Sushi turun dari mobil dengan terburu - buru. Rautnya terlihat panik. Satpam yang duduk manis di dalam pos, hanya melirik Sushi -- dan pastinya Rori yang masih berada di dalam mobil -- dengan tatapan jengah. Satpam itu sedang mengira - ngira prank apa yang sedang Rori dan Sushi coba lakukan kali ini?
Yang jelas adalah satu hal, ia tak akan kena lagi!
"Rori ... bangun!" Sushi mengguncangkan lengan sahabatnya. "Ya Allah, gimana, nih? Rori nggak mau makan dari pagi sampek semalem ini. Katanya mulutnya pait. Terus tadi perutnya sakit. Terus pingsan pas mata kuliah terakhir." Sushi terlihat sekali sengaja mengeras - ngeraskan suaranya supaya didengar oleh satpam. Tentu saja agar satpam bernama Maliki itu menolongnya.
Sayangnya, Pak Maliki sudah terlalu hafal dengan gerak - gerik duo RSJ itu. Ia sudah pernah kena prank. Ia tidak mau ditertawai dan dikata - katai 'keledai tua' oleh dua anak muda nan tampan namun kelakuannya lebih nista dari anak iblis sekali pun.
Sushi merasa kesal tentu saja. Ia sudah akting maksimal, tapi tanggapan Pak Maliki justru seperti ini. Tapi usahanya baru saja dimulai. Ia tidak boleh menyerah terlalu dini. Bukan RSJ namanya kalau tidak berhasil mengerjai semua orang. Kalau tidak kena dikerjai, berarti bukan orang!
"Pak Malik, tolong saya gotong Rori ke dalem rumah!" Sushi mulai melancarkan jurus kedua.
Pak Maliki menyeringai sambil menggeleng. Kedua tangannya dilipat di d**a.
"Pak Malik kok gitu, sih? Rori sakit, lho, Pak! Nanti kalo Pak Malik nggak nolongin, bisa - bisa Bapak dimarahin sama Oom Holkay. Terus Pak Malik dipecat!" Sushi sampai harus mengancam Pak Maliki.
Oom Holkay adalah panggilan sayang Sushi pada Pak Broto Asmoro Xavier, ayah Rori. Bukan tanpa alasan Sushi memanggilnya dengan sebutan itu. Karena Pak Broto Asmoro adalah orang yang kaya raya. Bisa dibilang ia adalah orang terkaya se - Kediri Raya saat ini.
Orang kaya disingkat menjadi orkay. Tapi Sushi sok kekinian dengan membuat lidahnya sok kemandarin - mandarinan. Orang diubah menjadi Holang. Kaya tetap kaya. Holang Kaya disingkat menjadi Holkay.
Pak Maliki terbahak seketika karena ancaman Sushi yang menurutnya sangat kocak. "Mas Sushi, yang ada saya malah bakal dipecat kalo nolongin kalian berdua. Soalnya kalo saya kena prank, Tuan juga bakal kena nanti. Secara Tuan percaya banget sama saya!"
Sushi mendengkus kesal. Oke lah. Kalau Pak Maliki tak bisa di - prank, Sushi akan mencari mangsa lain. Secara di dalam rumah Rori yang super megah di hadapannya ini, masih ada banyak orang. Di antaranya Oom Holkay, Tante Alona, Kak Mahera, dan semua asisten rumah tangga yang jumlahnya belasan.
Fix, Pak Maliki ternyata bukan orang!
Sushi menelangkupkan tangan Rori ke punggungnya. Ia berbisik di telinga Rori. "Woy, berdiri sendiri lo! Ya kali gue disuruh ngangkat terus mapah lo beneran!"
"Ya kan ceritanya gue lagi pingsan, Bego. Lagian gue kan kurus kering kerontang kata lo. Ya kali ngangkat dikit sama mapah aja keberatan lo!"
"Njir, gue tuh penginnya gendong sama mapah cewek yang cakep, Ror. Ya kali yang gue gendong, papah, sama grepe - grepe elu melulu tiap hari!"
Rori susah payah menahan tawa. "Yah ... yang sabar aja. Semoga masih ada cewek yang mau sama lo."
"Sialan, gue ganteng gini siapa yang nggak mau coba? Ariana Grande aja pasti nggak nolak gue ajak ijab qabul!"
Rori benar - benar tertawa kali ini. Tak peduli masih ada Pak Maliki yang sedang mengawasi. Toh Pak Maliki sudah dihapus dari daftar target prank malam ini. Tentu saja karena ia sudah gagal kena prank. Dan sekali lagi, karena ia bukan orang.
