5

1643 Kata
     Harumi membereskan kamarnya tanpa bantuan pelayan pagi ini. Hari ini adalah hari pertamanya menjalani tugas yang digurui Afwan. "Mulai dari yang kecil dulu.. Nanti kamu biasa, aku ga mau calon istriku tak bisa melakukan apapun tentang rumah tangga.."ujar Afwan enteng. mau tak mau Harumi merona mendengarnya. Afwan masih asyik dengan game diponselnya, sedangkan Harumi sedang sibuk turun naik kasur. "Afwan.."panggil Harumi pelan. "Pake sayang.."titahnya masih acuh.  Harumi memberengut malu, mana bisa pikirnya merengek. Harumi menatap tasnya yang entah sengaja atau engga Afwan menyimpannya di lemari yang paling atas. "Afwan.. Sa..sayang"panggil Harumi malu malu. Wajahnya merona padam. Afwan mengulum senyum puas, lalu menatap Harumi sekilas. "Biar aku bawa tasnya, sayang.."ujar Afwan datar namun diakhir diiringi seringaian. Harumi menahan nafas, tubuhnya bersandar dilemari itu, Afwan menempelkan tubuhnya pada Harumi saat mengambil tas Harumi. Afwan mengecup rambut Harumi, sebelum memberikan tasnya. Tanpa kata Afwan berjalan keluar. "istirahatlah.." Harumi mengangguk samar, *** Afwan menghampiri Ana yang tengah sibuk dengan tabnya. "Ada apa sayang?"tanya Ana masih dengan konsentrasi menatap tab. "Motor Afwan jual aja ma.." Afwan mengambil cemilan dimeja sang mama lalu memakannya sembari menatap kegiatan sang mama. Ana menyimpan tabnya, lalu menatap sang anak dengan tak percaya. "Tumben, bukannya si Olif kesayangan kamu?"  Olif, nama motor Afwan. Dulu Afwan beli saat smp dan dia benar benar sayang motor itu sampe dikasih nama, kalo ada yang tanya perihal pacar, pasti jawabnya "pacar gue si Olif" "Afwan mau pake mobil aja.."jelasnya dengan tenang disela kunyahannya. "Terserah kamu aja.. uangnya? Mau kamu tabung?" Afwan mengangguk. "hmm.. Modal nikah.."ujarnya datar, namun sukses membuat Ana terbahak. "dasar.." *** tak terasa sudah hari minggu lagi, Afwan jogging setelah itu membersihkan mobilnya. Harumi turun dari kamar, lalu melirik keluar, melihat Afwan, langkahnya pun tertarik keluar.  Afwan menoleh sekilas, "Bantuin"titahnya angkuh.  Harumi mendekatinya ragu, Afwan menarik Harumi hingga berdiri didepan Afwan. Kenapa Afwan memberikan selang airnya dengan posisi seperti memeluknya dari belakang pikir Harumi gugup. Harumi mengambilnya dan mulai menyemprotkan air kemobil didepannya. Sedangkan Afwan melingkarkan tangannya diperut Harumi. Harumi semakin dibuat gugup, belum terbiasa. "Sebelah kiri masih ada sabun.."ujar Afwan. Harumi menyiramnya hingga bersih, Afwan mengeratkan pelukannya. "Kita nonton nanti sore"  Afwan melepaskan pelukannya, lalu mengambil alih selangnya. Harumi masih diam ditempat. sedangkan Afwan kembali membersihkan mobil hingga beres. "Udah mandi?"tanya Afwan tanpa menatap Harumi.  "Be..belum.." Harumi tersentak saat semprotan air mengenai wajah dan badannya. "aku mandiin.."ujar Afwan acuh. Harumi berusaha menghalau air dan mendekati Afwan hendak mengambil selang namun Afwan berhasil menjauh dan berakhir dengan kejar kejaran sesekali tawa terdengar dari keduanya. *** Afwan menyampirkan jaketnya dibahu Harumi, matanya menajam. "jangan dipake lagi"  Harumi mendongkak menatap Afwan. "Apanya?"tanyanya polos. "bajunya!"terang Afwan sedikit ketus. Harumi memakai baju yang mengespos bahu putihnya, leher jenjangnya terlihat karena gadis itu mengikat dua rambutnya yang ujungnya diikal jatuh. Cantik, tapi Afwan kesal karena orang orang khususnya laki laki selalu menatap Harumi tertarik. "Iya.." Harumi menatap toko boneka disebrangnya dengan berbinar, ada boneka yang dicarinya disana, kuda poni. "Kita beli tiket.." Harumi menahan tangan Afwan berani untuk pertama kalinya. Menatap Afwan polos. "Boleh aku beli itu dulu?" Afwan menatap Harumi tak terbaca lalu menoleh ketempat yang ditunjuk Harumi. "Pulangnya.." *** Harumi tak fokus menatap film didepannya, pikirannya masih cemas akan nasib boneka yang terlihat dua biji lagi itu. Afwan merangkul Harumi, Harumi mendongkak menatap Afwan. "Rame?" Harumi mengerjapkan matanya, "Ra. Rame.."  Afwan kembali fokus menatap layar, diikuti Harumi. "nanti aku tanya.. tentang film ini, kalau kamu ga tau aku hukum" Afwan menyeringai. Harumi tergelak kaget, dengan  cemas Harumi berusaha fokus mengingat dan mengamati film didepannya. Bahkan jumblah becak pun dihitung dirinya. *** Harumi mempercepat langkahnya, Afwan tersenyum kecil. Ga dewasa pikirnya. Harumi berdiri lunglai, bonekanya sudah tak ada. Harumi menatap Afwan sendu. "Habis.."cicitnya lirih. Afwan mengalihkan tatapannya pada sang penjual. "mba.. Boneka kuda poni habis?"tanya Afwan. "Iya kak baru saja tadi ada yang beli.." Harumi semakin lunglai, Afwan menarik tangan Harumi. "Cari ditempat lain.." Harumi memberengut. "Ga ada.. Boneka itu sulit dicari.."rengek Harumi Manja. Melupakan ketakutan dan kegugupannya. Afwan terdiam, menatap Harumi disetiap langkahnya. "Manja.."gumam Afwan yang sukses membuat Harumi menatapnya dengan bibir mengerucut. "Kamu udah gede, kenapa masih main boneka.." Harumi semakin dongkol. "Yaudah ga jadi.."rajuknya. Afwan terkekeh. "Udah berani ya sekarang.." Harumi menunduk, bukan begitu pikirnya sendu. *** Afwan melajukan mobilnya lambat. "Sekarang Waktunya.. Siapa nama tokoh utama difilm tadi?" Afwan menepikan mobilnya ditempat parkir area taman. Tempat para remaja berpacaran. Afwan menatap Harumi serius. Harumi terlihat berpikir keras. "Me..melan?"ujarnya ragu.  Afwan mengangguk, Harumi mendesah lega. "mereka pindah kekota?"Harumi kembali serius, Dirinya tak ingin dihukum. "ban..bandung?"cicitnya ragu. Afwan menyeringai, "Salah.. dihukum!" Afwan melumat bibir Harumi, cukup lama dan semakin menuntut, tangannya sudah berani masuk bahkan meremas d**a Harumi. Harumi menggeliat menolak namun, kalah tenaga dengan Afwan. Afwan melepaskan pagutannya sesaat lalu kembali mengulum bibir Harumi. Afwan menyelipkan tangannya dibra Harumi, Afwan benar benar menyentuh langsung d**a Harumi. Afwan mulai hilang akal kalau saja Harumi tidak menggigit bibir bawahnya. "Akh!"erang Afwan. Harumi melepaskan tangan Afwan didadanya, matanya bergetar takut. "Jangan takut.."repleks Afwan. Afwan mengusap kedua pipi Harumi. "Aku serius.. Soal...Kamu pacar aku.."sambungnya dengan menatap mata Harumi penuh arti. *** Afwan dan Harumi masih diam didalam mobil, padahal mereka cukup lama sampai dipekarangan rumah. "Bagaimana pun.. Kamu ga bisa nolak.."ujarnya memecah keheningan. "Tapi aku takut, kamu me..mesum"cicitnya diakhir kalimat.  Afwan terkekeh pelan, berusaha sabar kalau berhadapan dengan anak polos dan manja memang harus pelan, dan Afwan malah selalu membuatnya takut dengan sifat nyosornya itu. Bahkan hingga saat ini, Afwan masih tak percaya dirinya memiliki sifat itu. "Namanya juga sama pacar"elaknya tak mau kalah. "Aku belum biasa.."ujarnya sedikit merengek. "Makanya, biasain.."ujar Afwan enteng. "E..emang pacaran, se..semua orang gitu?"tanya Harumi polos. Afwan benar benar gemas sekarang. "Ada yang lebih dari itu.."jelasnya santai. "Lebih?"gumamnya bertanya pada diri sendiri. "Udah.. Pokoknya biasain! Dan kamu pacar aku.." Afwan keluar dari mobil disusul Harumi. *** "Wan lo udah lama ga nongkrong, anak anak pada nanyain tuh.."ujar Dinar saat dirinya baru sampai dikelas. "Gue tobat tawuran.."jawab Afwan enteng. "Loh? Serius? Lo yang kuat wan.. Jangan lah"ujar Mushin ikut nimbrung, menghentikan kegiatannya sejenak dari perbo and kepan. "Hmm.. Kasian nyokap, bokap pergi gegara gue.. Gue baru bisa mikir sekarang"ujarnya masih dengan menatap ponsel, memainkan game. "udah mau lulus juga, satu semester lagi, itu juga ga full.. Tobatlah.."sambung Afwan yang kini sudah berhenti bermain game.  Harumi yang tengah menyalin catatan, hanya melirik Afwan sekilas. Jadi Afwan pernah bandel pantes terkenal pikirnya. "Udah?" Harumi mendongkak, lalu menggeleng, "Aku ke kantin bentar ya.. Mau titip apa?"tanya Afwan sedikit lembut? "A..air aja.." Afwan mengangguk lalu berlalu. Sejak kejadian semalam, Afwan jadi sedikit berubah walau masih berwajah datar tapi suaranya melembut, sedikit pikir Harumi. *** Afwan meninggalkan kedua sahabatnya, Dinar menatap kepergian Afwan. "Dia berubah semenjak ada Harumi.." Mushin mengangguk setuju, "Bagus deh.. gue juga pengen berhenti sebenernya.. Lo gimana?" Dinar merenung. "Maunya.. Liat aja kedepannya.. berubah jadi lebih baik kenapa engga yekan?" Mushin mengangguk seraya merangkul Dinar. "Yoi.. Baru nih .. Lo cs gue" *** "Makasih.." Afwan mengangguk,  "Udah?" "Udah.." Afwan membuka satu bungkus roti untuk Harumi, "Makan sayang.." Harumi seketika merona, Afwan memanggilnya sayang? Harumi geli sendiri. "Ma..makasih"gugupnya, memakan roti dengan sedikit salting. "Baru dipanggil sayang udah salting.. Gimana kalau dipanggil mama.."goda Afwan dengan setenang mungkin.  Harumi gelagapan, Afwan mengusap kepala Harumi. "minjem ponsel.." Harumi merogoh saku, lalu memberikannya pada Afwan. Afwan mengotak atik ponsel Harumi, lalu kembali memberikannya pada Harumi. "aku minta poto kamu, udah aku kirim juga kok.." Harumi mengangguk, "Iya.." Kalista berjalan kearahnya, Afwan mendatarkan ekspresinya. Menatap tajam wanita itu. "ga kekantin? Kok aku diblokir?"tanyanya pada Harumi. Harumi bingung harus jawab apa, dia melirik Afwan. "Gue yang blokir.. Lo ga baca kalo yang bales pacarnya.."ujar Afwan sarkas. "Kok kamu jadi benci aku kayak gini sih wan.."ujar Kalista tak terima. Afwan geregetan jadinya, Kalista benar benar tak sadar diri, harusnya pertanyaan itu dia lontarkan untuk dirinya sendiri. "Pikir aja sendiri.. Jangan deketin Harumi, gue ga suka.. Dan lo taukan kalo gue udah ga suka gimana?"tanya Afwan sinis, tatapannya benar benar gelap. Kalista gelagapan ditempatnya, dengan kesal dirinya berlalu keluar kelas.  semua siswa menyaksikan drama singkat itu, dan kini mulai berbisik bisik. "Apa ga berlebihan?"tanya Harumi pelan. Afwan menggeleng, lalu mengusap kepala Harumi sekilas, "Ga usah dipikirin.."  Harumi menatap Afwan yang sudah tidak sekejam tadi, wajahnya sudah kembali melunak. "Makan lagi, habisin rotinya.."  Harumi mengangguk patuh, kalau saja Afwan bersikap begini terus, Harumi yakini dirinya tak akan lagi takut padanya. *** Harumi membuka ponselnya saat pesan masuk, nama si pengirim, sayang dengan emot love. Turun kita makan martabak. Harumi beroh ria, ini Afwan, sejak kapan namanya berubah, oh mungkin waktu dikelas pikirnya.  Harumi turun, Afwan menoleh saat Harumi berjalan turun dari tangga. Afwan berdecak, sudah tau dirinya selalu berhasrat melihat Harumi, dan sekarang gadis itu sedang mengujinya.  Kaki putih mulusnya terekspos karena Harumi memakai celana sangat pendek sekarang, kaosnya kebesaran hampir berhasil menenggelamkan celana itu. "Makan"ketus Afwan,Harumi duduk dengan bingung, kenapa Afwan sangat ketus begitu pikirnya heran. "Ma.makasih.." "Hmm" Afwan tak menatap Harumi, malah menatap martabak ditangannya sesekali memasukkannya kemulut.  Harumi memakannya pelan, sesekali melirik Afwan yang kembali sedikit berubah. Afwan beranjak. "Aku tunggu dikamar" *** Harumi mengetuk pintu Afwan, lalu membukanya. "Masuk.."suara Afwan terdengar serius.  Harumi menutup pintu, lalu menghampiri Afwan yang kini duduk diujung kasur "Duduk.." Harumi duduk dengan canggung, Afwan memeluk Harumi erat lalu mengecup pipi Harumi, turun ke rahang. "Afwan.."cicit Harumi cemas.  Afwan naik kebibir Harumi, melumatnya rakus, Afwan membawa Harumi hingga terlentang dikasur. Tangannya mengusap paha dalam Harumi, Harumi melenguh disela ciumannya. Afwan melepas pagutannya. Masih dengan mengusap paha dalam Harumi. mengukung setengah tubuh Harumi. "Kamu ga mau kan aku melakukan yang lebih dari ini?"Harumi mengangguk cepat. "Kamu boleh pake kayak gini kalau kita udah sah.. Jangan pancing aku Harumi.." Afwan mengusap bagian sleting celana Harumi. "Jangan sampe aku buka, jadi jangan dipake lagi.."  Harumi mengangguk, Afwan melumat kembali bibir Harumi, tangannya masuk kedalam kaos Harumi, meremas d**a Harumi lembut, Harumi kembali melenguh, sedikit sedikit membalas lumatan Afwan. Afwan segera beranjak, lalu menatap Harumi yang terlentang. "Kamu udah boleh pergi sayang.."ujar Afwan datar. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN