Sarah dan Fandy sedang berada di salah satu Mall di Jakarta. Mereka sedang menikmati waktu berdua. Fandy sangat memanjakan Sarah yang ga pernah dilakukan oleh Fandy kepada istrinya. Semua hal yang dia lakukan kepada Sarah termasuk hati dan cintanya hanya kepada Sarah tidak pada perempuan lain termasuk istrinya.
Fandy sangat mencintai Sarah, karna baginya kebahagiaan Sarah yang paling utama. Sudah tiga jam di Mall tapi mereka belum selesai melakukan aktivitas bersama mereka. Fandy dengan sabarnya menemani Sarah belanja dan ke salon.
Bahkan yang bekerja di salon tersebut sangat iri pada Sarah karna bisa mendapatkan Fandy yang mau menunggu Sarah sampai selesai, karna jarang sekali ada pria yang seperti itu kata mereka yang mau menunggui pasangannya sampai selesai. Fandy sangat suka sekali memanjakan Sarah, yang penting Sarahnya bahagia itu yang menjadi komitmen bagi Fandy.
Setelah Sarah selesai salon, Fandy memuji kecantikan yang selalu di punya oleh Sarah. Baginya Sarah selalu cantik mau bagaimanapun Sarah bagi Fandy, Sarahnya akan tetap cantik dan hal itu membuat pipi Sarah merona.
Kemudian mereka berjalan sambil bergandengan tangan dengan Fandy membawa belanjaan Sarah. Mereka ingin makan siang karna perut mereka sudah keroncongan, jam makan sebenernya sudah habis tapi tetap saja mereka belum makan siang.
Hingga akhirnya mereka memilih tempat makan yang bernuansa desa. Mereka memesan makanan yang sesuai dengan keinginan mereka.
"Kamu senang hari ini?" Fandy bertanya pada Sarah.
"Senang banget dong, kita udah lama ga kayak gini kamu sibuk banget." Sarah memajukan bibirnya tanda dia cemberut.
"Maaf, pokoknya kita bakalan sering-sering kayak gini deh. Kamu tenang aja." Fandy mengelus pipi Sarah menenangkan.
"Beneren? Kamu janji?"
"Iya janji sayang." Sarah langsung sumringah mendengar jawaban Fandy. Fandy pun tersenyum karna melihat Sarahnya bahagia.
"Habis ini kita ke pameran foto ya. Teman SMA aku yang ngadain jadinya dia mau aku datang."
"Iya sayang, apa sih yang enggak buat kamu."
"Gombal banget kamu." Tapi pipi Sarah sudah merona karna perkataan Fandy, segampang itu Fandy membuat Sarah tersenyum malu-malu.
Tak lama makanan yang mereka makan pun datang, mereka memakan makanan mereka sambil membicarakan jadwal Fandy untuk minggu depan dan di selingi dengan cerita Sarah dulu waktu SMA yang di dengarkan oleh Fandy dengan senang hati. Fandy ingin selalu tau apa saja yang dilakukan oleh wanitanya. Fandy selalu ga pernah bosan mendengar cerita tentang apapun apabila itu mengenai Sarah wanitanya.
"Loh Pak Fandy?" Ditengah mereka berbicara kedua Bapak-bapak menghampiri mereka. Fandy memasang wajah terkejutnya tapi setelah itu dia bersikap tenang.
"Pak Handoko, Pak Syamsul, apa kabar?" Fandy berdiri dan memberi salam kepada Bapak tersebut. Sarah yang juga mengenal mereka tersenyum dan bangkit berdiri memberi salam kepada mereka.
"Baik kok Pak. Ini sekretaris Pak Fandy kan?" Pak syamsul bertanya kepada Fandy. Fandy tersenyum dengan canggung dan menatap Sarah ga enak.
"Iya pak ini sekeetaris saya Sarah, kebetulan tadi ada meeting di luar jadi begitu selesai kita makan siang karna masih ada yang mau dikerjakan." Mau tidak mau Fandy harus berbohong. Karena mereka taunya Fandy sudah menikah mana mungkin Fandy bilang bahwa Fandy bersama dengan kekasihnya.
"Ternyata begitu, lagi weekend masih mengurus pekerjaan ya pak sangat bekerja keras sekali. Istri Pak Fandy beruntung bisa mendapatkan Bapak ya." Fandy hanya tersenyum saja canggung saja dan melihat ke arah Sarah yang menunjukkan senyum yang dipaksakan.
"Kalau begitu kami permisi dulu ya Pak, silahkan dilanjutkan makan siangnya." Pak Handoko meminta pamit kepada Fandy dan Sarah. Setelah mereka pergi Sarah mengambil tasnya.
"Aku udah ga mood, aku mau pulang. Kalau kamu mau lanjut silahkan aku pulang aja." Kemudian Sarah pergi meninggalkan Fandy dan membawa bahan belanjaannya.
Moodnya rusak entah mengapa perkataan Fandy tadi sangat mengganggu hati dan pikirannya. Sarah tau Fandy memang sudah mempunyai istri tapi entah mengapa perkataan tadi menusuk hatinya. Sarah tau Fandy harus mengatakan itu tidak mungkin Fandy bilang kalau Sarah adalah kekasihnya tapi sama saja itu menyakitkan bagi Sarah.
Fandy meletakkan 3 lembar uang seratus ribuan dan kemudian lari mengejar Sarah. Fandy tau kenapa Sarah bersikap seperti itu. Karna omongannya dan kedua kliennya tadi.
"Sayang tunggu dong, kita pulang sama ya." Fandy berhasil mengejar Sarah. Wajah Sarah semakin masam. Sarah hanya diam saja, maka Fandy mengambil belanjaan Sarah dari tangan Sarah dan membawanya. Sarah menolak saat Fandy ingin merangkulnya. Akhirnya Sarah berjalan di depan dan Fandy dibelakang Sarah.
Selama perjalanan pun Sarah hanya diam saja dan menatap keluar jendela. Fandy dari tadi hanya bisa melihat Sarah dan sambil menghela nafas. Dia tidak ingin melihat Sarahnya begini, karna hal itu pun sangat mengganggu bagi Fandy. Dia tidak akan pernah bisa membuat Sarahnya sedih.
Setelah sampai di apartement Sarah pun, Sarah langsung keluar mobil dan langsung masuk ke apartement dan meninggalkan Fandy. Fandy menghela nafas dan menyusul Sarah sambil membawa belanjaan Sarah. Fandy masuk ke dalam apartement dan meletakkan belanjaan Sarah ke dalam lemari pakaian Sarah.
Sarah keluar dari kamar mandi dan menuju tempat tidurnya dia ingin mengistirahatkan hati dan pikirannya. Mungkin dengan tidur dia bisa menjernihkan kembali pikirannya hal itu dilakukan Sarah tanpa menoleh Fandy dan Fandy hanya menatap Sarah tetapi dia berjalan ke tempat tidur dan duduk di samping Sarah yang sedang berbaring.
Fandy memeluk sarah dari belakang, meletakkan kepalanya di ceruk leher Sarah. Sarah hanya memejamkan matanya dia tahu sikapnya sangat kekanakan tapi tetap saja itu sangat mengganggu bagi Sarah.
"Sayang, maafin aku yaa. Kata-kata aku menyakitkan kamu kan? Maafin aku ya." Sarah hanya diam saja dia sebenernya tidak ingin melakukan ini tapi egonya sangat sulit untuk menerima semuanya.
"Maaf udah buat kamu sakit, maaf udah buat kamu kecewa. Maafin aku sayang." Fandy sangat lembut berbicara kepada Sarah tapi Sarah masih tetap diam dan matanya mulai memanas menahan tangis.
"Aku ga mau kamu kayak gini sayang. Aku cintanya sama kamu. Kamu tau itu. Bahwa hati ini milik kamu seutuhnya sayang. Hanya untuk Sarah Dimitri." Fandy mengelus rambut Sarah dan mencium pipi kanan Sarah. Sarah sudah tidak bisa menahan gejolak yang ada dihatinya dan kemudian dia menangis di dalam pelukan Sarah.
Bahunya begetar sangat kencang karna tangisnya tapi dia tidak bisa mengeluarkan kata apa-apa. Dia hanya bisa menangis untuk mengeluarkan rasa sesak yang ada dihatinya. Melihat Sarah menangis membuat perasaan Fandy sangat tersayat bukan ini yang Fandy inginkan. Tapi Fandy tidak memaksa Sarah untuk berbalik dan berbicara padanya, Fandy memeluk menciumin Sarah dengan sayang dan menenangkannya hanya itu dulu yang baia Fandy lakukan. Karna nanti saat waktunya tepat pasti mereka bisa baik lagi.
Fandy ingin memberikan Sarah waktu untuk bisa mengeluarkan rasa sesak yang di alami Sarah. Hingga akhirnya Sarah capek menangis dan kemudian tertidur di dalam pelukan Fandy. Rasa tidurnya sangat nyaman dirasakannya karna berada di dalam pelukan Fandy pria yang mencintainya dan dicintai oleh Sarah.