Bab 3

1010 Kata
"Kamu masih ingat ga kalau dulu kamu pernah ngambek sama aku waktu aku kerjain kamu kasih kodok mainan?" "Ihh masih ingatla, aku kesal banget disitu sama kamu. Udah nungguin kamu lama, udah gitu tiba tiba kasih kado kayak gituan apa coba." "Tapikan kado yang sesungguhnya ga itu sayang, itu hanya alibi aja." "Tapi tetap aja itu ngeselin." "Hahaha aku kadang suka kalau kamu ngambek kesannya kamu imut tau ga manja-manja gimana. Aku suka." "Kamu ngeselin ahh."         Fandy tertawa keras dan akhirnya Sarah ikutan tersenyum melihat Fandy yang tertawa. Sarah cukup bahagia apabila Fandy bisa tertawa karna dirinya. Itu kebahagiaan yang selalu Sarah rasakan apabila bersama Fandy begitu pun sebaliknya.         Kenapa tadi Fandy bilang dulu, karna hal itu terjadi dulu 7 tahun yang lalu saat mereka menjalin cinta tanpa ada yang menghalangi. Bagaimana Sarah dan Fandy bisa bertemu? Saat masa kuliah, Fandy yang merupakan senior Sarah di kampus yang langsung jatuh hati melihat Sarah, Sarah yang akhirnya luluh dengan berjuangnya Fandy untuk mendapatkan Sarah.         Jadi sebelum Sarah menjadi sekretaris Fandy, mereka lebih dulu kenal dan sudah menjalin suatu hubungan. Empat tahun mereka menjalin suatu hubungan hingga tiba-tiba harus berakhir karna kesalahan yang Fandy perbuat. Itu adalah masa terpuruk bagi keduanya.         Akhirnya takdir mempertemukan mereka kembali, tapi dengan keadaan yang berbeda bahwa Fandy sudah menikah walaupun Sarah belum tapi itu menjadi suatu pukulan bagi Sarah. Tapi akhirnya mereka kembali bersatu karna mereka masih mempunyai rasa yang sama yaitu cinta.         Fandy merupakan cinta pertama Sarah, begitupun juga sebaliknya Sarah merupakan cinta pertama Fandy. Sulit bagi Sarah untuk menerima semuanya tapi akhirnya perasaan mengalahkan semuanya. Perasaan Sarah terhadap Fandy sangat besar begitu juga sebaliknya. Cintalah alasan mereka untuk mereka bisa bersatu kembali walaupun ada duri di tengah-tengah mereka yang akan siap kena kepada mereka dan akhirnya melukai mereka, tapi mereka berusaha untuk menyangkal itu. "Aku ga nyangka akhirnya Tuhan mempertemukan kita kembali dan kita bisa sama-sama saat ini." Fandy mengelus pipi Sarah. Saat ini Sarah sedang berada duduk di pangkuan Fandy. Mereka berdua duduk di kursi kebesarannya Fandy. Fandy sangat erat memeluk pinggang Sarah agar tidak terjatuh, sedangkan Sarah mengalungkan tangan sebelah tangannya ke leher Fandy untuk menahan tubuhnya. "Aku juga semoga Tuhan tidak memisahkan kita kembali." "Aku cinta kamu Sarah." "Aku juga cinta kamu Fan,"         Keduanya saling tersenyum kemudian Fandy mengecup bibir ranum Sarah dengan perlahan awalnya hanya mengecup tapi akhirnya semakin lama semakin dalam dan Fandy mulai mengeksplor mulut Sarah mengabsen setiap deretan gigi Sarah. Sarah kemudian mengelus d**a Fandy. Fandy semakin menggila dan mulai menggigiti bibir ranum Sarah. "Ma, Ivana mau ketemu sama Papa. Ivana kangen banget sama Papa." "Iya sayang, kan kita mau ketemu Papa. Papa pasti seneng deh bisa ketemu sama Ivana." "Papa pasti ada di kantor kan ma?" "Ada dong, eh tapi sekretaris Papa kok ga ada ya? Apa Papa lagi keluar ya?" "Coba kita lihat dulu ma."         Sarah sadar bahwa baru mendengar suara Hana istri Fandy dia langsung melepaskan diri dan bangkit dari pangkuan Fandy. Sarah panik begitu juga dengan Fandy mereka sama-sama panik dan terengah-engah karna ciuman panas mereka. "Aku harus bagaimana? Aku harus sembunyi dimana?" Sarah mulai panik dan mencari-cari tempat yang sesuai untuk dia bersembunyi. Fandy juga sedang mencari tempat yang mana bisa Sarah tersembunyi. "Sini kamu bersembunyi dibawah meja aku."         Fandy menarik Sarah untuk masuk ke bawah meja Fandy. Sarah masuk dan mulai mengatur nafasnya begitupun juga dengan Fandy. Tak lama Ivana dan Hana masuk keruangan Fandy. Fandy langsung memasang senyumannya dan berjalan kearah pintu dan menghampir istri dan anaknya. "Hai Papa, Ivana kangen Papa." Ivana langsung berada di gendongan Fandy dan Ivana mengalungkan tangannya di leher Fandy, Fandy membawa mereka kearah sofa di ruangan tersebut agar Sarah tidak ketahuan berada di bawah meja Fandy. "Iya sayang, Papa kangen juga kok sama kamu." "Papa selalu pulang malam dan Ivana udah tidur, terus Papa selalu berangkat pagi saat Ivana masih tidur. Papa udah jarang punya waktu untuk Ivana." Ivana memasang wajah cemberut kepada Fandy. "Iya sayang maafin Papa ya, Papa lagi banyak kerjaan di kantor. Oh iya Ivana mau ke kantor Papa kenapa ga telvon dulu?" Fandy masih melirik ke arah bawa mejanya dan memastikan bahwa Sarah aman disana. "Tadi Mama udah telvon Papa, tapi kata Mama hp Papa ga aktif." "Iya mas, kenapa Hp Mas Fandy ga aktif?" "Oh iya tadi ada meeting jadi di matikan lupa ngeaktifkan lagi. Nanti deh di aktifkan lagi." "Mas Fandy udah makan kan?" "Udah kok." Hana tersenyum kepada Fandy kemudian ikut memeluk Fandy. "Kita kangen sama Mas Fandy, hari ini Mas Fandy bisa pulang cepat ga? Biar kita bisa makan malam keluar bersama kita udah lama loh ga makan malam diluar bersama." "Aduh maaf, kayaknya Mas hari ini lembur. Lain kali aja ya." "Ayo dong Pa, kali ini aja. Ivana kangen Papa, Papa ga kangen Ivana ya? Papa jahat sama Ivana." Ivana mau menangis di depan Fandy. "Ehh jangan nangis dong anak Papa, yaudah deh Papa pulang cepat hari ini tapi Ivana jangan nangis lagi ya." Ivana langsung tersenyum dan menganggukkan kepalanya antusias. Fandy mencium kening Ivana. "Oh iya mas, Sarah sekretaris kamu kok ga ada di depan ya?" Wajah Fandy sedikit gugup. "Ohh itu mungkin dia lagi ke toilet atau ke dapur." "Ohh gitu." "Kalau gitu, Ivana pulang sama Mama ya, biar Papa cepat selesaikan kerjaannya biar kita bisa makan malam keluar hari ini. Gimana?" "Oke deh Papa. Ma ayo kita pulang." "Okey sayang, salam Papa dan cium Papa dulu dong." Ivana menyalam Fandy dan mencium kedua pipi Fandy. Fandy juga mencium kening Ivana. "Papa juga cium mama dong." Hana tersenyum kemudian Fandy juga mencium kening Hana. "Kami pulang dulu ya mas." "Kalian hati-hati ya."         Ivana melambaikan tangannya kepada Fandy, kemudian mereka keluar dari ruangan Fandy. Fandy langsung berjalan ke arah meja sebelum menarik Sarah dari bawah meja, Fandy mengambil remote di atas meja dan mengunci pintu agar tidak ada yang masuk. Ruangan Fandy juga kedap suara. Setelah itu Fandy membantu Sarah keluar dari bawah meja Fandy. "Maaf sayang kamu harus berada di bawah meja." "Gapapa Fan, yang penting ga ketahuan sama istri dan anak kamu." "Maafin aku ya gara-gara aku kamu harus kayak gini," "Ssstt udah ya gapapa Fan." Sarah mengelus pipi Fandy. Fandy tersenyum kemudian mengecup bibir Sarah. "Aku mau lanjutin yang tertunda." Sarah tersenyum kepada Fandy. Fandy langsung mencium Sarah dengan lembut dan perasaan cintanya. Fandy mengeksplor mulut Sarah dengan hati-hati dan mencicipinya sangat perlahan untuk mendapatkan makna yang manis dari ciuman itu. Sarah merupakan candu bagi Fandy.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN