Bab 1
Sarah sedang mempersiapkan dirinya di depan kaca, dia sedang memoles lipstik ke bibir ranumnya. Saat ini dia memakai kemeja putih dan rok pensil berwarna hitam diatas lutut. Handphonenya berdering di atas nakas kemudian sedikit berlari untuk mengambilnya dan mengangkat telvonnya.
"Iya gue udah tinggal pake sepatu."
"Oke tungguin gue, gue keluar sekarang."
Setelah mematikan telvonnya Sarah keluar kamar dan mengambil sepatu di rak sepatu kemudian dia langsung keluar dari apartementnya dan masuk ke dalam lift untuk ke lobby. Setelah di lobby dia masuk ke dalam mobil berwarna hitam dan kemudian ikut masuk ke dalam jalanan padatnya ibu kota.
Ketika sampai di tempat yang di tuju Sarah langsung turun dan naik lift ke lantai paling atas dimana ruangannya berada. Sarah melirik jam di tangan sebelah kirinya dan dia bernafas lega. Kemudian dia sedikit mempersiapkan dirinya kemudian duduk di kursi kebesarannya.
Tak lama seorang laki-laki dan seorang perempuan datang, Sarah tersenyum kepada mereka. Laki-laki tersebut berhenti di depan meja Sarah.
"Kamu keruangan saya dan bawa berkas yang saya butuhkan dan jadwal saya hari ini." Ucap pria itu dengan tegas.
"Baik Pak." Jawab Sarah.
Setelah mengatakan hal itu sepasang orang itu masuk ke dalam suatu ruangan yang sangat besar yang pasti merupakan CEO tempatnya bekerja dan Sarah menghelakan nafas kemudian dia mengikuti sepasang orang itu untuk masuk ke dalam ruangan.
Di dalam ruangan tersebut sepasang orang itu sedang duduk berdampingan di sofa yang berada di tengah-tengah ruangan. Sarah berdiri tidak jauh dari sepasang orang itu.
"Saya akan bacakan jadwal Bapak hari ini. Jam sepuluh nanti Bapak akan ada rapat bersama dengan pihak marketing perihal pemasaran, kemudian jam tiga sore nanti bapak akan ada survey lapangan, dan yang terakhir jam tujuh malam nanti Bapak akan ada ketemu klien dengan pihak Singapura atas perpanjangan kontrak Pak."
"Kenapa harus malam? Apakah tidak bisa diganti dengan hari lain?" Suara tegas itu sedikit menciutkan nyali Sarah.
"Maaf Pak, itu permintaan mereka karna besok pagi mereka harus balik ke Singapura, kalau Bapak tidak bisa malam ini mereka tidak akan memperpanjang kontrak, karena mereka hanya bisa hari ini. Seminggu yang lalu saya sudah konfirmasi ke Bapak dan-- "
"Oke saya bisa." Sarah menghela nafas setelah itu. Perempuan yang duduk berdampingan dengan laki-laki itu tersenyum melihat adegan tersebut.
"Kayaknya jadwal Mas Fandy hari ini padat sekali, kalau gitu Hana pulang dulu ya. Mas Fandy jangan lupa untuk makan." Pesan perempuan tersebut.
Laki-laki yang bernama Fandy itu tersenyum kemudian mencium kening perempuan yang memanggil dirinya Hana. Hanya tersenyum kemudian berdiri dan menghampiri Sarah yang berdiri.
"Kamu juga semangat kerjanya gausah takut sama Bapak, Bapak orangnya baik kok." Sarah yang dihampiri dan di bilangi seperti itu sedikit kaget kemudian tersenyum kepada Hana.
"Iya Bu terimakasih. Hati-hati di jalan Bu."
Hana tersenyum kemudian menepuk bahu Sarah setelah itu pergi meninggalkan Sarah dan Fandy dalam ruangan tersebut. Sarah kembali meghela nafas kemudian dia melihat ke arah Fandy. Setelah itu Sarah berjalan ke arah meja Fandy untuk meletakkan berkas yang dibawanya tadi.
"Saya akan meletakkan berkas yang harus Bapak periksa dan tanda tangani di atas meja. Saya sudah siapkan bahan untuk rapat nanti dan saya akan panggil Bapak."
Ketika Sarah sudah meletakkan berkas itu di atas meja, Sarah kaget saat dirinya tiba-tiba di peluk dari belakang. Tangan yang memeluknya itu berada di perut Sarah dan kepalanya di letakkan di ceruk leher Sarah. Sarah memejamkan matanya sejenak, Sarah tau betul bau dan pelukan ini. Sarah tidak akan mungkin lupa dengan ini dan dia sangat menikmatinya.
"Aku merindukan kamu. Sangat merindukan kamu." Ucap pria itu dengan sendu.
"Hmmm"
"Kamu kenapa?" Fandy membalikkan badan Sarah untuk meghadapnya.
"Kamu menyeramkan tadi." Fandy tertawa kemudian menangkup wajah Sarah.
"Maaf sayang, kamu tau kita harus bersikap profesional ada Hana juga tadi."
"Tapi tadi kamu sangat menyeramkan." Fandy kembali tertawa dan mencubit pipi Sarah.
"It's Okay aku minta maaf yaa." Sarah menganggukkan kepalanya.
"Senyum dong jangan cemberut lagi." Sarah tersenyum kemudian Fandy juga tersenyum.
"Gitu dong kan tambah cantik dan aku semakin cinta." Sarah tersenyum mendengar jawaban Fandy.
"Kamu bisa aja. Yaudah aku lanjut kerja dulu ya."
"Tunggu aku masih rindu kamu sebentar lagi ya." Fandy kembali memeluk Sarah, dan Sarah tersenyum.
"Manja banget sih kamu."
"Gapapa dong manja sama pacar sendiri lagian aku manja hanya sama kamu aja."
Sarah tertawa mendengar jawaban Fandy. Sarah memang menjalin suatu hubungan dengan Fandy yang merupakan bosnya sendiri dan dia menjadi sekretaris dari Fandy. Hubungan mereka sudah berjalan selama dua tahun belakangan ini.
Tetapi ada satu hal yang salah dalam hubungan mereka. Hubungan mereka tidak sehat dan terlarang. Karna Fandy sudah menikah dan perempuan yang bernama Hana tadi adalah istrinya. Istri sah Fandy yang sudah di nikahi Fandy selama lima tahun.
Tetapi Sarah tidak bisa pungkiri bahwa hanya bersama Fandy dia merasakan kenyamanan dan rasa yang di miliki Sarah ke Fandy bukanlah sembarangan karna rasa itu nyata adanya bahwa Sarah mencintai Fandy begitupun sebaliknya bahwa Fandy juga sangat mencintai Sarah. Kebahagian yang sesungguhnya yang dia punya hanya bersama Sarah bukan pada Hana istrinya.
Fandy selalu ingin bersama dengan Sarah, begitu pun sebaliknya Sarah juga selalu ingin bersama dengan Fandy. Walaupun mereka tau bahwa hubungan mereka salah tapi perasaan mereka tidak bisa di salahkan. Siapa tau dengan perasaan? Perasaan mengalahkan semuanya. Mereka hanya ingin selalu bersama dan akan selalu bersama hanya itu yang mereka inginkan.