50. Terutama Adik Kandungnya

1365 Kata
Lee bergegas masuk ke dalam apartment sepulangnya dari pertemuan dengan pria yang di bayarnya untuk menyelidiki latar belakang kehidupan Cristal. Dengan nafas masih tersengal sengal, dia memperhatikan ruangan itu yang berantakan. Sepertinya dia terlambat. Dia merogoh ponsel dalam saku celananya, lalu membuka group w******p Red Dragon. Semua gerak gerik mereka mesti di sampaikan dalam group itu. Dan benar saja, ada informasi dalam group bawa Dylan ada di markas dua, Namun chat itu dari pukul sepuluh pagi lagi. Dia melirik arloji di pergelangan tangannya, sudah sore. " Aku harus ke markas dua sekarang.." *** Gadis itu dengan hati hati masuk di sebuah kamar, atas perintah dari bossnya. Dia memandang ke atas ranjang terdapat seseorang tertidur disana, dengan luka di bahunya yang di perban. " Tuan.." Panggilnya pelan, karena takut pria itu akan memarahinya nanti. Perlahan dia menghulurkan tangan untuk menyentuh tangan pria itu. Namun tiba tiba pria itu membuka mata, dan secepat kilat menangkap tangan gadis itu. " Arghhh!" Teriak gadis itu kesakitan. Pria itu menarik tangan gadis itu dengan keras. " Arghhh! Aduh! Sakit..." Tubuh mungil gadis itu ke tarik dan tersungkur menindih pria itu. " Siapa kau?" " Argh! Sakit.." Gadis itu masih berteriak kesakitan. Pria itu melepaskan tangan gadis itu sambil menolaknya ke belakang. " Siapa kau?" Dia mengulangi pertanyaan tadi. " Kenapa kau bisa ada di kamarku.." " Tuan Brandon menyuruhku mengobati luka di tangan, tuan.." Jawab gadis itu dengan mata berkaca kaca, Dia menahan sakit di tangannya yang sepertinya terkilir. Pria itu yang ternyata adalah Kim memandang wajah sendu gadis itu. Dia baru ingat setelah keluar dari rumah lama Dylan, dia pergi kerumah Brandon. Alih alih mau mengobati luka di bahu Kim, Gadis itu malah yang di urut Kim. " Mana yang sakit.." Gadis itu tanpa suara menunjukkan ke pergelangan tangannya yang memerah. " Masih sakit.." tanya Kim sambil mengurut pergelangan tangan gadis itu. " Sudah lebih baik.." jawabnya dengan suara bergetar. " Baiklah, kau boleh pergi.." " Tapi luka, Tuan.." " Saya bisa mengobatinya sendiri, katakan pada orang tua itu sebentar lagi saya akan turun.." Gadis itu mengangguk sambil berusaha mengukirkan senyuman paksanya. " Siapa namamu.." " Mia.." Kim mengangguk sambil tersenyum kecil. Setelah di tinggal pergi oleh gadis itu. Dia membuka kotak obat, dan tatapan mata pria itu tiba tiba tertuju pada pergelangan tangannya. " Mana gelang itu?" *** Saat itu Kim baru keluar dari kantin karena masih belum waktunya masuk kelas, dia berjalan depan sekolah. Kaki kecil anak laki laki berjalan pelan, dan dari kejauhan dia melihat seorang anak perempuan sedang di usir oleh security dengan kasar. Ketika dia ingin mendekati security itu berniat melarangnya untuk tak menyakiti gadis itu, tiba tiba dari belakang Aaron datang dan memberitahu sudah waktunya masuk kelas. " Mana dia?" Tanya Kim pada security saat keluar kelas dan waktunya mereka kembali ke pulau. " Siapa tuan muda.." tanya security itu dengan heran. " Maaf pak security, tadi ada anak kecil mengemis disini pergi ke mana?" " Sudah saya usir.." jawab security itu tanpa merasa bersalah. " Kau mengusirnya? Kau seperti bukan seorang ayah saja.." Sindir anak laki laki itu dengan geram. Security itu tak menjawab karena dia tahu ia sedang berbicara dengan siapa saat ini. Salah satu pelajar guru Davian, dan guru Davian juga berkuasa atas sekolah itu, selain itu tempat itu juga adalah wilayahnya. Kebesokan paginya, Kim memandang Sonya dari kejauhan yang berdiri di depan gerbang seperti menunggu seseorang. Tak lama kemudian, Dylan menghampiri adiknya, Kim mengumpat kesal, seharusnya Dylan membawa Sonya pergi dari sana bukan malah berbicara disitu. " Ayo pulang!" Teriak Aaron mengejutkan Kim. " Oh tuhan aku lapar lagi!" Keluhnya lagi sambil memegang perutnya yang buncit. Terlihat di wajah adiknya itu seakan mau protes ketika dia menariknya untuk pergi. " Aduh.. itu Dylan kenapa masih berdiri disana.." kesal Aaron yang duduk di sebelah mengemudi. " Aku rasanya mau mati karena lapar.." Kim yang duduk di sebelah pintu, memandang kearah Dylan yang masih berdiri disana dengan mata membulat, anak kecil itu? " Dylan..." Teriak Aaron lagi, anak kecil gendut itu benar benar sudah di hujung kesabaran. Kim yang ingin keluar menemui anak perempuan itu mengurungkan niatnya, melihat Dylan melangkah mendekati mobil. Saat Kim sudah berusia dua belas tahun, dia bertemu kembali dengan gadis itu. Melihat anak perempuan itu yang duduk bersila di depan restoran meminta duit, ah! Ralat sedang mengemis. Seandainya guru Davian tak merawat dan menjaganya selama ini, kemungkinan nasibnya dan Sonya tak jauh berbeda dengan anak kecil itu. " Akhirnya ketemu kamu lagi.." katanya sambil tersenyum kecil. Anak kecil itu beranjak dari duduknya lalu memandang wajah anak laki laki berusia dua belas tahun itu dengan kagum. Untuk seketika dia hanya diam, memperhatikan wajah hampir sempurna itu, namun detik kemudian dia seakan tersadar. Pernahkah mereka bertemu sebelum ini? " Wah! Tampan sekali, hey kakak tampan.." " Hey adik manis.." Kim banyak bertanya tentang gadis itu, sebelumnya akhirnya mereka berpisah. Di usia Kim yang ke lima belas tahun dia bertemu kembali dengan gadis itu. Lebih tepatnya gadis itu yang menyapanya terlebih dulu. " Hey kakak tampan..." " Kamu?" Gadis itu tersenyum sehingga memperlihatkan lesung pipit di kedua pipinya. Kim yang tak begitu ada mood mau bercerita hanya terdiam, membiarkan gadis itu berceloteh panjang lebar. Sehingga tiba tiba ada benda dingin di pasang di pergelangan tangannya. " Ini adalah gelang kesayanganku.." kata gadis itu sambil tersenyum lebar. Kim memandang gelang itu dengan huruf S di hujungnya, melihat gelang itu kenapa seperti mirip dengan kalung sonya? Fikirnya. " Kalau gelang kesayangan kenapa di kasih sama aku?" Tanya Kim heran. " Karena aku sering ingat sama kalung aku yang sudah hilang saat umurku baru tiga tahun.." Kim terhenyak, namun dia terus mengubah raut wajah terkejutnya. Jangan jangan dia yang sering di cari Sonya? Dan kalung itu pasti milik dia. Fikirnya. " Lalu?" " Lalu karena aku tak mau mengingatnya lagi, jadi kalung ini untuk kakak tampan saja.." Kim hanya diam mendengar menjelaskan gadis itu, ini takdir? Atau hanya kebetulan? Tiba tiba anak perempuan itu berteriak, dan berpamitan mahu pergi. Kim ingin mencegahnya karena masih ada yang ingin ditanyakan namun gadis itu tak mendengarkannya. Setelah masuk di dunia gelap dan mulai bekerja sebagai ilegal berbuat obat obatan terlarang, Kim yang penasaran dengan kehidupan gadis itu mulai menyelidikinya. Tak butuh waktu lama, Kim mengetahui semuanya, Quin Sarah! Ternyata gadis itu adalah anak angkat saja, jadi tak heran jika Sarah semasa kecilnya seringkali di suruh mengemis. Ketika Sarah sudah berusia lima belas tahun, Kim membeli mahal gadis itu dari keluarga mata duitannya. Sarah mulai berkerja di rumah tanpa menghuni itu, tanpa dia sadar Kim sering memperhatikan dari camera CCTV. Kim sudah mengatur semuanya termasuk menukar identitas gadis itu. " Maaf adik manis.. aku harus melakukan ini.." Dan saat gadis itu berusia dua puluh tahun, Sarah di pindahkan untuk menjaga anak seseorang. Namun rencananya sedikit berantakan karena Flora Jackson melarikan diri di luar kehendaknya. Sehingga Nick dan Lee salah menangkap orang. Akan tetapi Kemenangan itu masih berpihak pada Kim, dia baru mengingat sudah menukar identitas Sarah kepada Flora Jackson. Dylan yang sempat ragu di awal, akhirnya percaya mendengar rekaan ceritanya bawa Jackson sudah jatuh miskin dan tak heran jika anaknya berpakaian pembantu. Dan kini, gadis yang seharusnya menjadi sandra Dylan sejak dulu sudah berada di tangannya. *** " Kenapa juga Dylan harus kerumah lama dia itu lagi, seharusnya dia membunuh Flora dan Jackson terlebih dulu sebelum dia mengetahui kebenarannya.." Geram pria itu, dia baru mendapat kabar dari anak buahnya bawa Lee sudah mengetahui siapa Flora Jackson sebenarnya. " Sialan.. bisa rosak rencanaku kalau terus seperti ini.." Dia memakai kembali jaketnya lalu turun ke lantai satu. " Kim.." sapa pria tua itu melihat kedatangan kim. " Silakan duduk.." " Terus terang saja pak tua kenapa kau memanggilku kesini.." Pria dengan rambut sudah memutih itu menggertakkan giginya, sejak dulu Kim memang tak pernah menghormatinya. " Aku ingin kau—" " Sejak dulu aku sudah tegaskan urusanku hanya dengan Dylan tidak termasuk urusan bisnesnya.." Sekali lagi pria itu mengumpat kesal, Kim memang susah untuk dia hasut, tidak seperti Jackson, bahkan kakaknya sendiri dia bunuh karena hasutan kecil darinya. " Lalu apa rencanamu saat ini.." tanya pria itu lagi mengalihkan pembicaraan. " Sudah beres.. tinggal menunggu Dylan membunuh Jackson.." kim tersenyum sinis. " Terutama adik kandungnya.. Flora.." ~ Bersambung ~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN