4. Terasa Kacau

1602 Kata
Alka memainkan sendoknya di makanan yang sudah dibuatkan oleh Bu Ayu. Sejak lima menit yang lalu Alka hanya memainkan makanannya tanpa berniat menyuapkan sedikit saja ke bibirnya. Sesekali Alka juga tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya. “Dasar gadis bodoh,” batin Alka sambil tidak henti tersenyum. Galen yang melihat Papanya senyum-senyum pun mengerutkan dahinya bingung, “Pa, kenapa Papa tersenyum terus?” tanya Galen menyentak lamunan Papanya. Alka tergagap, pria itu menatap ke arah Galen. Bukannya memberi jawaban kepada anaknya, Alka malah kembali tersenyum. Alka membayangkan tadi Mulya menyebut Galen dengan sebutan Galon. “Hahahaha ….” Tawa Alka pada akhirnya nyembur juga mengingat kejadian lucu itu. Galen yang melihat papanya tertawa pun terkejut bukan main. Dari kecil dia diasuh papanya, dan sangat jarang sang papa tertawa sengakak ini. “Bu Ayu!” pekik Galen ketakutan. Galen segera turun dari kursi makan dan menghampiri Bu Ayu. Sedangkan Alka tidak peduli anaknya ketakutan, Alka terus menertawakan hal yang sangat receh. Yaitu Galen yang disebut Galon. “Hahaha … Mulya-Mulya,” ucap Alka mengusap air matanya yang jatuh karena terlalu ngakak tertawa. “Bu Ayu!” pekik Galen lagi menghampiri Bu Ayu. “Galen, ada apa, Nak?” tanya Bu Ayu memegang tangan Galen. “Bu, Papaku kena sambet apa? Kenapa papaku tertawa kayak begitu?” tanya Galen panik. Bu Ayu melihat Tuannya yang kini masih tertawa. Bu Ayu pun memundurkan tubuhnya. Ternyata bukan hanya Galen yang takut melihat tawa Alka, melainkan juga Bu Ayu. “Bu Ayu kasih makan apa pada Papa? Kenapa Papa jadi aneh begini?” tanya Galen menggoyangkan tangan Bu Ayu. “Makanan biasa saja, Galen. Makanan sehat sesuai keinginan Papa kamu.” “Apa jangan-jangan makanan sehat buat Papa gila?” tanya Galen. “Jangan bilang begitu!” tegur Bu Ayu yang menarik Galen untuk mendekati Alka. Alka semakin menjadi, pria itu terus tersenyum sembari memainkan sendok di tangannya. “Galen!” panggil Alka membuat Galen terkesiap. “Ya, Pa. Galen di sini,” jawab Galen mengangkat tangannya. “Biasanya orang itu live jam berapa?” tanya Alka. Galen tampak berpikir keras, ‘orang itu? Siapa orang itu? Galen pun menggelengkan kepalanya karena tidak tahu apa maksud Papanya. “Maksud Papa siapa? Siapa yang live?” tanya Galen balik. “Itu loh dia yang sering live makan usus,” jawab Alka gemas karena Galen tidak nyambung. “Oh Kak Mulya. Sebentar lagi live,” ujar Galen. Alka segera memakan makanannya, pun dengan dia yang menyuruh Galen menghabiskan makanannya. Alka tampak tergesa-gesa seolah dikejar waktu. “Papa bilang untuk maka santai, gak boleh buru-buru,” cicit Galen. “Malam ini Papa masih ada pekerjaan, Galen. Jadi harus makan dengan cepat,” jawab Alka. “Papa mau ke rumah sakit lagi?” tanya Galen sedih, bocah itu langsung memegang tangan Papanya. “Enggak, Papa kerjanya di rumah,” jawab Alka. Galen pun tersenyum senang, meski dia tidak tidur satu kamar dengan Papanya, tetapi cukup Papanya di rumah, dia sudah senang. Tidak berapa lama, Alka sudah menghabiskan makanannya. Pria itu segera berdiri, “Galen, lanjutkan makannya. Bu Ayu, tolong awasi Galen!” pinta Alka sambil mengusap puncak kepala anaknya. Setelahnya pria itu segera kabur meninggalkan dapur. Galen merasa Papanya sudah berubah, seolah ada yang disembunyikan darinya. Kendati demikian, Galen tidak mau berpikir dan melanjutkan makannya. Sedangkan di kamar, Alka