bc

Familiar Pain

book_age18+
2.5K
IKUTI
26.5K
BACA
dark
forbidden
possessive
sex
manipulative
badboy
CEO
sweet
bxg
abuse
like
intro-logo
Uraian

WARNING: MATURE CONTENT!!! 21+ Romance dewasa. MOHON BIJAKLAH DALAM MEMILIH. n****+ ini mengandung KONTEN DEWASA dan KEKERASAN. Tidak dianjurkan untuk anak di bawah umur.

Biarkan aku mati. Alex memejamkan matanya, meraih pinggulku, menghentakkan tubuhku melawan tubuhnya. "Behenti!"Aku melayangkan tanganku, menampar pipinya. Alex berhenti. Terdiam.

Sekarang apa? “Aku tidak mau…” Aku terisak. Air mataku pecah. Alex mengusap pipinya dengan tangannya. Lalu menyeringai. Matanya berkilat.

PLAK!

“Berhenti jual mahal!” Pipiku terbakar, perih. Matanya menatapku dengan tatapan ganas. Seperti binatang liar, yang makanannya dicuri. Aku bergedik. “Pelacur.” Umpatnya, sebelum kembali memompa ekornya dengan nafas yang memburu. Aku berhenti meronta. Tidak akan ada gunanya. Dia bisa saja mencekikku sekarang. Cepat atau lambat, ini akan berakhir. Arghh. Bukan dagingku. Bukan tubuhku. Bukan aku. Jiwaku menenangkanku. Butiran air mata jatuh dari sudut mataku, mengalir ke telingaku.

Cinta yang aku pelajari dari orangtuaku, adalah rasa sakit yang tidak berujung. Setidaknya sampai kematian bapakku mempertemukan aku dengan Alex. Laki-laki sempurna, yang mengubah hidupku sekali dan untuk selamanya. Laki-laki yang membuat negeri asing tempatku berada sekarang terasa seperti rumah. Dari Alex aku belajar kalau aku bisa terluka dan pulih pada saat yang sama. Dari Alex juga aku belajar kalau apa yang aku alami, tidak menentukan nilaiku sebagai seorang perempuan.

chap-preview
Pratinjau gratis
Chapter 1: Awal
Long Island, New York, November 2017. -Kinan point of view- Hari yang dingin di bulan November. Kaki-kakiku melangkah dengan cepat menyusuri lorong-lorong kelas sudah hampir kosong. Sebagian besar siswa sudah pulang kerumah mereka atau mungkin menghabiskan waktu bersama teman-teman mereka. Sambil sesekali membenahi sepotong kain yang menutupi leherku. Aku melirik sebuah jam besar di salah satu dinding Lorong yang tampak sedikit pudar. Tiga-lima-belas… Sial! Aku mempercepat langkahku. Tidak ada banyak waktu. Tanpa berpikir panjang aku berbelok di ujung Lorong yang sedikit gelap. Ada sebuah pintu kecil menuju kamar kecil di sana. Aku berdiri menatap gadis muda dalam balutan mantel panjang yang sedikit kebesaran untuk tubuhnya yang mungil. Gadis muda itu dengan berani menatapku tajam dan mengikuti setiap pergerakanku. Aku tidak yakin apa yang aku rasakan saat melihat wanita di hadapanku ini. Tapi dengan penuh harap, aku menatapnya mengoleskan cairan kental berwarna senada dengan kulit untuk menutupi lingkaran hitam di bawah matanya. Mataku tidak bisa lepas dari bayanganku di cermin. Hah… Tidak ada yang berubah. Lingkaran hitam di bawah mataku memang tampak lebih samar, tapi itu tidak membuatku lebih menarik. Kadang-kadang aku berpikir, apa gunanya semua ini? Meski aku memulas wajah ku dengan berbotol-botol cairan yang katanya, dapat menyamarkan kekurangan di wajah ku. Aku tetap tidak secantik dan menarik kebanyakan orang di sini. Kadang aku sering berpikir, Kenapa dunia ini begitu tidak adil? Mengapa ada orang-orang yang sejak lahir sudah memiliki hidup yang sempurna; uang yang berlimpah, wajah yang simetris, tubuh yang indah, dan tentu saja keluarga yang penuh dengan kasih. Sedangkan ada orang-orang lain seperti aku, terlahir dengan keadaan yang bisa dibilang, malang. Maksudku, Tuhan itu tidak adil. Bagaimana caranya Tuhan menentukan siapa yang akan dilahirkan nasib baik dan siapa yang akan lahir dengan nasib buruk. Lucunya, dulu ketika aku masih kecil, aku tidak berpikir seperti ini. Aku tidak pernah berpikir soal nasib baik dan buruk. Aku bahkan tidak pernah sekalipun merasa tidak nyaman dengan penampilanku. Ketika masih kecil aku tergolong anak perempuan yang menarik. Anak-anak perempuan lain di kelasku kerap memuji penampilanku dan tidak sedikit anak-anak laki-laki yang berusaha mencuri perhatianku dengan cara-cara yang konyol, namun manis. Aku tidak yakin sejak kapan tepatnya. Tapi sepertinya setelah tumbuh dewasa aku kehilangan semua pesonaku dan menjadi semakin tidak menarik. bzz... bzz... "Ah, sial!" tanpa sengaja aku mengumpat. Dengan cepat aku menekan tombol hijau di layar iPhone-ku. Terdengar suara berat yang sangat familiar dari ujung telepon. Suara yang selalu mengirimkan getaran aneh di tubuhku. "Kinan?" "Ya?" "Aku sudah sampai." Ah, dia sudah sampai. Dengan cepat aku mengumpulkan peralatan rias ku dan dan berlari secepat mungkin ke pintu utama. Dia benci kalau harus menunggu. Tapi siapa yang tidak benci menunggu? Setelah melalui gerbang utama, aku berjalan terburu-buru sambil melihat ujung kaki-kakiku. Sesekali aku menengok ke belakang untuk memastikan tidak ada yang melihatku. Beberapa blok dari gerbang utama terparkir sebuah BMW hitam yang di ujung jalan. Dengan cepat aku masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya rapat-rapat. Di balik kursi pengemudi, ada seorang laki-laki muda dengan wajah yang memikat. Simetris dengan sepasang mata hijau hutan, struktur tulang yang kuat dan janggut yang terawat. Tatapan ku terpaku pada rahangnya yang kokoh lalu menyusuri lekuk lehernya, seraya perlahan meneguk air liurku. Dia memiliki pundak lebar yang kokoh dan lengan yang berotot. Bahkan di balik pakaiannya, aku masih bisa melihat setiap lekuk otot di tangan dan dadanya dengan jelas. Dia adalah contoh nyata bahwa beberapa dari orang yang terlahir sempurna.  Aku hanya terus terpaku menatapnya tanpa kata ketika tangan kokoh itu merengkuh kepalaku dengan lembut. Ada rasa hangat dan kepastian yang aku rasakan saat laki-laki di hadapanku ini mengecup keningku dengan lembut. "Gimana sekolahmu hari ini, baby?" Ah, Aku hampir lupa. Laki-laki ini adalah pacarku. Sedikit tidak pantas memang. Aku sendiri tidak tahu apa yang dia lihat dariku. Aku rasa, aku hanyalah salah satu dari orang-orang yang beruntung. "Biasa saja, nggak ada yang spesial." "Not Bad." Katanya seraya mengencangkan sabuk pengamanku sebelum iya membetulkan posisinya dan memutar kunci mobil. "Nyaman?" aku mengangguk. "Good." Mobil hitam yang kami tumpangi mulai melaju di tengah sibuknya jalanan kota yang disebut-sebut ‘The Big Apple’ ini. Ada kesunyian yang nyaman di antara kami. Alex, begitu aku memanggilnya, adalah sosok yang hanya bicara seperlunya saja. Aku tidak bisa berhenti menatap laki-laki di hadapanku ini ditambah lagi, lagu kesukaan kami sedang diputar di radio. Benar-benar terasa seperti sedang di film percintaan klasik dimana pemeran utamanya secara ajaib memiliki kehidupan baru saat bertemu pasangan yang sempurna. "Kinan, baby...." Suaranya yang berat memecahkan kesunyian di antara kami. "Yeah?" "Sepertinya kepalaku bisa terbakar kalau kamu melihatku seperti itu terus." Sial, aku tertangkap basah lagi! Aku mau mati saja rasanya. "Sorry" "It's okay, just don't be too obvious, baby." Ada simpul tipis di wajahnya. Lebih seperti menggodaku. Wajahku terasa panas. Rasanya aku mau mengubur diriku sendiri. "ah... manisnya....," Manis. Aku merasakan pipiku merona dan ujung bibirku merekah. Tapi perlahan simpul itu terhenti. Ah iya… Ada yang harus aku katakan pada Alex. Aku menarik nafas perlahan dan menyiapkan diriku. "Alex" akhirnya aku membuka mulutku. Suaraku serak dan terdengar lemah. Sial! Aku berdeham sedikit untuk melonggarkan tenggorokanku. "Yeah?" "Aku mau bilang sesuatu, Rebecca mengajakku main dengan Julian di akhir pekan." Nah, begini lebih baik. “Rebecca, teman sekelasmu?” “Iya, Rebecca yang itu.” “Lalu, siapa itu Julian?” “Julian itu… Mungkin pacar Rebecca. Tapi aku nggak begitu yakin kalau mereka sudah resmi berkencan atau baru dekat saja. Tapi belakangan ini Rebecca nggak bisa berhenti berbicara tentang Julian.” "Oh, good. Aku senang kamu  punya makin banyak teman sekarang." "Ya, bisa dibilang…" Suaraku melemah. Tangan dan ketiakku mulai terasa lembab. Aku benci dengan reaksiku terhadap rasa panik. "Ada apa, sayang?" dan aku juga benci dengan kepekaan nya yang luar biasa. “Tapi mungkin, kami mainnya, malam.” “Malam? Kenapa nggak siang saja. Nggak ada kelas kan di akhir pekan?” “Iya, tapi ini Home-Party  teman sekelas kami. Tahun ajaran kan sudah hampir selesai. Ujian akhir juga sudah selesai. Jadi Julian mau membuat Pesta akhir tahun sebelum liburan akhir tahun nanti.” “Pesta? Bukannya tadi kamu bilang cuma main aja?” Nada bicara Alex berubah. Terdengar lebih tidak bersahabat. “Aku nggak suka kamu pergi malam-malam ke tempat yang nggak  jelas. Apa lagi sendirian.” Alex menginjak pedal gas lebih dalam. Hati berdegup lebih kencang, tanganku basah dan nafasku berubah tidak beraturan. Aku tidak suka Alex yang seperti ini. “Eih... aku kan nggak sendirian. Ada Julian dan Rebecca juga.” “Memang mereka bisa jagain kamu kalau ada apa-apa? Pesta akhir tahun kan selalu banyak yang nggak benar. Rebecca juga pasti sibuk dengan pacarnya. Mana sempat dia jadi baby sitter-mu?” “Yaudah, kalau kamu takut aku pergi sendirian. Kenapa kamu nggak pergi sama aku saja?” Alex terdiam untuk sesaat dan menghela nafas dalam-dalam. Sepertinya Alex sedang menimbang-imbang apa yang harus dia katakan selanjutnya. Wajahnya terlihat lebih tenang namun waspada. Sial, seharusnya aku tidak  bicara seperti itu.   "Baby, kamu tahukan kalau kita nggak bisa jalan terang-terangan. Kalau aku ikut. Lalu  kamu mau mengenalkanku sebagai apa aku ke teman-teman kamu?" "Iya, aku tahu." Meskipun kami sangat mencintai satu sama lain. Kami tidak bilang pada siapa-siapa tentang hubungan kami. Alex akan berada dalam masalah besar jika ada yang tahu tentang hubungan kami. Aku tidak mengerti mengapa perbedaan umur kami menjadi masalah yang serius di sini. Di negara asalku, hal seperti ini tidak akan terlalu dipermasalahkan. Satu dari temanku baru saja menikah dengan laki-laki berusia tiga puluh tahun. Meski memang itu adalah pernikahan yang diatur orang tuanya. Tapi intinya, umur bukanlah sebuah masalah. Yang terpenting aku mencintai Alex. Terlebih lagi Alex memperlakukan aku lebih baik dari laki-laki sepantaranku pada umumnya. Anak laki-laki sepantaranku, seperti Julian, masih berpikiran pendek dan hanya tahu bersenang-senang saja. Ditambah lagi, kebanyakan anak sepantaranku tidak memiliki kondisi keuangan yang stabil. "Bagus lah kalau kamu mengerti.” “Jadi, aku nggak boleh pergi ke Home-party-nya Julian?” “Aku nggak bilang nggak boleh. boleh. Tapi kamu harus hati-hati kalau pergi ke sana. Jangan minum-minum. Pakai pakaian yang pantas. nggak perlu dandan yang mencolok. Anak muda jaman sekarang sering nggak berpikir panjang. Jadi kamu harus selalu berhati-hati dan jangan sampai terlalu mengundang perhatian.” Alex menuturkan setiap katanya dengan nada yang lembut namun tegas.  “Nggak  semua orang itu baik, Kinan. Kamu harus berhati-hati. Terutama laki-laki. Banyak laki-laki yang  melihat perempuan hanya dari lubang nya saja. Nggak lebih” Alex menekankan kata-katanya sambil menatapku tajam. Lalu memalingkan pandangannya kembali ke jalanan. Aku mengerti maksud Alex. Memang tidak mudah untuk hidup sebagai anak muda di tengah budaya barat. Alex hanya ingin menjagaku. “Jadi, aku boleh pergi?” “Kamu sudah tanya ke tante?” “Sudah, tante ku bilang boleh, kok.” “Terserah kamu saja, Aku sih nggak menyarankan.” “Okay.” “Tante mu, pulang jam berapa hari ini?” “Ehm… mungkin sekitar jam delapan-tiga-puluh atau mungkin jam sembilan. Ini kan akhir bulan, jadi Tante biasanya pulang malam.” “Okay…” katanya seraya mengangkat pergelangan tangannya untuk memeriksa jarum jam di Vacheron Constantin-nya. "kalau begitu, kita punya sekitar empat jam dua-puluh menit. Kamu mau apa hari?” “ehmm.... nggak tahu, Apa saja boleh.” “bagaimana kalau kita mampir ke Baskin Robbins dulu. Ada varian rasa baru di sana. Kamu pasti suka.” “Boleh.” “Lalu setelah itu…” Alex berhenti sesaat sambil berdeham membersihkan tenggorokan nya.  “kita ke apartemenku saja dulu. Mau?” lanjutnya dengan suara dalam yang sudah seperti candu bagiku. “Kita bisa… Ehm… Kita bisa… bersenang-senang… kamu tahu kan?” Sial! Aku merasakan getaran aneh di dalam perutku. Seperti ada kupu-kupu yang beterbangan tak terkendali di sana. Tidak adil! Bagaimana bisa dia selalu seperti ini? Laki-laki di depanku ini selalu tahu bagaimana cara membuatku merasa malu dan senang dalam waktu yang sama. Aku memiringkan kepalaku sedikit dan menatap bola mata hijau terang yang berbinar itu. Gigiku menekan bibir bagian bawahku sambil mendesah kecil. “Mungkin… Aku juga bisa, membuatmu senang...” Aku sebisa mungkin membuat suaraku terdengar basah dan serak sambil menatapnya melalui bulu mataku. Pupil matanya melebar. Ada tatapan hewan buas yang tersirat di mata hijau hutan nya itu. Yes! Meski memiliki penampilan yang biasa saja, aku juga bisa, memancing naluri binatangmu itu. “Hentikan! Jangan lakukan itu!” Perintahnya tegas. Aku bisa tahu dari mata dan wajahnya yang memerah, ada sesuatu yang liar berkutat dalam benaknya. “Melakukan apa?” “Jangan menggoda ku, young lady!” “Nggak kok, siapa bilang aku lagi menggodamu.” Alex menghela nafas dengan kasar dan penuh rasa frustrasi. “Kinan, kamu tahu kan aku sayang kamu. Aku mau menjaga kamu baik-baik. Kamu baru di sini, dan mungkin hal di sini jauh berbeda dengan tempat asalmu. Aku nggak mau kamu jadi takut atau terjadi sesuatu. Tapi menjagamu dari diriku sendiri saja nggak mudah, apa lagi  kalau kamu terus bersikap seperti ini. Kamu itu….” Ada jeda di sana, Alex seperti menimbang-imbang kata yang akan dia ucapkan dengan hati-hati. “Kamu masih muda, tapi kamu terlalu menggoda.” “Aku menggoda? Apa nggak salah?” “Iya, kamu menggoda.” Ya Tuhan. Aku masih tidak percaya laki-laki ini milikku. Aku tidak tahu bagaimana caranya aku bisa bersama dengan Alex. Tapi aku rasa, Aku berhutang budi pada bapakku. Ah... kenapa aku bilang begitu?  _____________________________ Buku ini adalah buku pertama dari "Sick Love Series" Follow akun dreame: Novi palacios C. Untuk memastikan kamu jadi yang pertama tahu kalau ada New update.  Kalau mau tahu wajah para tokoh di sini sama mau Sneak peak story:  follow i********: aku @innovel_NP. - Daftar bacaan selanjutnya: The world in her Eyes [book 2] Kisah Anna dan Nathan. Cerita mungkin berisi beberapa tema yang tergolong DEWASA (21+) seperti seks, bahasa kasar,  kekerasan dan memicu depresi. Jangan lanjutkan jika Anda di bawah umur. Anda telah diperingati. Karya ini dilindungi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. PLAGIARISME adalah tindak KEJAHATAN SERIUS, yang melanggar UUD yang akan diproses secara hukum. Dilarang keras MENCURI atau MENYALIN IDE atau BAGIAN DARI CERITA ini, baik sebagian atau seluruhnya. Dilarang keras menyebarkan cerita ini, baik sebagian atau seluruhnya, tanpa izin dari penulis. All right reserved Novi Palacios C. April 2020

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Mrs. Rivera

read
47.2K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
51.7K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.6K
bc

Dependencia

read
195.2K
bc

Rewind Our Time

read
164.3K
bc

Accidentally Married

read
106.6K
bc

Because Alana ( 21+)

read
362.3K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook