Episode 1 : Kejadian Tak Terduga

1173 Kata
Kicauan burung sudah ramai saling bersahutan, tak kalah dengan kupu-kupu ramai beterbangan berebut hinggap di bunga - bunga yang mulai bermekaran. Matahari mulai akan menampakan keperkasaannya menyinari dunia ini, Pagi hari buta di sebuah perdesaan dekat kaki gunung. Cuaca yang cerah nan suhu yang dingin membuat orang malas bergerak, namun cuaca dan suasana apapun tidak pernah menyurutkan semangat keluarga Pak Azwar. Ia seorang petani yang bekerja di sawah orang lain. Pagi buta begini lah Ia sudah berangkat ke sawah dengan segala perbekalan yang lengkap dari sang istri. Azwar berjalan penuh energi, ia akan menggarap sawah milik Pak Kades di desanya yang sekarang sedang panen. Di tengah jalan tak jarang banyak tetangga yang masih di dalam rumah menyapa nya. "Pagi-pagi begini sudah berangkat Pak, wah rajin sekali. Coba saja suami ku seperti Pak Azwar ini" Sahut Bu Patia. " Ah, biasa aja, karena kalo siang kan panas Bu, jadi selagi pagi mending berangkat sekarang, biar cepat selesai. juga hehe. Mari bu!" Pak Azwar melanjutkan langkahnya. Setiba disawah, hanya ada satu atau dua orang saja yang sudah menggarap. "Eh Pak, sudah kesawah jam segini" "Iyah ni, kejar target" jawab salah seorang. "Pak Azwar, masih setia menggarap sawah Pak Kades nih" "Ah, saya mah sawah siapa saja yang penting ada pekerjaan. Maklum lah orang ga punya, coba kalo punya sawah sendiri, mungkin yang digarap bukan sawah oranglain lagi " Yang lain tertawa kecil. Iya, Pak Azwar dan sekeluarga adalah salahsatu orang yang kurang mampu Namun ia tetap gigih bekerja apapun, termasuk menggarap sawah yang memang sudah musim panen. Biasa nya ia ke hutan mencari kayu bakar lalu di jual, atau membuat anyaman bersama istrinya dari bambu dan di jual kepasar, apapun di lakukan agar mendapat kan uang untuk makan. Kedua pasangan ini mempunyai anak semata wayang bernama Sarah yang kini berusia 25 tahun. Ia tidak sekolah, bagaimana bisa ia sekolah jika keadaan orangtuanya pun demikian adanya, sangat kekurangan. Untuk makan saja ayah nya yang tak lain Azwar harus bekerja banting tulang dari pagi hingga sore dan yang di dapati nya pun tidak seberapa. Namun di balik itu semua, ibunya Fatimah, senantiasa mengajari Sarah hal - hal tentang kehidupan, tentang nilai - nilai agama dan sosial. Gadis ini pun sangat cantik dengan kulit nya yang kuning langsat membuat ia semakin jelita. Tak jarang ada pemuda yang mendaki sering bertamu ke rumah hanya untuk sekedar ingin bertemu Sarah dengan berbagai alasan, yang kehausan kehabisan air minum lah, ada yang nyasar lah dan lain-lain dan tak satupun mampu menarik perhatian Sarah juga. Hingga suatu ketika Fatimah, sang ibu sedang di dapur menyiapkan makan siang untuk suaminya di sawah karena bekal yang di bawa hanya untuk sekali makan saja. Ia memanggil Sarah, dan Sarah segera memghampirinya. "Iya Bu!" "Kamu anterin ini yah untuk ayah mu, ibu sedang tidak enak badan hari ini" "Oh, ya sudah sini Bu. Biar Sarah aja yang kesawah. Ibu istirahat ya." Tak banyak basa basi lagi ia segera menuju ke sawah. Di tengah perjalanan, masih di jalan setapak Sarah melihat segerombolan pemuda dengan setelan layak nya ninja sedang menuju ke arah nya. Perasaan tidak karuan pun menyelimuti Sarah, ia dag dig dug sekali. Ingin mundur putar arah tapi sudah terlambat, dua orang dari belakang langsung membekap wajah gadis ayu ini dan terasa kedua tangan Sarah di ikat ke belakang. "Aarhggghhh Tolonnnnnng..." Sarah terus mengamuk dan teriak meminta tolong. Namun tak ada yang mendengar. Sepi. Terus berteriak pun tak ada hasil, disana sangat jauh ke rumah warga, kesawah pun masih lumayan jauh. "Hahahaaaha. Gadis cantik, ikut kita yah, kita akan bersenang-senang Hahahahh. "Salah satu pemuda dengan gemas nya mencubit pelan pipi Sarah, ia pun membalikkan wajah sekilat mungkin. Cuiihhh..... "Siapa kalian Hah. lepas kan Tolongg lepaskan... " Sarah meludahi pemuda tersebut. Namun mereka emang dasarnya penjahat, melihat Sarah yang terus melawan malah semakin membuat mereka gemas dan terus tertawa bahagia dengan tangkapannya. "Pasti bos senang kita bawakan gadis cantik ini " kata salah seorang pemuda. Para penculik ini sekitar 5 orang segera membawa Sarah yang terus bergerak melawan ke arah hutan. Salah satu dari mereka ada yang menusukkan sesuatu ke pundak si gadis hingga kurang lebih 5 menit kemudian Sarah pun melemah dan tak sadarkan diri. *** Begitulah nasib sang gadis yang tak berdosa ini, entah mereka mau kemana yang jelas sang ayah yang sudah sedari tadi menunggu pun sudah mulai kelaparan. "Pak Azwar sini makan siang bareng kita saja disini " ucap salah seorang petani juga. "Iya makasih banyak nih atas tawarannya tapi saya juga biasa nya di anterin makanan kok" "Oh, engga bawa makan sekalian pak?" "Engga, tadi pagi istriku lagi sakit. jadi bawa seadanyan saja. Dia bilang bakal di bawa in nanti buat makan siang, tapi kurang tau juga nih belum ada tanda - tandanya" "Ya sudah dari pada lapar pak sini bareng saja disini" Ajak lagi salah satu petani teman Pak Azwar. Ia pun akhirnya bersedia makan siang bersama patner nya itu. Matahari sudah mulai condong ke barat yanh artinya hari sudah mulai sore. Peluh keringat sudah membasahi tubuh para petani yang sudah saat nya mereka pulang menyudahi kegiatannya. Begitupun Azwar saat itu sudah berjalan pulang. "Bu. . bu..." "Iya. Sini biar barang nya ibu bawain. Ayah cepat mandi saja." Fatimah segera menyambut kedatangan suaminya. "Minta air minum dulu Bu" tak lama kemudian air minum itu sudah membasahi tenggorokan Azwar. "Oh iya bu, tadi katanya janji mau bawain bekal buat ayah, di tungguin malah engga ada. " "Apa? Tadi udah di anterin sama Sarah Yah, oh iya mana Sarah, kok engga pulang bareng sih" "Sarah? engga ada Bu... Sarah engga kesawah. Ayah sampe makan bareng Pak Encep tadi" "Astagfirullah, ayah, tadi Sarah pergi kesawah kok. kemana dia. Aduhh.... gimana ini Yah, kemana dia? kemana anak kita?" Fatimah mulai gelisah. "Ya ayah juga ga tau, ya sudah kita tunggu, mungkin dia main sama temannya." "Aduh ayah ini gimana sih, teman yang mana... Sarah kan anak nya jarang main. Teman nya ya siapa lagi kalau bukan si Rani tetangga sebelah. Tapi dia dari tadi ada di rumah kok" "Ya sudah, ibu tenang dulu oke tenang, ayah mau mandi dulu bersih - bersih." "Aduh Yah, gimana ini" "Iyah, tenang dulu ayah mau mandi dulu. Habis itu kita cari Sarah." Azwar tak banyak basabasi segara mandi menbersihkan badan. Sedang Fatimah sang istri mengatur nafas nya yang tak karuan, seperti orang yang abis lari jauh. Gelisah dan khawatir karena anak satu-satunya tiba-tiba saja menghilang. "Ayo Yah. kita cari anak kita." Suami istri itu pun memulai pencarian dengan menanyai satu persatu tetangga dan siapapun yang mereka temui di jalan. Nihil. Tak ada satupun yang memberi info tentang anaknya, semuanya tidak tahu menahu. Sehari, dua hari tiga hari Sarah pun tak ada kabar berita apa-apa. Fatimah sudah sakit terus memikirkan nasib anaknya. "Dimana ya anak kita ayah, dia makan apa, sudah mati atau masih hidup, apa yang menimpa dia" Suara nya semakin lemas. "Sabar, istigfar Bu. kita saat ini hanya bisa berdoa" Ya, kurang lebih begitulah kondisi kedua orang tua Sarah yang semakin lama menyerah untuk mencari keberadaan anak nya, keterbatasan ekonomi membuat mereka tidak mendapat banyak bantuan. *** Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN