Gadis segera melipat surat yang diberikan guru pembimbing di tempat lesnya. Ia tidak menyukai isinya, untuk apa diberikan pada mama?
Adera melihat Gadis yang membuang surat pemberitahuan itu dengan sengaja. Ia tersenyum, otaknya kini tengah merencanakan sesuatu.
"Gadis!" panggil Adera mengejar Gadis yang sudah berjalan keluar ruangan. "Astaga, wanita ini selalu berpura-pura tuli!" ucapnya kesal.
Gadis menghentikan langkah kakinya, itu membuat Adera tak sengaja menabraknya. "Kok malah berhenti? Kan jadinya nabrak" Adera tertawa renyah. "Kita ulang sekali lagi ya adegan tabrak nya barusan?" pinta Adera menaik turunkan alisnya.
Dengan ekspresi datar, Gadis menahan wajah Adera dengan telapak tangannya. "Apa yang mau kamu lakukan lagi?" tanya Gadis, ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak menarik rambut Adera.
"Aku antar kamu pulang ya?" tawarnya.
Gadis membalikkan tubuhnya, "Aku dijemput! Pergilah!"
Adera kembali menyamakan langkah kakinya dengan Gadis. "Emh ... kamu berbohong, aku dengar jika mama kamu tidak bisa jemput kan?"
Gadis mengepalkan tangannya, "Kamu menguping ya!"
Adera menahan tangan Gadis yang sudah berada di depan matanya, "Aku tidak menguping, itu terdengar karena posisinya aku berada di belakang mu" dalih Adera menarik tangan Gadis lalu menepuk-nepuk pelan. "Gadis baik, ayo kita pulang" ajak Adera menarik tangan Gadis menuju parkiran.
"Ini pertama dan terakhir aku pulang bersamamu!" ucap Gadis menaiki motor Adera.
Adera terkekeh, "Iya tentu saja, karena besok-besok aku akan antar jemput kamu, bukan hanya mengantar pulang saja" sela Adera begitu percaya diri.
Gadis mendecakan mulutnya, "Hih ... percaya diri sekali!" gumamnya yang hampir terperanjat karena Adera tiba-tiba menjalankan motornya tanpa aba-aba.
***
Gadis turun dari motor Adera, tanpa basa-basi ia melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah. Namun tangannya ditahan oleh Adera.
"Acara itu apa kamu akan ikut?" tanya Adera membuka kaca helmnya.
Gadis melirik Adera, ia menaikan sebelah bibirnya. "Itu sama sekali tidak menarik, tentu saja aku tidak akan ikut" jawab Gadis, menarik tangannya dari cengkraman Adera. "Kamu menunggu apa lagi? Silahkan pulang" usir Gadis.
"Kamu belum mengucapkan terimakasih padaku! Aku tidak akan pulang!" ancam Adera melepaskan helmnya, sambil mengerucutkan bibirnya.
'Apa-apaan dia ini? Kenapa memasang wajah menggemaskan seperti itu?' batin Gadis. "Ya ... ya ... terimakasih, pulanglah!!" Gadis mengambil helm Adera dan meletakkan pada kepalanya lalu memukul nya kencang. "Pulanglah!!"
"Astaga! Kasar sekali wanita ini!!" gerutu Adera.
Disaat mereka berdua masih berbincang di depan pagar rumah Gadis, Langit yang baru saja pulang futsal melihatnya.
"Gadisku!!" teriak Langit melambaikan tangannya, membuat Gadis dan Adera menatapnya bersamaan. Langit berlari menuju rumah Gadis.
"Auhhh" ucap Langit mengacak-acak poni Gadis, "Aku mencari mu, dari mana?" tanya Langit seolah melupakan sosok Adera yang berada di hadapan Gadis.
'Siapa laki-laki ini? Kenapa begitu dekat dengan Gadis galak?' Adera malah menatap Langit dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Gadis menepak lengan Langit yang terus mengacak-acak rambutnya. "Hey! Diam lah!!" teriak Gadis kesal.
Langit tertawa melihat ekspresi Gadis. "Dia siapa?"
Adera mengerutkan keningnya, "Kamu? Kamu bertanya siapa aku, hah?"
"Argh ... pulanglah kalian berdua!!" usir Gadis mendorong tubuh Langit menjauh darinya. Lalu ia bergegas masuk ke dalam rumah hingga tersisa Langit dan Adera yang saling bertatapan.
"Apa?" tanya Adera.
"Kamu yang apa? Kenapa melihatku seperti itu, Hah? Pulanglah sana!!" usir Langit lagi.
"Kamu yang melihatku terlebih dulu!! Jadi pulanglah lebih dulu!!" balas Adera tak mau kalah.
"Kamu saja duluan!" balas Langit.
"Tidak! Kamu saja! Atau dalam hitungan ke tiga kita meninggalkan tempat ini"
"Setuju!" jawab Langit.
Kini keduanya terlihat seperti orang bodoh. Mereka menyepakati dalam hitungan ketiga meninggalkan rumah Gadis. Benar saja, dalam hitungan ketiga keduanya lenyap.
***
"Gadis, katanya tempat les kamu ada acara?" tanya Mama bertanya pada Gadis yang sibuk menekan-nekan remote TV.
"Acara tidak penting Ma" jawab Gadis tanpa memalingkan pandangannya dari layar televisi.
Mama datang menghampiri Gadis dengan membawa satu keranjang popcorn. "Terserah padamu" ucap Mama, Gadis tersenyum lalu duduk bersandar pada sang mama.
Tak lama setelah itu, terdengar bel yang terus saja berbunyi. "Siapa yang datang sepagi ini?" tanya Mama bangkit dari sofa dan berjalan untuk membukakan pintu. "Ya ... tunggu sebentar!" teriak mama.
Saat pintu dibuka terlihat sosok Adera yang tersenyum ke arah mama Gadis. "Pagi Tante" sapa Adera.
"Pagi, ada apa kamu datang sepagi ini?" tanya mama heran. "Bukankah ini hari libur?"
"Emh, Gadis ada? Begini Tante, Adera kesini untuk menjemput Gadis. Ia harus mengikuti acara ini, kalo tidak ... nilai les Gadis tidak akan dikeluarkan, ini bahaya Tante untuk kelangsungan hidup Gadis kedepannya" celoteh Adera, seperti orang benar.
"Apa? Ini berpengaruh pada nilai Gadis? Oh tidak, anak itu harus segera berangkat. Gadisss!!" teriak sang mama masuk ke dalam.
Terlihat senyuman dari bibi Adera saat ini, ia terus berdoa jika rencananya ini akan berhasil.
"Ayo cepat bersiap-siap!! Kamu harus berangkat mengikuti acara tempat les mu itu" paksa mama menarik lengan Gadis agar segera bangkit.
"Ma ... Gadis gak mau ikut!! Gadis gak suka!" tolaknya menahan sekuat tenaga.
"Nilai mu nanti tidak akan keluar! Jadi cepat bergegaslah!!"
"Semuanya sudah pada berangkat Ma, Gadis sudah terlambat" ucap Gadis memberikan alasan yang masuk diakal.
"Tidak, kamu belum terlambat. Aku akan mengantarmu" suara Adera tiba-tiba ikut campur.
Gadis membelalakkan matanya, "Hey kamu! Bagaimana bisa ada di sini?"
"Ayo Gadis, jika tidak nilai mu tidak akan keluar" tambah Adera lagi, kini sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Ma, dia berbohong! Acara ini tidak wajib!" tunjuk Gadis pada Adera.
"Ohh ... tidakkah kamu memberikan surat itu pada Mama? Ckckk ... jail sekali kamu ini" Adera menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Hey!!" teriak Gadis yang akhirnya pasrah dirinya ditarik paksa oleh sang mama masuk ke dalam kamar.
"Tidak perlu terburu-buru Gadis, aku menunggumu disini!" teriak Adera bahagia.
***