Tak pedulikan panggilan mamanya, Agas tetap melangkah, menaiki anak tangga. Detik selanjutnya, Lia mendesah kasar dengan tangan yang memijat pelipis. Dari dulu, Agas selalu nggak mau nuruti apa maunya. Milly yang duduk di depannya, menelan ludah yang tercekat. Ia menarik nafas dalam, mengumpulkan segala keberaniannya untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan selanjutnya. Sadar diri, masalah ini berasal dari dia. “Tante,” panggilnya, menatap wajah wanita di depannya ini dengan wajah takut. “Uumm, maaf—” “Kamu pulang dulu aja. Besok, kita bicara lagi.” Sahut Lia cepat, memotong kalimat Milly yang belum selesai. Kedua mata Milly melotot, cukup terkejut mendengar sahutan Lia. Sekarang ia bingung mau bagaimana. Terlebih, Lia beranjak tanpa kata lagi, melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan