3. Persiapan

1006 Kata
Seperti yang dijanjikan oleh Profesor Chiko semalam, usai sarapan kelima peneliti itu berjalan-jalan mengitari kawasan laboratorium yang memiliki luas kurang lebih sekitar lima hektar. Mereka harus mengenal tempat itu dengan baik karena akan tinggal lama di sana Kawasan laboratorium itu mendapat penjajagaan dan pengamanan yang ketat karena dibentengi dengan kokoh. Kamera CCTV pun tersebar dimana-mana. Orang asing tak akan bisa masuk sembarangan. Mereka yang tak berkepentingan dilarang ke sana. Kalau pun ada tamu harus membuat janji terlebih dahulu dan di gerbang depan mereka akan diperiksa identitas serta sidik jari. Profesor Chiko membangunnya sedemikian rupa guna melindungi segala aset yang ada di dalamnya. Tempat penelitian ini merupakan lambang dari kejayaannya sebagai seorang profesor. Kelimanya memilih menggunakan sepeda, sekalian berolahraga. Jika berjalan kaki maka akan sangat memakan waktu. Di sana terdapat taman yang indah yang memanjakan mata mereka. Profesor Chiko sengaja membangun taman agar para penghuni betah berada di sana. Apalagi bagi seorang peneliti, berada di ruangan selama dua puluh empat jam tentu membuat mata menjadi lelah. Hari ini mereka akan mulai bekerja sehingga harus me-manage waktu dengan baik. Jalan-jalan santainya dapat dilakukan jika hari libur. Fokus utama mereka adalah proyek pembuatan Vaksin Kapido yang harus segera dimulai karena pemerintah sedang menunggu. Ratusan juta penduduk membutuhkannya, bahkan miliaran, karena vaksin itu nantinya akan didistribusikan ke luar negeri. "Luas sekali tempat ini." Profesor Amanda Taro terkagum-kagum. Ia betah tinggal di gedung yang memiliki banyak lahan terbuka serta ditumbuhi banyak pepohonan. Selain udara terasa segar, pemandangan hijau sangat baik untuk penglihatannya. "Anda hebat sekali memilih tempat ini." Profesor Gerry Bell pun memberikan pujiannya. Tentu saja, tempat-tempat terpencil sangat cocok untuk lokasi laboratorium. "Alhamdulillah, laboratorium ini bisa dibangun karena kerjasama dari berbagai pihak, selama bertugas di sini banyak penelitian yang berhasil saya lakukan." Profesor Chiko sangat bersyukur karena ia bisa meraih banyak kesuksesan dan proyek penelitian kali ini diharapkan akan berhasil seperti yang sudaha-sudah. Menciptakan vaksin baru untuk penyakit baru memang bukanlah hal yang mudah namun, didukung dengan tim hebat maka ia optimis bisa melakukannya dengan baik. Melalui proyek ini, reputasinya sedang dipertaruhkan. Sukses artinya ia akan mendapatkan penghargaan dari berbagai pihak, sebaliknya jika ia gagal maka nama baiknya tercoreng dan bersiap kehilangan segalanya. Sungguh besar resiko yang akan ia hadapi. Suasana laboratorium di pagi hari tak semenakutkan tadi malam karena di sana banyak petugas kebersihan dan juga para staf lainnya yang mulai masuk kerja. Di tempat ini juga beberapa orang dokter bekerja untuk profesor Chiko. Para mahasiswa pun banyak yang magang. Setelah berkeliling selama dua jam, akhirnya mereka pun kembali ke ruang pribadi masing-masing untuk mandi dan beganti pakaian, sebelum akhirnya berkumpul di sebuah ruang rapat untuk memulai pekerjaan mereka. *** Profesor Chiko besama Timnya mulai berada di ruang rapai untuk berdiskusi membahas Penyakit Kapido. Mereka semua sudah terlihat rapi memakai jas lab warna putih. Sebagai pimpinan Profesor Chiko memaparkan berbagai temuannya. Sejak kemunculan penyakit mematikan itu, ia langsung mencari berbagai informasi dan banyak berdiskusi dengan profesor lain dari berbagai penjuru dunia. Langkah pertama yang akan dilakukan untuk pembuatan vaksin ini adalah studi prakilinis. Sebetulnya sejak awal kemunculan penyakit ini, profesor jenius itu telah melakukannya. Sekarang ini ia hanya butuh untuk mengulang kembali sehingga pekerjaannya tak akan terlalu berat. Bukan hanya dirinya yang sudah mencoba, empat profesor lainnya pun telah melakukan penelitian hal yang sama di tempat masing-masing. "Bagaimana perkembangan penyakit ini di negara kalian masing-masing?" Profesor Chiko membutuhkan informasi terkait wabah yang mendunia itu. "Sungguh sangat menakutkan, serangannya luar biasa cepat." Profesor Antonio Twisto terlihat sedih. Bayangan akan korban yang memenuhi isi rumah sakit kembali memenuhi kepalanya. "Hampir setiap hari ada yang meninggal. Seminggu yang lalu paman saya meninggal karenanya, " lanjut Profesor Antonio Twisto masih terlihat sedih. Beberaoa anggota keluarganya telah menjadi korban keganasan virus itu. "Saya turut berduka." Profesor Chiko pun turut berduka. "Dan ini adalah berkas penelitian kami." Profesor Gerry Bell memberikan setumpuk laporan milik mereka. "Bagus. laporan ini akan dijadikan sebagai arsip perpustakaan." Profesor Chiko puas dengan pekerjaan rekan satu timnya yang rapi. "Masing-masing dari kalian bisa mempresentasikannya sekarang." Sang Profesor mempersilahkannya. Kasus Kapido di Negera Indoland Serikat nantinya akan dipresentasikan oleh Profesor Asep Sikasep. Mereka pun bersiap untuk presentasi mengungkapkan temuannya. Setelah seharian penuh berdiskusi panjang akhirnya usai sudah pembicaraan mereka. Masing-masing diberikan sebuah ruangan kerja khusus. Meskipun nantinya mereka akan bekerjasama. Mereka butuh ruang pribadi sebab pekerjaan mereka bukan pekerjaan sembarangan karena membutuhkan konsentrasi yang tinggi. "Terima kasih banyak, saya suka ruangan ini." Profesor Antonio Twisto sangat menyukainya. "Kalau Anda semua butuh bantuan jangan sungkan. Ada banyak asisten di tempat ini dan mereka akan dengan senang hati membantu Anda." Profesor Chiko berusaha membuat rekan satu timnya betah. Mereka harus bekerja sama agar tujuan segera dicapai. Untuk itu butuh fasilitas dan oelayanan terbaik guna menunjang kinerja mereka. "Terima kasih banyak, Prof." Profesor Asep sangat senang dengan pelayanan Profesor Chiko yang ramah. Berbagai persiapan dilakukan untuk memulai pekerjaan mereka. Besok pun akan kembali dilakukan diskusi terakhir sebelum mereka terjun masuk lab. *** Satu bulan kemudian Akhirnya vaksin yang telah dibuatnya akan segera diujicobakan secara klinis. Uji Klinis tahap satu diagendakan esok hari. "Saya sangat cemas." Profesor Chiko menunjukan kekhawatiran akan kegagalan vaksin buatannya, meski ini bukan kali pertama ia menciptakan vaksin dan obat-obatan. "Tenang saja atuh Prof, kita teh harus optimis jika penelitian kita akan sukses." Profesor Asep mencoba untuk menenangkan rekannya. "Yes. Kita harus positif thinking." Profesor Gerry Ball setuju dengan ucapan Profesor Asep. Usai makan malam Profesor Chiko langsung masuk kamar. Ia butuh istirahat yang cukup untuk acara esok hari dimana akan kedatangan para sukarelawan yang bersedia dijadikan sample penelitiannya. Pun dengan Profesor Asep Sikasep yang selama sebulan ini menjadi partner tidur Profesor Chiko. Pria itu tak bisa mengubah kebiasaan konyolnya. Terkadang Profoser Chiko merasa horor menghadapinya. Setiap pagi ia menemukan dirinya ada dalam pelukannya. Walau sudah diperingati tetap saja beralasan tidak sengaja. Rekan satu tim mereka sudah tahu akan tingkah konyolnya dan mereka menganggapnya sebagai hiburan. Di balik kejeniusan para profesor terkenal itu, ternyata menyimpan cerita aneh dan konyol yang tak diketahui publik. Ia memang akan merahasiakannya terus dan jangan sampai rekan-rekannya yang lain mengetahui perbuatan Profesor asal Bandung tersebut. *** Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN