Saingan

1394 Kata

Caterina menghela napas berat untuk kesekian kalinya. Tatapannya terus tertuju kepada seorang gadis cantik yang kini masih mengatup rapat birainya. Ia pun menyerah. “Mirele ... Apa kita ke sini hanya untuk terus saling diam seperti ini? Apa kamu tidak jadi bercerita seperti yang kamu katakan ketika di kampus tadi?” tanya Caterina akhirnya. Mirele yang tengah termenung seraya mengaduk ice mooca latte-nya itu seketika mendongak menatap Caterina yang masih menopang dagu di seberangnya. “Umm ... Cate, sebenarnya aku malu untuk bercerita. Ini ... tentang perasaanku pada seseorang yang telah membuatku merasa menjadi perempuan paling bahagia jika bisa mendapatkannya dalam hidupku. Kamu ingat kan saat kita masih di semester lima, aku pernah bercerita tentang tipe lelaki yang menjadi idamanku. A

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN