Goncangan semakin sering dan keras. Array itu pasti tidak akan bertahan lama. Jazlyn sudah gelisah sedari tadi, ia masih menatap dengan memelas kepada Adam. Bunyi panggilan yang berdering di jamnya membuat gadis itu semakin cemas.
Jazlyn langsung menjawabnya, terdapat hologram di udara. Tampak Feng yang sedang menatapnya cemas. "Mereka butuh bantuanmu!" seru pria itu sambil memperlihatkan gambar di monitor. Terlihat Joy sedang terluka parah.
"Dia tidak akan kesana!" teriak Adam begitu saja. "Jangan memutuskan kehidupanku adam! Lihatlah… Joy terluka parah. Aku harus kesana." Ketika hendak melangkahkan kaki, tangan Jazlyn dicekal kuat.
Adam memojokkan gadis itu di tembok lalu mengunci tubuhnya. "Adam! Lepaskan!" teriak Jazlyn sambil meronta. Pria itu merogoh benda berwarna hitam yang terletak di sakunya. Ia membuka dengan kasar. Diambilnya benda berbentuk kapsul itu. Laku di lempar ke lantai.
"Apa yang kau lakukan? Aku tidak bisa pergi sekarang. Adam… aku mohon… biarkan aku di sini selama sejam lagi." Jazlyn mulai menunjukkan rasa kesedihannya. Namun, Adam tidak bergeming sama sekali dan melanjutkan pekerjaannya.
Saat kapsul waktu sudah berubah, Adam menyeret lengan Jazlyn dengan kasar. Ia memencet tombol hijau agar pintu kapsul terbuka. Kemudian, memaksa gadis itu untuk masuk ke dalam.
"Pikirkan sekali lagi, Adam," ujar Jazlyn dengan nada memelas. Telinga pria itu mendadak tuli dan tidak mau tahu. Ia terus saja melakukan pekerjaannya.
Adam memberikan sebuah buku diary dan kotak hitam itu kepada Jazlyn. "Buku itu milik Jossie. Bacalah waktu perjalanan. Ingat, kau harus menggagalkan anak iblis lahir ke dunia manusia." Pria itu memencet tombol hijau agar mesin menyala. Setelah itu, tombol angka yang ada di depan Jazlyn lalu menekan tombol berwarna hijau lagi.
Pintu tertutup otomatis setelah tombol hijau di tekan. "Adam!! Aku berjanji pada mereka untuk berkumpul malam ini!" teriak Jazlyn sambil menggedor pintu kaca. "Kau tidak bisa melakukan ini!" imbuhnya lagi.
Bunyi suara mesin mulai terdengar di semakin keras. Cahaya putih terang menyorot ke arah dinding beton. Terlihat lubang berwarna hitam di sana. Benda kapsul itu melesat cepat masuk ke dalam lubang hitam tersebut.
Teriakan Jazlyn sudah tidak terdengar lagi. Lubang berwarna hitam itu pun semakin menghilang. "Aku harap, kau cepat mengubah dunia ini, Jazlyn," ucap Adam menatap dinding dari beton itu. Goncangan yang disebabkan iblis yang merusak array semakin kuat. Pria itu sampai bersandar di tembok.
Adam berjalan terhuyung menuju ke arah markas utama. Ia berusaha jalan dengan cepat. Ketika sampai di depan pintu, Feng membuka pintu dengan kasar. Dia tersentak kaget. "Dimana Jazlyn?" tanyanya sambil menatap ke sekitar.
"Aku sudah mengirimnya," jawab Adam tanpa rasa bersalah. "Tapi, kita membutuhkan dia. Joy sedang terluka. Aku sudah meminta pembasmi terbaik untuk membantu mereka. Semuanya gagal. Iblis raksasa itu bagaikan tirani."
"Hanya dia yang bisa ke tahun itu. Kita harus bertahan." Adam melewati Feng begitu saja. Pria yang dilewati hanya mengerang kecewa. "Profesor," panggil Thaliu. "Kita tidak bisa bertahan." Terlihat jelas array perlindungan mulai retak. Para pembasmi yang dikirim oleh Feng sudah mati mengenaskan.
Sepertinya, Adam tidak punya cara lain lagi. 'Aku harus menggunakan cara itu' pikirnya dalam hati. Ia masih menyimpan rencana cadangan untuk mengalahkan para iblis itu.
"Profesor," panggil Feng. "Apa yang harus kita lakukan?" Tanpa adanya Jazlyn, ini akan sulit tentunya. Terlebih lagi, kekuatan para iblis tidaklah main-main.
"Aku akan menghubungi, Roy," ucap Adam final. Sementara itu, Roy terengah-engah melawan iblis raksasa sendirian. Strategi yang dimilikinya sudah digagalkan oleh raksasa itu. Bahkan, sekarang dia mulai mendekati array lagi hendak merusaknya kembali. Saat ingin melangkahkan kaki, jam yang ada di tangannya berbunyi.
"Ya, profesor," jawab Roy. "Pergi dari sana bersama Joy. Aku akan mengirim naga merah untuk melawannya." Hologram itu mati begitu saja sebelum pria itu menjawabnya.
"Sial!" umpat Roy dengan kesal. Tidak adanya Jazlyn membuat semuanya jadi buruk. Tidak ada pilihan lagi kecuali menyetujui perkataan Adam.
Beralih ke Jazlyn, yang masih berada di dalam kapsul, menyeberangi ruang dan waktu. Gadis itu menekan-nekan tombol yang ada pergelangan tangannya. Namun, tidak nyala dan konek sama sekali. Ia melemparkan benda itu dengan kasar lalu mengambil buku diary Jossie.
Gadis itu pernah membuka buku itu sekali. Setelahnya, Adam merebut benda itu. Padahal, ialah yang menemukan pertama kali. "Adam bregs*k!!" Makinya dengan keras, meluapkan segala emosi. Pria itu memutuskan hidupnya. Dan sekarang harus berada di kapsul waktu. Alih-alih merasa senang, perasaannya gelisah.
Jazlyn menghela nafas panjang, mulai membuka buku itu satu demi satu. Buku diary usang dan jelek, sudah berumur. Meskipun terlihat tua, tapi masih bisa dibaca.
Para ilmuwan percaya bahwa buku itu satu-satunya petunjuk untuk melenyapkan iblis. Mereka mulai mengirim pemburu terbaik untuk menyeberang waktu. Namun, hasilnya selalu nihil karena bekal yang kurang cukup.
Adam hanya memberi salinan dari buku diary ini. Dia tidak mau memberikan buku aslinya. Pria itu selalu waspada di setiap gerakannya.
Halaman pertama, menceritakan tentang Sean Theodor. Terlihat seperti profil pria itu. Jossie menjelaskannya dengan sangat singkat. Kegemaran, kebiasaan dan juga kesukaan. Di samping itu terdapat foto dari Sean.
"Jadi, ini yang namanya Sean." Jazlyn menatap foto iu dengan selidik. "Tampan," ucapnya tanpa ragu.
Gadis itu membolak-balikkan halaman selanjutnya mengenai pesta ulang tahun Graham Company. Di sana menerangkan tentang meninggalnya pria tampan itu. Setelahnya, keluarga Graham menjadi bagian dari iblis.
"Jadi, ibunya Sean yang mengutuk keluarga Graham." Tidak dijelaskan cara ibunya Sean mengutuk keluarga Graham. Yang jelas sejak saat itu, pria yang bernama Aldrich mulai berubah.
"Aldrich," gumam Jazlyn sambil menatap tanggal di pojok kanan atas. " Paris, tanggal sepuluh september tahun 2020."
Jazlyn berpikir keras. Ia harus datang sebelum tanggal itu. Adam tadi tidak mengatur kota dan tanggalnya, ia pun mulai memencet tombol angka dan kota tujuannya . Ketika di pencet tombol hijau, kapsul melaju dengan cepat. Cahaya yang menyilaukan mulai keluar tidak jauh di depannya.
Kapsul waktu itu memasuki cahaya tersebut lalu mendarat dengan kasar sehingga mengakhibatkan goncangan yang keras. Jazlyn berpengangan sambil menutup mata. Saat keadaan sudah tenang, ia membuka kedua matanya kembali.
Hal pertama yang dilihat adalah sebuah hutan dekat jalan raya dan juga cahaya mentari. Bisa dipastikan ia sampai siang hari. Pintu kaca dari kapsul waktu langsung terbuka. Jazlyn keluar sambil memegang buku dan peralatan tempurnya. Tidak lupa kotak hitam itu diambilnya.
Jazlyn memencet tombol berwarna merah. Seketika, kapsul itu berubah menjadi kecil. Ia kemudian melempar sebuah benda besi berwarna silver, berbentuk kotak itu di tanah.
Terlihat asap mengepul, benda itu berubah menjadi koper yang sedikit besar. Jazlyn menghela nafas, menghampiri benda besi itu lalu mengambil kapsul waktu yang berubah menjadi kecil di tanah.
Jazlyn jongkok hendak membuka koper itu. Matanya terkejut ketika melihat beberapa pakaian seksi di sana dan juga pakaian dalam wanita. Gadis itu meremas kuat benda tersebut.
"Lupakan, percuma aku marah tapi orangnya tidak ada." Pandangan mata beralih pada amplop berwarna coklat. Ia membuka dengan kasar lalu mengeluarkan sebuah kertas.
"Ini surat lamaran kerja!" seru Jazlyn. Gadis itu berpikir jika ia harus melamar kerja ke Graham Company. Itu adalah ide cemerlang untuk mengawasi kedua pria itu.
Jazlyn buru-buru memasukkan pedang, pistol, jam dan alat lainnya ke dalam koper. Ia harus bergegas sekarang. Kesempatan tinggal lima hari lagi karena ia mengatur waktu sebelum Sean meninggal.
Makannya ia tak bisa menunda waktu lebih lama lagi karena semakin waktu terkikis, hidup Sean dalam bahaya.
BERSAMBUNG