"Eh, Sushi. Jangankan Ariana Grande. Lvcinta Lvna aja belum tentu mau sama lo!"
"Anjir, lo lama - lama ngeselin juga ya, Ror. Kenapa harus nyebut - nyebut barang rakitan, sih? Seenggaknya yang ori, lah, Bro! Langsung merinding, nih, gue!"
"Makanya jangan ngomong melulu lo! Cepetan angkat gue, terus papah ke rumah. Banyak bacot, sih, lo!"
Sushi melirik Rori dengan sengit. Akhirnya ia tetap mengangkat Rori, lalu memapahnya. Rori berjalan tertatih - tatih. Tidak, bukan karena Rori berat. Melainkan karena sejak tadi ia kesandung kaki Rori yang sok dilemas - lemaskan.
"Assalamualaikum, Oom Holkay, Tante Lona, Mbak Maheeeeeer!" Sushi berteriak seperti orang kemasukan. Padahal jelas - jelas ada bel di sebelah pintu. Biar dramatis katanya.
Baru lah setelah itu Sushi memencet bel berkali - kali. Padahal sekali saja sudah cukup. Mengingat bel itu tersalur pada seluruh ruangan di rumah ini. Jadi semua orang pasti akan dengar. Kalau berkali - kali seperti ini, justru mereka semua akan kesal. Telinga mereka cumpleng karena bunyi bel yang tak beraturan.
Lagi - lagi hal itu sengaja. Agar semua orang heboh. Agar semua orang keluar dan melihat kondisi Rori. Dengan begitu akan semakin banyak peluang 'korban' prank malam ini. Dengan kata lain, RSJ akan sukses besar.
Pintu dibuka oleh salah seorang asisten rumah tangga. Di belakangnya berderet teman - teman seprofesi. Anggota keluarga yang pertama turun adalah Mahera, kakak semata sayang Rori yang berjarak umur dua tahun.
"Oh my god!" Mahera menyentuh pelipisnya. "Oh my god, Sushi, what happened to my Rori?" Mahera terlihat khawatir luar biasa. Sebenarnya dari sekian miliar penduduk Bumi, Mahera tergolong sebagai salah satu dari sekumpulan manusia bodoh. Ia selalu kena, tak peduli sudah ratusan kali di - prank. Sushi dan Rori sebenarnya sudah tidak nafsu mengerjai Mahera. Tapi tidak apa - apa lah. Anggap saja sebagai pelengkap. Bonus tipis - tipis!
Satu lagi, Mahera memang selalu sok kebarat - baratan. Tidak, keluarga Rori tidak blasteran barat kok. Mereka semua orang Jawa tulen. Hanya saja, Mahera sangat nge - fans pada Cinta Laura. Sampai - sampai gaya berbicaranya diikuti, dan diterapkan dalam kehidupan sehari - hari. Membuat orang - orang di sekitarnya kadang pusing, tak mengerti dengan bahasa Inggris Mahera yang kadang super tidak jelas.
Mahera sebenarnya sangat cantik secara fisik. Sayangnya ... ya ... begitu adanya. Oneng syekalih!
"Mbak Maher, Rori pingsan!" jawab Sushi akhirnya.
"Oh, Sushi." Mahera berkacak pinggang, terlihat kesal. "Sushi, why you keep calling me Maher? I am adalah seorang wanita tulen. My name is Mahera. Not Maher. I'm not Maher Zain. Nooooot!" marah Mahera dengan mulut mencla - mencle dan aksen barat yang bagus, tapi grammar - nya bobrok.
"Ahelah si Embak, udah bilang I am, masih dikasih adalah, am itu artinya udah adalah kali! Itu namanya pemborosan kata. Enggak efektif. Bisa dimarahi guru bahasa Inggris sama Bahasa Indonesia sekaligus." Lihat? Sushi saja jauh lebih pintar dari Mahera!
"Sushi, you don't ngajarin me, ya. I sudah tahu how to speak English yang baik dan benar. You itu bego. Lebih bego daripada my Rori. Berani - beraninya you ngajarin I yang super duper clever ini!" Mahera semakin mencak-mencak.
Sushi sudah bosan. Telinganya terasa panas karena bahasa Inggris Mahera yang semakin hari semakin bobrok saja. "Iya deh terserah lu aja, Mbak Maher! Ini, adek lo pingsan, lemah, sakit, tak berdaya. Lo tolongin apa nggak?"
Mahera terkejut lagi seperti saat pertama melihat Rori dan Sushi datang tadi. "Oh my gooood. Gimana I bisa forget? Oh my Rori. What happened to you? Kenapa you bisa pingsan? Huhuhu ...." Mahera suda menangis tak keruan sampai ingusan.
"Ada apa lagi ini? Rori sama Sushi, kalian mau bikin acara apa lagi sekarang?" Oom Holkay dan Tante Alona berjalan beriringan menuruni tangga. Mereka tadi sepertinya sudah bersiap tidur. Buktinya mereka sudah memakai piyama.
"Ini, Oom Holkay. Rori pingsan!" Sushi membuat ekspresi sepanik mungkin.
"Rori, Sushi, udah dong, Sayang." Tante Alona terlihat lelah sekaligus sedih. "Ini udah malem. Waktunya semua orang istirahat. Kalian kalau mau nge - prank, lihat - lihat waktu juga dong, Sayang!"
"Tapi, Tante ... ini Rori sakit beneran! Dari pagi dia belum makan apa - apa, lho, Tan?" Sushi masih berusaha keras. Padahal saat ini pundaknya serasa mau copot karena menahan beban tubuh Rori terlalu lama. Sekurus - kurusnya Rori, lama - lama pasti tetap pegal lah.
"Udah ... semua orang udah tahu kalo kalian cuman akting sekarang. Tante sama Oom mau balik lagi ke atas!"
"Tapi, Mama." Mahera kali ini. Mahera yang masih khawatir setengah mati pada adik nistanya. "My Rori is sick. Mama sama Papa nggak mau help my Rori?"
Kasihan sekali Tante Alona dan Oom Holkay. Punya dua anak yang rupawan, namun semuanya dalam tanda kutip. Satunya bodoh tak ketulungan, satunya nista tujuh turunan.
"Hera, Sayang ...." Oom Holkay turun tangan. Ia geram, tapi ia tak pernah bisa marah pada Mahera. "Adek kamu itu lagi pura - pura kayak biasanya, Sayang. Mereka lagi bikin video buat Youtube!"
Mahera berpikir keras.
Satu abad kemudian ....
Baru lah ia menangkap maksud perkataan Oom Holkay. "Jadi Papa, sekarang my Rori lagi nge - prank? He's just acting?" Mahera terlihat sangat marah.
"Exactly." Oom Holkay mengangguk - angguk.
"Oh my god! I can't believe it! How dare you, Sushi? How dare you, My Rori? Tega kalian nge - prank the beautiful Mahera!" Mahera berbalik. Ia berlari cepat menaiki tangga. Sepertinya ia benar - benar tersakiti karena lagi - lagi kena prank adiknya sendiri dan pasangan homo - nya -- Mahera percaya Rori dan Sushi pacaran -- padahal tidak!
Semua orang -- termasuk Oom Holkay dan Tante Alona, juga para asisten -- secara serempak balik kanan dan bubar jalan.
Rori dan Sushi tak kehilangan akal. Rori buru - buru melepaskan diri dari Sushi.
"Sus, siniin plasma darahnya!" seru Rori.
Sushi buru - buru merogoh saku celananya, mencari plasma darah palsu ber - merk M*nster Bl**d yang akan mereka jadikan sebagai senjata pamungkas untuk prank kali ini.
"Nih ...."
Rori menyabet plasma darah itu, lalu segera memasukkan sebagian isinya ke dalam mulut.
Meski ini hanya prank, namun butuh perjuangan dan kerja keras. Rori harus berusaha menahan plasma darah itu supaya tidak tertelan, juga menahannya untuk tidak keluar dari mulut sebelum waktunya. Sementara rasa plasma darah itu sangat buruk. Baunya juga luar biasa amis, mirip darah yang asli.
Rori memberi kode pada Sushi untuk kembali berakting. Sementara ia buru - buru berbaring di sofa panjang.
"RORI ... LO KENAPA? RORI!" Sushi berteriak - teriak panik. Ia berlari cepat menyusul semua orang ke atas. "OOM, TANTE, MBAK MAHER ...."
Ketika orang itu menoleh. "Kenapa lagi?" Oom Holkay yang menanggapi. Rautnya terlihat meremehkan.
"Oom, Rori barusan sadar. Tapi dia kayaknya kesakitan, Oom. Kasihan mukanya pucet banget!"
Oom Holkay masih terlihat tak percaya. Tapi Sushi tak mau gagal membawa mereka semua kembali ke bawah. Ia segera menggamit tangan Oom Holkay dan menggelandangnya turun. Otomatis Tante Alona dan Mahera akan ikut nantinya.
Para asisten juga mengikuti majikan mereka yang kembali untuk melihat kondisi Rori.
Sushi menyeringai.
~~~~~ YSAG ~~~~~
T B C