4

1102 Kata
      Afwan berjalan dengan mood tak bersahabat. Haruminya tak bisa masuk sekolah. Cewek itu jatuh dari kamar mandi. Kakinya harus dijahit 4 jahitan, tadi subuh benar benar ricuh. "Loh? Harumi mana wan?"tanya Mushin. "Dirs.." "Hah?"pekik Mushin dan Dinar. "Kenapa?"tanya Dinar. Masa ia gara gara tod? Pikirnya ngawur. "Jatoh dikamar mandi" jawab Afwan judes. "Lo kenapa sekolah? Kok ga jagain dia?"tanya Mushin penasaran. "Dia nangis karena gue ga sekolah demi dia.. Ribet pokoknya"jelas Afwan malas. "Oh gitu.. Eh! Liat leher lo!"ujar Dinar antusias. Afwan menepis tangan Dinar. "Lo! Gue lagi ga mood! Diem!" Dinar memberengut, lalu mengintip leher Afwan. "Anjir shin cupangnya ada hahah!" Mushin menimpuk bibir sahabatnya itu dengan bukunya."bibir lo b**o!" Dinar menggaruk tengkuknya dengan melempar cengiran. *** Afwan melempar tasnya asal disofa yang sedang diduduki Harumi. "Gimana kaki kamu?"tanya Afwan datar.  "Baik.."cicitnya. Afwan mengangkat Harumi untuk bergeser duduk hingga gadis itu dipojok sofa panjang. "Ngantuk!" Harumi bengong, harusnya tidur, apa maksudnya menggesernya hingga ke ujung sofa .  Harumi menatap wajah Afwan yang kini tiduran dipahanya. "Sebentar.." Harumi diam, bingung juga, sedikit takut dan risih tentunya. Afwan meraih tangan kanan Harumi, dipeluknya didada. "Tangan satunya usap kepala"titahnya sarat perintah. Harumi mengusapnya kaku, perlahan usapannya pun menjadi biasa. Hingga kantuk benar benar menghampiri Afwan. *** Afwan mengernyit, merasa aneh kenapa bantalnya bergerak kembang kempis. Matanya perlahan terbuka, wangi bayi yang dikenalnya langsung tercium. Afwan mendongkak ternyata didepannya perut Harumi. Dan Harumi tidur dengan keadaan duduk? Pasti pegal pikirnya. Afwan bangun, meregangkan tubuhnya lalu menatap Harumi. "Afwan!"  Afwan menoleh kearah dapur, mamanya sedang berkacak pinggang, menatapnya penuh keingin tahuan. "ikut mama!"  Afwan mengangguk acuh lalu melirik arumi. Afwan membenarkan tidur Harumi lalu menyusul ibunya. *** Afwan mengusap tengkuknya, bingung juga. "Cuma tidur aja kok mah" Ana menghela nafas, "kamu pacaran sama Haru?"Tanyanya serius. "Hmm.."gumamnya mau jawab ya apa bener iya kan dirinya yang memaksa cewek itu. Kalau engga juga ya gimana, Afwan jadi kepikiran. "Jangan sampe kamu pacaran yang kelewat batas! Mama mohon jaga diri.. Jagain Haruminya" Afwan mengangguk, dan setelahnya petuah petuah lainnya pun terlontar darinya, memakan waktu mungkin satu jam lebih. Afwan sudah mulai kembali diserang kantuk. *** Harumi menggeliat, kakinya terasa tak diam, matanya terbuka. "Ganti perban"ujar Afwan acuh. Harumi diam, memperhatikan kerjanya. Harumi memandang Afwan yang serius, Harumi jadi penasaran sifat asli Afwan itu yang mana? Terlalu banyak Afwan berubah, Harumi jadi bingung sendiri. Tak terasa sudah dua minggu Harumi tinggal dirumah Afwan. Tak ada yang berubah, Harumi tetap saja belum terbiasa dengan Afwan. "selesai" Afwan membereskan p3knya, lalu beranjak, sebelumnya mengusap kepala Harumi. Harumi menatap perban dikakinya, perlahan dirinya pun beranjak, hendak menuju kamar. "kemana?" Harumi menoleh, Afwan menghampirinya. "Kamar" Afwan perlahan menuntun Harumi, hingga kembali duduk dikursi. "Kita nonton.." *** Afwan mengusap kepala Harumi dipundaknya, Harumi kembali terpejam, Afwan melirik jam, sudah hampir jam sepuluh malam. "Bangun." Afwan menepuk pelan pipi Harumi. Harumi membuka matanya. "oh! Maaf ketiduran.."cicitnya serak namun manja. Lucu. Afwan merangkul Harumi, "Tidur dikamar.." Harumi berjalan dengan dipapah Afwan. "Makasih.." "Hmm.." *** Afwan keluar kamarnya, matanya melirik kamar Harumi yang terbuka sedikit.Langkah Afwan pun berbalik jadi kekamar Harumi. Afwan menyembulkan kepalanya,dilihat Harumi sedang duduk dilantai, ditemani mainan barbie? Gadis itu tengah merangkai rumah barbie. Kekanak kanakkan pikir Afwan. Harumi menoleh saat pintunya terbuka, wajahnya kembali dilanda kegugupan. "Sedang apa?"tanya Afwan sekedar basa basi. Lalu duduk mepet disamping Harumi. Harumi hendak bergeser, tapi Afwan merengkuh pinggangnya. "A..aku se..sedang