B.D.B 03

1145 Kata
Alexy langsung membuka matanya saat dalam mimpinya ia mendapat tembakan tepat di perutnya. Alexy memijat pelipisnya yang berdenyut karena mimpi buruk sialannya. Mimpi itu terus datang didalam mimpinya seperti sebuah tali kusut. "Kepalaku." Keluhnya. "Jam berapa sekarang!" Alexy melihat jam di dindingnya baru menunjukan pukul enam. Dia pun memilih meninggalkan tempat tidurnya untuk membasuh muka agar lebih segar. Alexy melihat pantulan dirinya dikaca. Wajahnya pucat pasi dari pantulan itu. Kepalanya juga berdengung, mungkin karena mimpi buruk itu. Alexy memilih untuk mengambil lipstik natural untuk menutupi bibir pucatnya. Alexy tidak mau Jean dan Dominic khawatir melihat anaknya seperti itu. Karena Alexy tahu, Jean tipikal ibu yang berlebihan takut anaknya kenapa-kenapa. Alexy mencium aroma masakan dari lantai bawah. Ia sudah pastikan jika Jean sedang memasak untuk sarapan keluarganya. Dia pun turun kebawah untuk melihat dan memang perutnya langsung minta diisi saat mencium masakan yang dibuat Jean. "Morning, Mom." Alexy menghampiri Jean dan mencium pipi Mommy nya dengan sayang. "Morning sayang." Jean membalas sapaan anaknya. "Ehmm!! Dad tidak dapat morning kiss juga?" Ternyata Dominic datang kedapur dan kembali kesal karena Alexy lagi-lagi hanya mencium Jean. Alexy terkekeh melihat tingkah Daddy nya yang seperti bayi besar tidak dapat apa yang dia mau. Alexy pun mendekati Dominic dan mencium pipi Daddy nya. "Morning Daddy." Alexy akhirnya mencium Daddy nya dari pada merajuk kembali seperti semalam. "Tumben sekali bangun pagi. Apa terjadi sesuatu? Wajahmu pucat." Dominic menyentuh dahi putrinya. Dan benar saja, suhu badan Alexy lumayan panas. "Aku baik-baik saja, Dad." Alexy menenangkan Dominic. "Morning semua.." Datang Darren, kembaran Dimitri dengan gaya tengilnya. Jika Dimitri lebih cool dan cuek, lain halnya dengan Darren yang lebih hiperaktif. Perbedaan cukup menonjol diantara mereka. Dan untuk wajah pun mereka bukan kembar identik. Jadi siapapun bisa menebak mana Darren, dan mana Dimitri. "Morning, Dad, Mom." Kali ini datang Dimitri. "Anak Mom sudah bangun semua. Yuk makan bersama." Ajak Jean kepada ketiga anaknya. Mereka pun makan dengan diselingi canda dan tawa saat Darren yang memang pencair suasana. Sedangkan Dominic dan Dimitri memilih diam tidak menanggapi tingkah konyol Darren yang tidak ada habisnya. Jean memandang mereka dengan senyum mengembang. ia sangat bersyukur dengan apa yang dimiliki saat ini. "Lexy mana ada yang mau. Tingkahnya kaya serigala betina. Makannya dari jaman zigot sampai sekarang masih menjomblo. Dasar Jomblo. Haha!!" Darren meledek kakak nya. "Diam kamu, Arren. Mau aku buka kartu kamu sama Daddy." Ancam Alexy. "Kartu apa? Mohon maaf kakak ku tercinta. Aku masih polos dan suci, tidak tahu apa-apa." Ucapnya bangga. "Oh.. Okay!! Biar aku bongkar. Dad.. Masa di ponselnya Arren-" Belum Alexy menyelesaikan ucapannya, Darren langsung menyumpal mulut kakaknya dengan roti. "Wanita ular ini berbohong Dad, Mom. Sungguh, Darren masih suci. Diam Lexy." Darren membela diri. "Siapa yang ular, adik kurang asupan vaksin. Benar Dad, Mom, lihat ponsel Arrent, banyak foto cewek-cewek cantik tidak mengenakan pakaian." Alexy melebih-lebihkan. Di dalam ponsel Darren memang banyak foto wanita, tapi tidak telanjang. Memang seksi tapi masih mengenakan pakaian, meskipun lingerie tipis. "Diam kau Medusa. Jangan dengarkan dia Dad, Mom." Darren kalang kabut karena Alexy benar-benar membuka kartunya. "Benarkah seperti itu, Darren Archer?" Dominic bertanya kebenaran. "Tidak Dad, sungguh." Darren masih menbela diri. "Coba saja lihat, Dad. Wleee.." Alexy gencar menggoda adiknya yang tengil. "Diam kau, wanita barbar." Kesal Darren. "Sudah, sudah!! Kalian ini selalu meributkan yang tidak-tidak." Dominic angkat tangan dan mereka semua pun diam. Jean memandang keluarga penuh cinta. Rasa syukur teramat sangat ia panjatkan karena mendapatkan keluarga yang begitu sangat mencintai. Jean berharap mereka akan seperti ini sampai maut memisahkan. "Aku sudah selesai. Mau mandi, lalu kerumah Kai." Alexy selesai lebih dulu. "Cie yang mau kencan sama Bang Kai." Goda Darren. "Mom.. Dad... Lihat iblis kecil ini.." Alexy berpura-pura merajuk. "Darren!!" Dominic menghentika Darren yang mengejek kakaknya. Meskipun dia tahu Alexy juga hanya berpura-pura merajuk, tapi mungkin itu cara mereka untuk menghidupkan suasana hangat dikeluarga mereka. ***** Alexy datang ke rumah Kai yang tidak jauh dari rumahnya. Kai dan Alexy memang satu komplek yang sama. Kai hanya tinggal seorang diri dirumahnya. Bisa dibilang Kai anak broken home. Ibu dan ayahnya sudah bercerai dan sudah memiliki keluarga baru nya masing-masing. Lalu Kai? Kai hanya korban dari keegoisan orang tua nya. "Kai.. Bangun. Katanya mau nonton cricket." Alexy sudah berada di dalam rumah Kai, dan kini sudah ada didepan kamar sahabatnya. "Apa si Lex, ini masih jam 9 gila kamu." Kata Kai dari dalam kamarnya. "Aku tidak bisa tidur. Aku mimpi buruk lagi." CLEK Pintu langsung terbuka saat Alexy mengatakan itu. Alexy menyunggingkan senyumnya. Kai memang lemah. "Terus sambil menunggu, kamu mau apa?" Kai dengan suara ketusnya. "Nunggu disini sama kamu." Jawabnya enteng. Kai menepuk dahinya dengan jawaban Alexy yang seolah biasa saja. Padahal untuknya itu luar biasa.. Bagaimana tidak, Alexy ingin menunggu dikamar. Ya, dikamar, hanya ada mereka berdua. Kai takut terjadi yang iya-iya jika berada di dalam kamar dengan Alexy. Meskipun tentu saja Kai sangat menyambut baik jika Alexy menginginkannya. Tapi nyatanya meskipun mereka sering satu kamar berdua, Alexy dan Kai tidak pernah melakukan apapun. Kai menjunjung tinggi Alexy, dia tidak mau jika Alexy menjauh akibat nafsu pria nya. "Kali ini mimpi seperti apa lagi?" Tanya Kai. Kini mereka sudah berbaring dikasur yang sama. "Dia menembakku, tapi sebelum itu dia mengatakan kalau dia mencintaiku." Jawabnya, Alexy menceritakan semua itu. "Coba tidur lagi, kamu kurang tidur bukan?" Kai memeluk sahabatnya. Alexy pun memeluk Kai dan mencoba untuk memejamkan matanya kembali. Berharap jika mimpi itu tidak akan datang kembali saat matahari sudah berdiri tegak. Meskipun itu mustahil karena Alexy tahu betul jika mimpi itu akan datang. Dan dugaan nya memang benar, Alexy sudah berada di dalam mimpinya. Tapi kali ini Alexy bukan terbangun di tengah hutan, melainkan di taman hiburan. "Tuhan, apa lagi ini." Kesal Alexy karena tidak bisa menebak mimpinya. Mata Alexy menyipit saat melihat seseorang mirip dirinya sedang tertawa bersama seorag pria. Alexy pun mendekati mereka, dan memang benar orang yang dikira mirip oleh Alexy adalah dirinya sendiri. Sayangnya pria yang sedang bersama nya tidak terlihat wajahnya. Matanya tertutup kabut,Alexy masih dapat melihat dengan jelas senyum pria itu. Alexy melihat pria itu mendekati dirinya dalam mimpi dan mencium bibir Alexy. Alexy nyata hanya dapat melihat mereka. Pria itu melepas tautan bibirnya. Dengan senyum getir terlihat dari bibirnya. Pria itu berbicara pada Alexy mimpi. 'Kenapa takdir kita harus seperti ini.' Ucap pria itu sambil memandang Alexy mimpi. "Siapa kau." Tanpa sadar Alexy nyata berbicara. Dan tanpa disangka pria itu menoleh kearah Alexy nyata. Tentu saja membuat Alexy nyata terkejut. Saking terkejutnya, sampai Alexy terbangun dari tidurnya. Alexy mengingat dengan jelas pria yang ada didalam mimpinya. Terasa sangat nyata, senyumnya, bahkan ciuman pria itu sangat nyata meski hanya di dalam mimpi. "Siapa dia." Alexy bertanya-tanya siapa pria yang ada di dalam mimpi namun terasa nyata untuknya. Jika benar pria itu ada di dalam nyata, lalu siapa? Alexy belum pernah bertemu dengan pria itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN