Alexy masih menundukan kepalanya mengikuti tarikan tangan seseorang yang diyakini seorang pria karena terasa begitu kekar. Alexy masih tidak tahu ia akan dibawa kemana oleh pria itu. Dia juga masih terlalu takut untuk mengangkat wajah nya hanya sekedar melihat siapa si pemilik tangan kekar itu. Yang Alexy inginkan hanya pergi dari suara tembakan yang menggelegar ditaman bermain itu.
Alexy di bawa ke toilet oleh pria itu. Bibir Alexy bergetar karena takut. Pria melihat tangan Alexy juga bergetar. Dia pun menarik Alexy, membawanya kedalam dekapan nyamannya.
Alexy hanya diam saja saat pria itu mendekap eratnya dan mengelus punggungnya untuk memberikan kenyamanan untuknya.
"Kita sudah aman." Ucap pria itu. Alexy berani menatap pria yang membawanya, karena pria itu sangat ia kenal.
"Dimitri." Alexy kembali memeluk pria itu yang ternyata adiknya sendiri.
"Bodoh!! Kalau ada suara seperti itu langsung berlari, bukan malah menunduk." Dimitri memarahi Alexy yang hanya berdiam diri saat ada suara tembakan.
"Iya kakak bodoh, diam kamu." Kesal Alexy karena adiknya yang satu ini selalu mengatainya dengan sebutan bodoh.
"Ck!!" Meskipun Dimitri kalau berbicara selalu dengan ketus, tapi Alexy tahu dia sangat menyayangi Alexy. Terbukti dari tangannya yang mengelus punggung Alexy dengan lembut.
"Diluar ada apa?" Tanya Alexy.
"Ada perampokan di taman hiburan." Jawabnya.
"Ditempat ramai?" Alexy tidak percaya dengan orang-orang gila itu yang dengan bodohnya merampok di keramaian.
"Uang bisa membuat siapapun menjadi gila." Jawabnya.
"Ah.. Kau benar." Alexy membenarkan ucapan Dimitri. Terkadang beberapa orang memang melakukan hal apapun demi uang.
"Masih takut?" Tanya Dimitri tentang keadaan Alexy.
Alexy menggelengkan kepalanya karena memang sudah tidak terdengar apapun diluar sana.
"Kau ada keperluan apa disini?" Alexy bertanya keperluan apa Dimitri ada ditaman hiburan.
"Bukan urusan kau." Jawabnya ketus.
"Kau sedang berkencan?" Tebak Alexy.
"Aku bukan kamu yang tinggal kekasihnya saat genting.
"Kai!!" Alexy baru mengingat jika dia datang bersama Kai. Kini Alexy menghawatirkan Kai yang tidak tahu keberadaan nya.
"Kenapa kau bisa terpisah dengan Kai?" Tanya Dimitri tentang keberadaan Kai yang entah kemana.
"Tadi Kai membeli minum, tapi entah kenapa dia tidak datang-datang. Mungkin kedai ramai jadi dia sedikit terlambat." Jawabnya mengira-ngira.
"Kenapa kau menerima perjodohan gila Daddy?" Tanya Dimitri bingung dengan Alexy yang dengan mudahnya menerima Kai. Karena Dimitri tahu jika kakaknya tidak memiliki perasaan apapun terhadap Kai.
Alexy mengangkat bahunya tidak tahu. "Mereka akan bahagia jika aku menerima perjodohan itu. Tapi aku kesal Daddy menyuruhku untuk ikut terjun ke dunia bisnis sampai kau besar. Hai bocah!! Cepat besar, kakakmu tidak sudi berurusan dengan berkas sialan itu." Kesalnya. Dunia bisnis bukanlah kehidupan Alexy, Dia ingin bebas, bukan malah ikut terjun ke dunia yang sama sekali tidak ia suka.
"Nikmati saja." Jawab Dimitri singkat tidak peduli dengan gerutuan kakaknya.
"Bagaimana bisa besar, makan sayur pun tidak suka. Ck!! Badanmu saja yang tinggi, otakmu kosong." Cibir Alexy.
"Kau lupa jika aku paling pintar diantara keluarga kita? Kau sedang menyendir dirimu sendiri?" Jawabnya telak.
Memang kenyataannya Dimitri sangat pintar dalam segala hal. Tidak ada yang tidak bisa dia lakukan. Diusianya pun Dimitri sudah masuk ke Universitas. Lain halnya dengan saudara kembarnya, Darren yang memang lebih bodoh dari Dimitri.
"Ya, ya, terserah kau saja. Apa kita akan tetap disini? Sepertinya sudah aman di depan." Ucap Alexy yang sudah tidak mendengar kegaduhan diluar.
Tanpa menjawab apapun, Dimitri berjalan mendahului Alexy. "Cepat jalan, dasar lemah!!" Cibir nya.
"Mau mati hah?!" Kesal Alexy kepada Dimitri yang berani mengatainya.
"Terserah." Dimitri kembali berjalan, tapi kini tangannya menggenggam tangan Alexy.
Alexy menyunggingkan senyumnya. Meskipun Dimitri tipe adik yang menyebalkan dengan sikap dinginnya, tapi Alexy tahu jika Dimitri menyayangi keluarganya.
Alexy dan Dimitri pun sudah berada didepan. Memang sudah terdengar tembakan, tapi di tempat itu ramai karena perampok itu sedang di ringkus oleh polisi.
"Lex!!" Panggil Kai dari kejauhan sambil berlari menghampiri Alexy dan juga Dimitri.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya Kai khawatir. Nafasnya terengah-engah, keringat membasahi wajah pria itu. Alexy melihat raut khawatir dari Kai.
"Aku baik-baik saja." Jawabnya menenangkan Kai.
Kai langsung menarik Alexy, Kai memeluk Alexy dengan erat. Rasa khawatir begitu besar untuk Alexy. Kai tahu jika Alexy takut dengan suara keras dan Kai merasa bersalah karena sudah meninggalkan kekasihnya.
"Syukurlah." Kai merasa lega.
"Ehm!!" Dimitri berdehem mengingatkan mereka jika ada orang lain yang juga berada disitu.
"Dimitri? Apa yang sedang kau lakukan disini?" Tanya Kai bingung melihat Dimitri juga ada di tempat itu.
Dimitri tidak menjawab. Wajahnya pun tetap dingin. Kai yang sudah terbiasa dengan sifat adik Alexy ini tidak mempersalahkan nya.
"Kita pulang." Ajak Kai. Alexy mengiyakan ajakan Kai. Lagipula kepalanya tiba-tiba berdengung karena surat tembakan itu.
"Kau ikut kami?" Tanya Kai kepada Dimitri.
"Tidak, aku membawa motor sendiri." Jawabnya tetap dengan suara ketus.
"Baiklah!! Kita pergi dulu." Kai menggenggam tangan Alexy dan pergi meninggalkan taman hiburan itu. Niat hati ingin memberikan kejutan di sebuah resto romantis harus dia lupakan. Karena Kai tahu jika saat ini Alexy sedang tidak baik-baik saja.
"Kau benar tidak apa-apa? Apa ada yang terluka?" Tanya Kai sepanjang jalan mengenai keadaan Alexy. Dia sangat takut Alexy terjadi sesuatu.
"Aku baik-baik saja. Jangan bertanya, karena aku tidak ingin mengingat ini." Jawab Alexy tanpa melihat lawan bicaranya. Kai pun kembali diam. Dia tahu jika saat ini Alex butuh sendiri untuk melupakan hal yang tidak dia sukai.
Kai pun kembali mengemudikan mobil, dengan sesekali menoleh kearah Alexy yang sedang mengedarkan pandangannya ke luar jendela.
***
Kai dan Alexy sudah sampai di kediaman Archer dengan selamat. Di depan pintu sudah ada Dominic dan juga Jean sedang menunggu anaknya kembali dengan wajah panik terlihat dari Jean. Setelah turun dari mobil, Jean langsung berlari menghampiri Alexy dan Kai.
"Kalian baik-baik saja?" Tanya Jean panik.
"Lexy baik-baik saja, Mom." Jawab Alexy bersikap biasa saja agar tidak membuat khawatir ibunya.
"Saya minta izin mengantar Alexy pergi ke kamarnya, Om, tante." Kai meminta izin kepada Dominic dan Jean.
"Silahkan." Jawab Dominic mengizinkan Kai mengantar Alexy ke kamarnya. Kai pun mengantar Alexy ke kamarnya.
Tidak lama setelah kai dan Alexy masuk kedalam rumah, Dimitri datang membawa motor sport kesayangan Alexy.
"Kau gila Dominic Archer? Kau sama saja menjadikan Alexy sebagai umpan." Jean terlihat marah kepada Dominic.
"Maafkan aku, sayang. Aku harus melakukan ini demi keluarga kita dimasa depan." Jawabnya penuh penyesalan.
"Kau benar-benar b******k, Dominic Archer." Setelah mengatakan itu Jean langsung masuk kedalam rumah.
"Sesuai rencana?" Tanya Dominic kepada Dimitri.
Dimitri menggelengkan kepala tanda tidak melakukan apa yang Dominic perintahkan.
"Baiklah!! Kau beristirahat lah. Biar Daddy yang membereskan sisanya." Dominic menyuruh Dimitri untuk masuk.
Sepeninggal Dimitri, Dominic menelpon seseorang.
"Perketat penjagaan." Kata Dominic kepada si penelepon dan langsung mematikan panggilannya setelah selesai bicara.
"Aku harus menggunakan umpan kecil untuk mendapat ikan besar. Aku akan melakukan apapun untuk melindungi keluargaku." Ucapnya sambil menatap nyalang kearah depan. Tangannya mengepal kuat tanda Dominic sedang menahan diri untuk sesuatu.