merangkai rumah, barbie.."jelasnya gelagapan dan berakhir cicitan. "Kamu suka barbie?"tanya Afwan dengan menatap Harumi yang cantik dengan pakaian tidur bermotif bunga. Harumi mengangguk dua kali. "Dari kecil"jelasnya polos dan malu malu. Afwan menyelipkan rambut Harumi kebelakang telinga. "Ajari aku.. Aku ingin ikut main"pinta Afwan tenang. Harumi sedikit tak percaya tapi balik lagi tak bisa membantah. Harumi menjelaskan ini itu dengan gugup, awalnya tapi makin kesini Harumi sudah terlihat santai. Afwan terkekeh kecil dalam hati, caranya agar Harumi bisa sesantai ini, mirip sekali dengan mengambil hati anak kecil. "Bukan begitu.. ini digabung dengan ini, kayak batre, negatif positif.. Tuh ada tulisannya.."tunjuknya tanpa sadar kalau Harumi sangat dekat jaraknya dengan Afwan. Afwan menatap Harumi tak terbaca, namun Harumi tak menyadarinya. Dia sedang asyik dengan dunianya. "begini?" Afwan menunjukan hasil karyanya saat berusaha membangun benteng. Harumi mengangguk antusias. "Iya.. Ih rapih.."pekiknya iri namun terlihat lucu. Afwan menunjuk pipinya. "Kasih aku hadiah.."ujarnya dengan menampilkan kembali seringai m***m andalannya. Ketahuilah,Tak ada yang tau ekspresi itu kecuali Harumi. Harumi kembali gugup, dengan ragu mendekatkan bibirnya hendak menuju pipi Afwan. Namun Afwan menyambar bibir Harumi lebih dulu, sedikit melumatnya, tangannya melingkar ditubuh Harumi yang ingin menjauhinya. "Mmph.."erang Harumi berusaha melepas ciuman itu. Tapi Afwan masih ingin. Malah tangannya sudah berani. Mengusap punggung mulus Harumi. Harumi memekik tertahan, dirasa sudah cukup Afwan melepas pagutannya dengan terengah, menatap Harumi intens. Tangannya masih diam disana. Afwan mengecup kening Harumi sebagai penutup. "Besok aku ikut main lagi, sekarang aku ke kamar dulu"jelasnya datar namun suaranya terdengar serak. *** Ana menelpon Dewi dengan Harumi menanti disampingnya. "Hallo.. Dew, bagaimana kabarmu disana?" "Baik, bagaimana disana? Harumi? Aku tidak menghubunginya, aku sibuk dan jika aku menghubunginya aku akan rindu pada anak itu, konsentrasiku bisa buyar.."Jelasnya lirih. Harumi ikut sedih, ternyata itu alasannya, Harumi salah menduga, kebiasaannya yang selalu menduga duga, membuat Harumi kesal sendiri. Harumi menghapus air matanya yang turun, lalu memberi kode pada Ana agar tak memberikan telponnya pada Harumi. "Baik, dia sangat baik.. Sudah nyaman juga.." "Syukurlah.. Akan aku usahakan untuk mengunjunginya bulan depan, proyekku benar benar sedang serius dan sibuk sibuknya.."keluhnya terdengar lelah. Harumi mengerti sekarang! Toh ibunya juga tak sedang bersenang senang disana. Harumi tak bisa membendung air matanya, Afwan yang melihat itu disebrangnya beralih hingga disampingnya. Dengan repleks, Harumi memeluk Afwan, menenggelamkan wajahnya didada laki laki itu. Afwan sedikit terkejut, tapi dengan cepat mengubahnya, lalu mengusap punggung Harumi yang bergetar, menahan suara isakannya agar tak terdengar.  Ana melirik keduanya dengan senyum kecil penuh arti, Ana beranjak meninggalkan keduanya dengan masih berbincang bersama Dewi. "Jangan ditahan.. Nanti kamu susah nafas"ujar Afwan dengan ekspresi tak terbaca. Harumi mengurai pelukannya, menatap Afwan dengan mata sembabnya yang merah dan polos itu. "Aku salah..aku pikir mama lupa tapi mama ngelakuinnya sengaja karena tak ingin mengganggu konsentrasinya, aku egois.. Padahal mama sama kayak Aku, kangen.."ujarnya dengan tersedu sedu, Afwan mengusap air mata Harumi tanpa banyak kata. "aku bodoh.. ga berguna dan manja.."gumamnya dengan masih terisak, Afwan tak melepaskan tangannya yang menangkup pipi Harumi. "Jangan berpikir seperti itu!"ujar Afwan tak suka dan sedikit membentak. Harumi kembali terisak. "Rindu ya obatnya ketemu! berhenti nangis!"tegasnya. Harumi mengulum bibirnya agar tak mengeluarkan isakkan. "Mama kamu akan kesini.. Jadi jangan cengeng, mandiri.. Kamu udah besar"nasihat Afwan sedikit ketus dan tegas. Harumi mengangguk kecil, ucapan Afwan tidak salah sama sekali. Afwan kembali memeluk Harumi, kali ini lebih erat. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN