B.D.B 04

1074 Kata
"Lex." Panggil Kai yang ternyata memperhatikan kegelisahan Alexy dalam tidurnya. Alexy tersadar jika dia masih berada di rumah Kai. "Sorry ganggu kamu tidur." Alexy meminta maaf, dia mengira sudah mengganggu Kai sedang tidur. "Mimpi buruk lagi?" Tanya Kai. Alexy menganggukan kepala sebagai jawaban. Dia benar-benar bingung dengan semua mimpi itu. Awal mimpinya datang ketika Alexy menginjak umur sembilan tahun. Dan terus berlanjut sampai sekarang. Awal dari mimpi itu datang pertama kali adalah saat Alexy dibawa ke sebuah toko kosong dan ada beberapa orang disana saling mengacungkan pistolnya. Mereka saling melepas peluru panah itu sehingga banyak darah berceceran dan mayat bergelimpangan dimana-mana. Saat pertama kali mendapat mimpi itu Alexy ketakutan, tentu saja. Usia nya baru menginjak sembilan tahun, tapi mimpi mengerikan itu datang. Tapi tentu saja Alexy tidak mengatakannya kepada kedua orang tuanya. Selain tidak ingin membuat orang tuanya khawatir dan juga tidak ingin terlihat lemah, Alexy juga tidak ingin membuat orang tuanya repot, karena pada saat itu Jean belum lama melahirkan anak kembar, Darren dan Dimitri. "Mau minum?" Kai menawarkan air kepada Alexy yang masih terengah-engah. Alexy menggelengkan kepalanya. Matanya menatap Kai dengan lekat. Kai yang diperhatikan seperti itu menjadi gugup. "Kai." Panggil Alexy, matanya masih mentap Kai. "A-apa." Jawab Kai gugup. "Kiss me." Pinta Alexy tiba-tiba. Kai terbatuk dengan permintaan tiba-tiba Alexy. "Kai." Panggil Alexy lagi. "Jangan bergurau, Lex. Kamu masih mengigau." Kai hendak pergi. Tapi Alexy kembali menarik tangan Kai. Bukan tanpa maksud Alexy meminta itu kepada Kai. Karena dia ingin memastikan sesuatu. Pria yang ada di mimpinya begitu nyata, rasa bibir yang terus menempel padanya meskipun itu hanya mimpi. Alexy menarik tangan Kai dan mendaratkan bibirnya di bibir Kai. Hanya menempel saja awalnya. Tapi Alexy tidak puas dengan itu karena dia tidak bisa merasakan bibir Kai dan memastikan pria yang dimimpi itu apakah Kai atau bukan. Kai membelalakan matanya saat Alexy memainkan bibirnya dengan lembut. Tapi hanya sebentar, saat naluri prianya memberontak. Kini Kai membalas ciuman Alexy. "Berbeda." Kata Alexy setelah melepas pangutannya. "Hah?" Kau bingung dengan yang dikatakan Alexy. "Ciuman ini berbeda dari yang dimimpi. Bukan kau, tapi siapa orang itu?" Alexy masih menerka-nerka. "Apa maksudmu." Tanya Kai bingung. "Tadi aku bermimpi ada pria yang menciumku, tapi aku tidak tahu siapa orang itu. Aku kira dia itu kamu. Ternyata berbeda." Mendengar apa yang diucapkan Alexy Kai menjadi kecewa. Jadi Alexy menciumnya karena rasa penasaran akan pria yang ada di dalam mimpinya. Kai mencoba bersikap biasa saja. "Mimpi hanya sebuah mimpi, Lex. Jangan terlalu dipikirkan. Aku mau mandi dulu." Kai pergi dari kamar meninggalkan Alexy yang masih melamun. "Aku pikir ciuman itu karna kemauan mu, Lex." Ucap Kai dibalik pintu kamarnya. Setelah itu pergi untuk mandi. **** Alexy dan Kai sedang menonton cricket sesuai jadwal kemarin. Tapi Kai dapat melihat jika Alexy tidak fokus. Kai tahu jika pikiran Alexy sedang kemana-mana. "Lex." Panggil Kai kepada Alexy yang kini sedang bersandar di bahunya. "Hmm.." Jawab Alexy sekenanya. "Kamu bosan? Mau pergi?" Tanya Kai. Percuma saja mereka pergi bersama tapi fokus Alexy ke lain tempat. "Tidak, disini nyaman. Aku merasa aman." Jawabnya. Kai mengerutkan keningnya tidak paham dengan apa yang dikatakan Alexy. Kai memilih diam dan kembali menonton. Selang berakhirnya pertandingan, ternyata terjadi kerusuhan. Kai menjadi panik karena banyak penonton berhamburan. Lain halnya dengan Alexy yang santai melihat mereka berhamburan. "Lex kita pergi." Kai menggoyangkan bahu Alexy, takut-takut jika Alexy masih belum sadar dari lamunannya. "Diamlah Kai, aku sedang melihat lalat berhamburan." Ucapnya santai. Kai menepuk dahi nya. Dia melupakan jika sekarang serang bersama wanita barbar. "Tapi Lex, lebih baik kita pergi dari pada nanti kena." Kai mendorong kepala Alexy yang ada di bahunya. Tapi Alexy kembali menaruh kepalanya di bahu Kai. "Hai kalian, kalian pendukung si A kan? Mau mati hah?" Kata pria yang diketahui pendukung tim B datang melihat Alexy dan Kai terlihat cuek. Akhirnya Alexy berdiri dan mengibaskan debu yang ada di bokongnya. "Kalau iya kenapa." Jawab Alexy benar-benar cuek, tidak takut dengan pria yang jauh lebih besar darinya. "Lex!!" Kai mengingatkan sahabatnya untuk tidak menyulut. "Cih!! Idola dan fans nya memuakan. Baiklah, kita duel siapa yang menang. Tim mu menang karena curang, tapi tidak dengan aku. Aku akan bermain dengan adil. Heh pria culun, cepat kita duel." Pedukung tim B itu mengajak Kai duel baku hantam karena tidak senang karena tim nya kalah. Kai melangkah maju, membawa Alexy di belakangnya agar Alexy tidak terluka. "Haha!! Kau harus melindungi wanitamu. Ngomong-ngomong kekasihmu cantik juga. Hai cantik, lebih baik denganku saja dari pada dengan si culun ini." Pria itu mengejek Kai yang memang tidak banyak bicara. Alexy mendorong Kai dan berganti dia lagi yang berada di depan Kai. "Kau-" Alexy menunjuk pria itu. "Dari balik celanamu, dia kecil. Aku tidak bermain dengan yang kecil." Alexy menunjuk bagian bawah pria itu. Diperlakukan seperti itu oleh wanita, pria itu pun marah lalu menampar keras wajah Alexy sampai mengeluarkan dari dari sudut bibirnya. Kai maju untuk membalas pria itu yang sudah berani menyentuh Alexy. "Kau pria botak, jelek. Beraninya kau menyentuh dia-" "Haha!!" Alexy tertawa terbahak-bahak, membuat Kai dan pria itu terheran. "Apa kekasihmu gila?" Tanya pria itu. "Dia lebih gila dari yang kau pikirkan. Kau akan tahu sebentar lagi." Ucap Kai dengan ngeri. "What? Apa mak-" Belum selesai pria itu menyelesaikan ucapannya, Alexy memberi bogem mentah untuk pria itu dengan sangat keras. "Kau.." Geram pria itu hendak memukul balik Alexy, tapi dengan cepat Kai hentikan. "Lebih baik kau pergi dari pada sia-sia." Ucap Kai. "Bacot!!" Pria itu hendak memukul Kai, tapi Alexy dengan cepat menangkap tangan pria itu dan memelintir tangannya hingga mengaduh kesakitan. "Sakit, sakit, lepaskan." Kata pria itu mengharap belas kasihan Alexy agar melepaskan tangannya. Tapi Alexy belum puas untuk menyakiti pria itu. Alexy menendang b****g pria itu sampai tersungkur. Lalu memukul wajah pria itu berkali-kali tanpa henti. Kai menjadi panik karena Alexy. Bukan panik karena Alexy akan terluka. Kai sudah memastikan kalau pria itu lagi yang akan terluka oleh Alexy. "Sudahlah, Lex. Hentikan. Kita akan dalam masalah jika kau mencelakai nya." Kai menghentikan sikap brutal Alexy. "Bentar, Kai. Aku belum puas." Alexy dengan wajah tidak bersalahnya mengatakan itu. "Lex!!" Jauh menarik Alexy menjauh dari pria itu. "Satu kali lagi." Dengan gerakan cepat Alexy menendang bagian paling vital pria. "Upss!! Dia pecah." Ucapnya merasa tidak bersalah. Kai memandang ngilu pria itu yang sudah dipastikan akan mendapat luka bagian bawahnya karena sudah ditendang oleh Alexy. "Mati sudah." Kata Kai memandang perihatin pria itu. "Ah.. Sudah lama aku tidak merasakan darah segar." Kata Alexy menyeka darah pria itu yang ada di tangannya. _______________________
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN