Bak tanaman yang tidak di siram berhari-hari, layu tidak hijau, tidak sehat, tidak segar dan mengkhawatirkan, begitulah orangtuan yang tiba-tiba kehilangan sang anak semata wayang.
"Sudah lapor polisi Pak?" Tanya Pak Abud, salah satu tetangga yang berkunjung.
"Polisi harus ada yang menggerakan Pak, nah itu yang kami tak punya." Jelas Pak Azwar pelan, yang dimaksud adalah uang, bagaimana cara membayar polisi nya, untuk sehari-hari saja masih kekurangan bahkan pernah seharian tak makan apapun selain umbi dari hutan.
"Iya juga si Pak. Terus sekarang bagaimana cara menemukan Sarah Pak?"
"Biar kami relawan mencari lagi ke hutan sana ya Bapak-bapak. Bagaimana, apa kalian bersedia?" Tanya Pak Kades yang saat itu juga berkunjung setelah mendengar kabar hilangnya Sarah. Pak Kades merasa kehilangan Azwar sebagai pegawai nya yang biasa selalu bersemangat saat bekerja, jarang sekali mendengarnya mengeluh.
"Setuju Pak kades. Pak Azwar tenang saja, kami sebagian warga akan membantu mencari Sarah ikhlas Pak, tidak usah memberi imbalan apapun."
" Iya betul.."
"Betul Pak"
"Iya, Pak Azwar dan Bu Fatimah tenang saja. Bantu dengan Doa"
"Jadi kita akan mencari Sarah dengan berpencar agar setiap sudut area terjelajah, setiap arah tertentu boleh maksimal nya 5 orang yang mencari." Terang Pak Kades lagi.
Satu persatu warga yang berkunjung saling mengiyakan.
"Terimakasih banyak Bapak-bapak. Saya tidak tahu harus membalas kebaikan kalian semua dengan apa"
" Alah sudahlah Pak, jangan di pikirkan."
Setelah akhirnya sepakat, mereka bubar dan mulai mengambil langkah sesuai yang sudah di diskusikan, ada yang ke arah barat, timur, selatan dan utara.
Berjam jam warga terus berjalan, tak ada wilayah yang di lewati. Tiap semak semak pun tak terlewat.
"Kok bisa yah ilang begitu. Jangan-jangan ada yang menculik" Gumam salah seorang yang sedang mencari Sarah.
"Iya, aku juga curiga. Tapi di daerah kita jarang sekali ada preman ataupun penjahat"
" Ya kan bisa saja dari Desa tetangga."
"Iya bener. Kasian Bu Fatimah. Kondisi nya semakin melemah."
"Iya, mana Sarah itu anak mereka satu- satunya lagi"
Kesibukan para warga mencari gadis yang hilang pun berakhir oleh terbenamnya matahari. Semua kembali pulang dan akan melanjutkan kembali esok hari.
***
Nun jauh di tengah belantara tampak 5 pemuda yang sedang makan-makan. Di temani semilir angin dari arah berlawanan. Mereka sangat menikmati makanan mereka.
"Hahahh beruntung sekali kita yah, bisa menculik gadis itu" Seru salah satu diantara mereka.
"Betul. Jarang-jarang bos besar ngasih kita makanan enak begini. Ayam hutan bakar, biasa nya sayuran. hahahh"
"Ngomong-ngomong gadis itu serius akan di jadikan istrinya bos yah?"
"Pastilah. Kamu kaya yang tidak tahu sifat si bos saja. Sekali liat yang bening-bening pasti nafsu lah. Nah kita juga kan yang dapat untungnya. Hahahah"
Perbincangan asyik itu terhenti seketika oleh auman keras yang entah dari mana.
"Shuuuuutttt"
"Itu suara apa?"
"Itu suara harimau bodoh. Masa udah lama bekelana di hutan yang begitu saja tidak tahu"
"Ya kan baru kali ini aku mendengar langsung dan jelas begini" Kata nya, pemuda itu mulai was was dan bukan hanya dia ke 4 kawannya juga mulai gelisah. Mereka segera menghabiskan makanan dan berdiri sambil melihat ke sekeliling.
"Kaya nya sudah aman nih" Seru salah seorang. Suara di tengah hutan hanya terdengar semilir angin dan gemiricik daun-daunan kering.
"Iya. Udah gak ada lagi suara nya."
"Ayolah mending sekarang kita kembali ke markas saja. Aku ga mau mati konyol disini"
Tak banyak bicara lagi mereka berlima pun mulai berjalan penuh kewaspadaan. Mereka tak lain adalah anak buah Pak Johar yang merupakan seorang perampok, pemabuk dan suka mencuri gadis-gadis desa untuk di jadikan pemuas nafsunya. Termasuk Sarah, gadis ini masih dalam kondisi terikat tangannya di sebuah kamar. Sambil terus terisak Sarah memanggil-manggil ayah dan ibunya. Tak lama berselang, laki-laki dengan perawakan besar hitam dengab janggut lebat dan suara nya yang berat menggelegar membuat yang mendengar nya merinding