera!! Kamu merusak istanaku!" pekik Gadis menyingkirkan kaki Adera yang terus menginjak istana pasirnya.
"Mana ada istana berbentuk rumah Patrick?" cibir Adera, membuat Gadis tertawa dibuatnya.
"Oh tidak! Rumah milik Patrick hanya gunungan saja, apa kamu tidak lihat jika istana pasirku lebih bagus!" jawab Gadis tidak terima. "Pergilah!!" usir Gadis.
Adera tersenyum, kemudian ia berjalan meninggalkan Gadis yang masih membangun istana sesuai ekspektasinya sendiri.
Hingga tidak lama Adera kembali, ia menempelkan ice cream pada pipi Gadis.
"Hey bersikaplah dewasa! Apa kamu lupa akan umurmu?" ujar Gadis.
"Jujurlah, jika kamu begitu menyukai ice cream!" balas Adera memberikan ice cream pada Gadis.
Dengan kasar Gadis menerima ice cream pemberian Adera. "Ya sudah kamu memaksaku" jawab Gadis segera menjilati ice miliknya.
Adera terkekeh, "Hey, kapan aku memaksamu, hah?" ujarnya mengacak-acak rambut Gadis.
Sambil menikmati ice cream akhirnya mereka berdua berjalan menyusuri pantai menuju tempat bis diparkir karena waktu sudah menunjukkan pukul enam.
***
Suasana dalam bis menuju Bandung kembali ramai oleh nyanyian anak-anak lainnya. Mereka sepertinya tidak kenal lelah akan seharian bermain di Dufan.
Tiba-tiba Pak Kusuma memanggil nama Gadis dan menyuruhnya untuk bergantian tempat duduk dengan Bunga yang mendapatkan tempat duduk paling belakang, ternyata ia mabuk darat.
Disaat Gadis mengambil tasnya yang berada di samping Adera, tiba-tiba tangannya ditarik paksa oleh Adera membuat Gadis kembali duduk.
"Duduk disini, sebentar saja" bisik Adera, menaruh kepalanya pada pundak Gadis.
Gadis terdiam membeku saat ini. Entah apa yang ada dipikirannya sekarang.
"Jangan pindah" pinta Adera lemah, Gadis melirik pelan, ia memastikan jika Adera baik-baik saja.
"Kamu sakit?" tanya Gadis.
"Tidak, aku butuh istirahat saja" jawab Adera pelan.
Secara refleks Gadis menyentuh kening Adera. "Badanmu panas! Ini sakit namanya!" bentak Gadis bangkit meninggalkan Adera.
"Haiss ... wanita itu sama sekali tidak memperdulikan ku" gerutu Adera kesal.
Namun tak selang beberapa lama, Gadis kembali dengan membawa minyak kayu putih di tangannya. Ia menarik kerah baju Adera paksa. "Kenapa tidak pakai kaos dalam sih? Angin pantai itu jahat!" tegur Gadis mengolesi leher Adera dengan minyak kayu putih.
Adera tersenyum mendapati sikap Gadis yang menjadi peduli padanya. Tanpa menjawab ucapan Gadis, Adera hanya menikmati sentuhan yang diberikan Gadis meskipun terasa begitu kasar.
"Tidurlah, jangan banyak bicara lagi. Aku akan duduk disini!" ujar Gadis.
"Terimakasih" ucap Adera menatap Gadis.
"Berhentilah memasang wajah seperti itu!" bentak Gadis, lagi-lagi Adera hanya tersenyum.
***