mengotak-atik hpnya. Pria itu melogout akun Tiktoknya dan mendaftarkan dengan nama baru. Nama yang pasti tidak akan dikenali oleh Mulya. Setelah sibuk mengotak-atik, Alka melihat akun Mulya yang ternyata sudah mulai live. Tanpa pikir panjang Alka pun memencet tombol untuk melihat. “Terimakasih yang baru hadir. Kali ini aku akan mereview buah caramel. Nih aku buat sendiri karamelnya. Kayak rambut nenek ya,” oceh Mulya menunjukkan buah caramelnya. Alka melihat dengan seksama live dari Mulya. Sesekali pria itu tersenyum karena ocehan tidak bermutu Mulya. Ternyata di manapun gadis itu berada, gadis itu selalu cerewet. “Orang-orang yang melihat livenya hanya orang gabut,” batin Alka. Alka tidak sadar diri kalau sekarang dia tengah melihat live gadis itu yang asik makan. Sesekali Alka akan menjilat bibir bawahnya karena ingin mencicipi buah karamel itu. “Aku akan mengundang orang untuk menemaniku makan,” ucap Mulya. “Orangnya ganteng, manis, dan yang pasti selalu membantuku live di belakang layar. Orang ini juga adalah orang yang aku cintai. Silahkan masuk, Alvarez!” pekik Mulya bertepuk tangan heboh. Tidak berapa lama seorang pria muda yang terlihat seumuran Mulya pun muncul di layar. Alka mengepalkan tangannya kuat tatkala melihat pria itu, pun dengan ucapan Mulya yang mengatakan kalau pria itu adalah yang dicintai oleh Mulya. Tanpa mau melihat hpnya lagi, Alka mematikannya dan meletakkan ke sembarang tempat. Hati Alka rasanya sangat panas, tadi siang Mulya nangis-nangis dan mengatakan kalau gadis itu mencintainya. Namun, saat malam hari semuanya sudah berbeda. Mulya mengatakan mencintai pria lain. Harga diri Alka rasanya tersentil, pria itu tentu saja marah karena merasa diphp. Meski Alka belum mencintai Mulya, tetapi dia tidak terima diperlakukan begini. Mulya yang seolah mencintainya, tetapi nyatanya perempuan itu mempunyai pacar di luar sana. “Mulai saat ini, aku tidak akan melihat live mu lagi,” batin Alka menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya sampai ujung kepala. Alka merasa tidak ada gunanya dia mesam-mesem sejak tadi, karena setelah live hanya kemarahan yang ingin Alka ledakkan. Keesokan harinya, seperti biasa Alka ke rumah sakit untuk bekerja. Alka tipe orang yang cuek dan dingin, bahkan pria itu selalu terkesan tidak peduli dengan sekitarnya. Ya, semua orang mengakui itu, tetapi kali ini taraf kecuekan Alka bertambah berkali-kali lipat membuat dokter lain bingung. Alka berjalan melewati koridor rumah sakit dengan wajah yang terlihat tidak bersahabat. beberapa kali rekan dokternya menyapa, satupun tidak ada yang dibalas oleh Alka. Alka memasuki ruangannya dan membanting pintunya kasar. Afif yang sudah ada di sana pun berjingkat kaget. “Pak, masih pagi kenapa sudah mengamuk?” tanya Afif. Alka tidak menjawab, dokter muda itu mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya dan menghidupkan komputernya untuk melihat daftar pasien yang masuk. Matanya menatap nyalang saat nama pasien Mulya kembali ada di daftarnya. Dokter itu semakin terlihat kesal. Pekerjaan Alka kali ini terasa berat, banyak pasien yang harus ditanganinya lebih dari hari-hari biasanya. Satu persatu pasien masuk, hingga satu pasien yang cantik kemarin datang lagi. “Keluhannya apa, Nona?” tanya Alka sopan. “Masih sakit, Dokter. Sakitnya menjalar ke bawah, saya takut kalau-” Brakkk! Suara dobrakan pintu mengagetkan Alka dan pasien cantik itu. Mulya masuk dan nyelonong begitu saja duduk di samping pasien cantik itu. “Dokter, saya juga sakit,” ujar Mulya. “Nona Mulya!” desis Dokter Alka dengan tajam. Alka langsung berdiri dan menatap Mulya dengan pandangan tidak bersahabat. Pun dengan Afif segera menghampiri Mulya. “Nona Mulya, saya belum memanggil Nona, harap tunggu di depan saja,” ujar Afif. “Tidak mau, perut saya sudah keburu sakit,” jawab Mulya memegangi perutnya. “Nona, masih ada pasien di sini. Tolong hargai-” “Gak mau, saya mau menunggu di sini,” sela Mulya membuat Afif terdiam. Alka berjalan tergesa-gesa dan menarik tangan Mulya kasar. Afif dan pasien lain tersentak melihat Alka yang kasar. “Sudah cukup kesabaran saya, Nona Mulya. Sekarang keluar dari sini!” bentak Alka yang sudah marah karena kelakuan Mulya. “Dokter, jangan kasar-kasar sama cewek!” pinta Mulya yang masih sempat-sempatnya merengek. “Saya tidak suka kamu bersikap seperti ini, Mulya. Di setiap rumah sakit ada aturannya. Kamu gak boleh asal nyelonong saat ada pasien lain,” desis Alka. “Tapi aku gak suka kamu periksa dia,” jawab Mulya menunjuk pasien itu. “Terus apa urusannya sama saya kalau kamu gak suka?” “Saya cinta Dokter!” seru Mulya setengah berteriak. “Tapi saya gak suka sama kamu. Ini kali terakhirnya saya melihat kamu, Mulya. Kalau kamu kesini lagi, saya akan merekomendasikan kamu ke dokter bedah untuk operasi!” teriak Alka mendorong tubuh Mulya sedikit kencang hingga menubruk tubuh Afif. Untungnya Afif dengan sigap menahan tubuh Mulya. “Dengarkan saya, Mulya. Tidak peduli berapa kali kamu mengatakan kalau kamu mencintai saya, jawabannya tetap saya tidak akan mau mencintai kamu. Kalau pun di dunia ini hanya kamu satu-satunya wanita yang tersisa, saya tidak akan memilih kamu!” sentak Alka menunjuk-nunjuk Mulya. Alka menarik tangan Mulya kasar dan menyeret Mulya untuk keluar dari ruangannya. Di luar ruangan sangat banyak orang, tetapi Alka sama sekali tidak malu menghempaskan tubuh Mulya dengan kasar. “Saya tidak mau melihatmu lagi, Mulya. Seumur hidup saya, saya tidak ingin melihatmu!” teriak Alka kembali menunjuk-nunjuk Mulya. Kini semua mata menatap ke arah Alka dan Mulya. Banyak pertanyaan di benak mereka, pun dengan orang-orang yang mulai berbisik-bisik. Kebanyakan dari mereka sudah tahu siapa Mulya, karena seleb t****k itu cukup terkenal. “Dokter, tapi-” “Pergi dari sini!” sela Alka berteriak. “Tapi-” “Saya bilang pergi, Nona Mulya. Jangan pernah temui saya lagi karena saya tidak akan pernah mencintaimu!” hardik Alka dengan tajam. Beberapa dari pasien tertawa saat tau ternyata Mulya mengungkapkan cintanya kepada Alka dan Alka menolaknya. Saat-saat begini, selalu perempuan yang disalahkan. Mereka dengan terang-terangan mengatakan kalau Mulya tidak tahu malu. Mulya menatap Alka dengan pandangan yang sulit diartikan, gadis itu segera pergi menjauhi Alka. Tanpa menunggu Mulya hilang dari pandangan, Alka sudah lebih dahulu berpaling dan memasuki ruangannya, tidak lupa pintunya pun kembali dia tutup rapat. Alka berjalan tergesa-gesa menuju kursi kebesarannya, pria itu menghempaskan tubuhnya di sana dengan kencang. Seumur-umur Alka tidak pernah semarah ini. Emosinya hari ini seolah adalah emosi yang sudah lama terpendam hingga meledak-ledak hebat di hadapan Mulya. Alka melepas dua kancing teratas kemejanya, rasa gerah menghinggapi tubuh Alka. Setelah dia marah, bukannya Alka merasa tenang, Alka malah merasa kacau.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN