34. Kenapa Kamu Berteman Dengan Musuh?

1227 Kata
Abigail dan Lee menyusuri lorong rumah sakit, kedua langsung pergi ke rumah sakit milik Dylan, sebaik saja mendapat kabar dari anak buah Nick, jika Brian sudah di temukan. " Sus.. dimana Brian di rawat.." tanya Lee ketika melihat seorang suster baru keluar dari salah satu kamar pasien. " Tuan Lee.." sapa perawat itu dengan sopan sambil tersenyum mesra walaupun tidak ada balasan dari kedua orang itu. Setelah mengetahui dimana Brian di rawat kedua langsung menaiki lift, karena Brian di rawat di lantai dua. Sebaik saja mereka tiba, saat yang sama Aaron dan Natalie keluar dari kamar tempat Brian di rawat. " Kenapa kalian berduaan lagi, Nick tak akan menyukai kalau sampai dia melihatnya.." kata Abigail dengan suara langsung tak bersahabat. Natalie yang salah tingkah terus sedikit menjauhi Aaron. " Ini tidak seperti yang kamu fikir, Abi.." " Tidak seperti yang aku fikir? Kamu fikir Nick akan berfikir lagi kalau dia melihat.." " Bagaimana keadaan Brian.." Tanya Lee mengalihkan pembicaraan, dia memandang Aaron yang hanya terdiam, dia tahu situasi pria itu tak bisa memilih antara Abigail dan Natalie, kedua sama sama penting dalam hidupnya. " Dia koma.." jawab Natalie dengan cuek, dia memandang Abigail yang sedang membuang muka saat ini. " Kenapa ini bisa terjadi.." tanya Lee dengan frustrasi. " Brian paling teliti dalam segala hal, tapi kenapa sekarang dia malah jadi begini.." " Natasha jangan sampai tahu, kasihan dia.." kata Aaron pula. Dan saat itu, Kim datang menghampiri mereka. " Bagaimana Brian?" Aaron menggelengkan kepala. " Dia koma.." " Apa yang di lakukan Brian di tempat itu, tanpa memberitahu kalian.." gumam Aaron. " Tunggu dulu.." Aaron memandang wajah satu persatu yang pernah menjadi teman baiknya itu. " Kenapa?" Tanya Abigail tak sabaran. " Kalian sudah memberitahu Dylan.." tanya Aaron mengalihkan pembicaraan. " Aku akan menghubunginya.." lanjutnya dan langsung pergi begitu saja. *** Dylan memberhentikan mobilnya di halaman rumah megah itu, lalu memandang Sarah yang masih membuang muka saat itu. " Sudah sampai.." kata Dylan membuyarkan lamunan gadis itu. Sarah terus keluar dari mobil tanpa memandang kearah Dylan. " Gadis itu sudah mulai berani, apa mungkin karena aku sudah lama tak menyakitinya! Awas kau!" Dylan memandang tajam kearah Sarah sampai gadis itu hilang dari pandangannya. Dia ingin turun dari mobil untuk memberi sedikit pelajaran pada gadis itu, namun saat melihat Natasha keluar dari rumah dengan wajah di tekuk, Dylan mengurungkan niatnya. " Aku harus segera pergi dari sini.." gumam mafia psikopat itu, dia tak sanggup menghadapi drama queen wanita itu. Semantara Natasha hanya memandang mobil Dylan yang kembali meninggalkan rumah itu. Dia mengira itu suaminya, yang baru pulang, namun dia salah menebak, padahal dia sudah menyiapkan kata kata yang membuat suaminya itu nanti tak berkutik. Lihat saja! Wanita itu kembali masuk ke dalam rumah dengan wajah kecewa. Dan melihat Sarah yang baru keluar dari dapur. Sarah yang melihat wajah di tekuk Natasha terus memalingkan wajahnya sambil melangkah mendekati lift. " Hey!" Teriak Natasha sambil mengikuti Sarah dari belakang. Semantara para pelayan dan membantu dirumah itu yang melihat sang nyonya dalam kondisi bad mood seperti, serentak semua meninggalkan ruang tamu. " Iya Nona Tasya.." Natasha melihat Sarah kaki hingga ke wajah gadis itu, dia seakan sedang menilai. " Itu kaos Dylan, kan.." tanya Natasha dengan nada mengejek. " Iya Nona.." jawab Sarah seadanya, sebenarnya dia juga tak tahu kalau itu kaos Dylan, begitu Dylan menyerahkan kaos kebesaran itu tanpa tanya Sarah langsung memakainya. " Aku ingin memberikan sesuatu padamu.." kata Natasya dengan mood yang sudah berubah menjadi lebih baik. " Apa itu.." Sarah tampak kikuk. Natasha dengan senyuman sumringah memasuki lift. " Ada deh.." " Kamu dari mana saja sama Dylan.." tanya Natasha sambil melangkah keluar dari lift, mereka sudah tiba dil lantai dua. " Dari markas, Nona.." " Okay.. ini dia kamarku.." Natasha menolak daun pintu, dan mempersilakan Sarah masuk. " Silakan duduk ya.." Sarah dengan kikuk duduk di sofa di dalam kamar itu, Semantara wanita hamil itu mendekati almari dan mengambil sesuatu dari sana. " Ini dia.." Natasha menyerahkan beberapa bungkusan pada Sarah. Gadis itu menyepitkan mata, ketika melihat pemberian wanita hamil itu. " Pembalut, Nona.." Natasha tanpa dosa mengangguk mantap sambil tersenyum lebar. Melihat pembalut itu, Sarah tiba tiba menyadari sesuatu... Dia sudah tak datang bulan. *** Aaron melangkah kearah parkiran mobil sambil merogoh ponsel dalam saku celananya. " Lan.." panggil Aaron ketika Dylan sudah mengangkat panggilan. " Aku mau bilang kalau—" " Dimana Brian di rawat.." sela Dylan dengan suara dingin. Aaron menyepitkan mata, dia tampak bingung. " Di DA hospital.." Dylan terus mematikan talian setelah Aaron memberitahunya. " Dari mana dia tahu.." gumam Aaron sambil memasuki mobilnya. *** Nick menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah tua di pinggiran hutan. Setelah Nick berhasil melacak number telefon tadi, dia terus menuju ke sana. Dia melirik Anna di sebelahnya, dia mengikat kedua tangan gadis itu ke belakang dan mulut di tutup kain hitam. Setelah itu dia turun dari mobil, dan memperhatikan rumah tua itu. " Seram juga rumahnya.." gumam pria itu sambil memandang ke belakang. Dari dalam mobil, Anna memandang pria itu seakan mau memakannya hidup hidup. Nick melangkah mendekati mobil kembali dan membuka pintu untuk gadis itu dan memaksanya keluar. " Arhh!" Teriak gadis itu ketika menutup mulutnya di buka Nick. " Menjeritlah sepuasmu.." Nick berputar ke belakang untuk membuka ikatan tangan gadis itu. " Kenapa memandangku seperti itu.." tanya Nick sambil tertawa kecil. Plak! Nick menjilat bibirnya sambil mengelus mukanya yang di tampar gadis itu. " Dasar pria cabul..!" Teriak Anna dengan sekuat hati. Nick hanya terkekeh pelan, lalu melangkah meninggalkan Anna. Dada gadis itu turun naik dia sedang di puncak kemarahan saat ini. " Ayo!" Nick menarik tangan Anna. " Disini ada hantu.." bisik pria itu mau menakuti Anna. Anna memutar bola matanya ke atas dia sama sekali tak merasa takut. " Ayo!" Nick menarik lengan gadis itu karena enggan melangkahkan kakinya. Setiba dalam rumah itu, Nick memandang seisi rumah itu dengan seksama. " Apa ini tempat persembunyian pria tua itu?" Gumam Nick pelan. Dia memasuki dapur di ikuti Anna dari belakang. " Hey pria psikopat ini rumah siapa?" Tanya Anna, dia sudah punya julukan baru untuk pria pembunuh itu. Nick tak menjawab. " Rumah ini seperti sudah lama di huni orang tapi kenapa sekarang sepertinya kosong.." tanya Anna lagi. Nick memandang gadis itu, dia setuju dengan pendapat gadis itu, apa jangan jangan pria yang mereka buru selama ini, tinggal di rumah tua itu. " Apa jangan jangan kamu sudah membunuh mereka.." tanya Anna lagi. " Belum tapi memang ada niat mau membunuh orang itu.." jawab Nick dengan tegas. " Oh begitu.." sebenarnya Anna merasa takut dengan jawaban pria itu, tapi dia berusaha menyembunyikannya. Nick hanya tersenyum sinis melihat gerak gerik Anna, dia tahu gadis itu sedang ketakutan. " Oh ya.." Anna baru teringat dengan pria yang bersama Nick waktu itu di restoran. " Katamu, dia Jahat tapi kenapa kalian makan sama sama waktu itu.." " Maksudnya?" " Itu loh... Kamu kan pernah menunjukkan foto seseorang padaku, dan waktu itu kan dia ada datang juga di DA hotel, tapi kamu tidak berhasil melihatnya.." Nick terdiam seketika, sebenarnya dia menyesal karena tak terus menemukan Jackson waktu itu. " Jadi?" " Dan orang yang ada di foto itu adalah temannya temanmu di restoran waktu itu." Nick kurang memahami yang di maksud gadis itu. " Terus?" " Ya makanya aku heran kok bisa teman kamu, terus berteman juga sama musuh kamu sendiri.." ~ Bersambung ~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN