2. Live Bersama

1263 Kata
Galen menangis tersedu-sedu saat Papanya memarahinya habis-habisan karena dia melihat hp tanpa pengawasan. Bu Ayu sampai kasihan melihat Galen yang ingusnya sudah meluber kemana-mana. Kalau sudah marah, Alka tidak peduli kalau Galen masih kecil, pria itu tetap memarahinya dengan kejam. “Sudah berulang kali Papa mengatakan untuk nggak lihat hp tanpa pengawasan Papa. Yang ngurus kamu itu Papa, jadi yang bertanggung jawab atas kamu juga Papa. Tapi kamu dengan lancang mainan hp tanpa izin Papa,” sentak Alka bertubi-tubi. “Maaf, Pa,” rengek Galen menangis. Bahu bocah itu bergetar hebat karena ketakutan. “Pak Alka, sudah. Kasihan Galen,” ujar Bu Ayu menenangkan. “Bu Ayu juga. Kalau ini terulang lagi, aku tidak segan memecat Bu Ayu!” sentak Alka. Ayu menundukkan kepalanya, “Maaf, Pak,” cicit Ayu yang juga takut. “Papa jahat. Aku kan suka banget sama Kak Mulya, aku hanya ingin lihat konten dia, kenapa Papa marah-marah?” tanya Galen terisak-isak. “Galen, konten kayak gini gak baik ditonton. Nanti kamu jadi ingin makan, dan makanan ini semua gak sehat,” jawab Alka. “Tapi itu Kak Mulya baik-baik saja. Dia sering makan makanan pedas tetap baik-baik saja,” ujar Galen. “Kamu tau dia dari dulu?” tanya Alka membulatkan matanya. Galen memukul paha Papanya membabi buta, “Ya, kenapa? Mau marah lagi? Marah saja terus!” pekik Galen histeris. Galen terus memukul kaki Papanya untuk melampiaskan kekesalannya, setelahnya bocah itu pergi menuju kamarnya dan membanting pintunya kasar. Bocah itu menuju ranjang, menutup kepalanya dengan bantal dan kembali menangis. Galen tidak punya teman selain di sekolahnya. Setelah pulang sekolah bocah itu hanya mengurung diri di rumah bersama Bu Ayu. Satu-satunya yang membuat Galen senang adalah melihat konten-konten dari selebritis t****k itu. Namun, Papanya malah marah sampai meledak-ledak. Di jaman sekarang, bahkan anak usia dua tahun saja sudah dipegangi hp oleh orang tuanya, tetapi Alka tidak memberi Galen hp membuat Galen sedih. Saat ingin main hp, Galen harus meminjam asisten rumah tangganya. Di ruang cuci, Alka memijat pelipisnya dengan kasar. Baru pulang kerja dia harus mengeluarkan energinya untuk marah-marah. “Bagaimana? Kalian ingin makan ini, kan? Hayo siapa yang mau aku akan mengirimkannya gratis.” Suara perempuan terdengar membuat Alka menatap ke hp Bu Ayu. Alka menatap Mulya yang tampak lahap memakan usus besar yang berwarna merah dengan banyak bubuk cabe. “Gadis ini, sudah tau ususnya bermasalah, masih saja makan makanan pedas,” batin Alka. Untuk sesaat Alka terus menatap ke layar hp ART-nya. Pria itu melihat Mulya yang lahap makan. Tidak sadar Alka mencecap bibirnya sendiri karena ngiler melihat cara Mulya makan. Ayu yang melihat Alka terus menatap ke layar hp pun akhirnya bisa rileks sedikit. “Pak, itu gadis terkenal banget. Hanya makan yang lihat jutaan orang,” bisik Ayu. “Em,” jawa Alka sambil melirik view live itu yang benar ditonton oleh jutaan orang. “Biasanya orang yang melihat mukbangnya satu kali pasti ketagihan,” celetuk Bu Ayu lagi. Sadar akan apa yang dilakukan, Alka segera menetralkan ekspresinya. “Dasar konten tidak bermutu,” maki Alka memberikan hp Bu Ayu dengan kasar. Pria itu segera pergi dari sana dengan tergesa-gesa. Alka malu saat dia ketahuan melihat konten Mulya yang seringkali dikatai gadis menyebalkan. “Enyah kau dari hidupku, Mulya!” desis Alka memukul pelan kepalanya. Alka harap Mulya tidak lagi menemuinya di rumah sakit. Bu Ayu menggaruk kepalanya, dia sudah menyiapkan makan malam, tetapi dua tuannya malah pergi begitu saja tanpa makan. Alka merebahkan tubuhnya di ranjang, pria itu meraih hpnya sendiri di nakas. Niat hati ingin membuka pesan online, tetapi pria itu malah membuka playstore dan mendownload aplikasi t****k. Alka mengetuk-ketuk ujung jarinya ke hp sembari menunggu hasil downloadnya selesai. Lain di bibir lain di hati, Alka menyuruh Mulya enyah dari otaknya, tetapi sekarang kelakuannya malah mencari tahu gadis itu. “Huwaa … aku mau minggat saja dari rumah. Papa sudah gak sayang sama aku.” Suara tangisan terdengar nyaring diiringi suara barang dibanting. Alka memejamkan matanya sejenak, pria itu segera bangun lagi dan berjalan lemas menuju ke kamar anaknya. Galen tidak pernah ngamuk sebelumnya, tetapi kali ini bocah itu sangat menyebalkan dengan beraninya membuang barang-barang. “Huwaaa … Papa jahat, Papa sudah gak sayang lagi sama Galen,” rengek Galen membanting bukunya. Galen sedih saat Papanya marah, bagi Galen orang tua marah artinya nggak sayang. Galen mengambil tas bergambar spiderman dan topi. Bocah ingin keluar dari kamar, tetapi Papanya sudah lebih dahulu masuk. “Hei, mau kemana?” tanya Alka. “Minggat,” jawab bocah itu sambil menghapus air matanya. “Mau jadi apa kamu minggat hanya bawa topi dan tas?” tanya Alka. “Mau jadi apa saja asal gak dijahatin sama Papa,” jawab Galen. “Siapa yang jahat sih, Galen? Papa itu melarang kamu mainan hp demi kebaikan kamu sendiri. Banyak anak yang kecanduan gadget dan mempengaruhi daya otaknya,” jelas Alka. “Tapi aku nggak. Aku hanya ingin melihat konten makan,” jawan Galen. “Terus kamu pengen makanan itu kan?” “Em,” jawab Galen. “Itu yang Papa gak inginkan. Kalau kamu lihat orang mereview makanan pasti ingin, Papa hanya ingin menjaga kesehatan kamu,” jelas Alka menarik tangan anaknya dan mendudukkan ke ranjang. “Andai aku anaknya Kak Mulya, aku boleh makan apapun yang aku inginkan,” rajuk Galen. Alka memutar bola matanya jengah mendengar ucapan anaknya. Pria itu melepaskan topi dan tasnya. “Nih Papa kasih lihat sebentar,” ucap Alka menunjukkan hpnya. Alka mengotak-atik aplikasi t****k yang sudah selesai terdownload. Pria itu mendaftarkan dirinya dengan nama Galen. Untung ingatan Alka sangat tajam, pria itu masih hapal username milik Mulya. Saat Alka berhasil melihat live Mulya, Galen berteriak senang dan langsung duduk di pangkuan Papanya. “Papa, lihat kan Kak Mulya makan kelihatan enak banget,” ucap Galen antusias. “Terus ya, itu yang besar-besar itu namanya usus besar, Pa. Kata Kak Mulya bisa mengganti usus yang rusak,” oceh Galen lagi. “Boleh lihat tapi jangan dengarkan apapun yang dikatakan Mulya. Dia orang sesat!” tegur Alka. “Nggak kok, dia nggak sesat. Ucapannya benar. Nanti aku juga mau ganti-” “Kalau kamu terus bicara, Papa matiin hpnya,” sela Alka dengan cepat membuat Galen terdiam. Bocah itu pun melihat Kak Mulya dalam diam. Alka turut melihat, pria itu menatap Mulya yang terus makan. Memang bibir Alka minta ditabok, sok-sokkan pengen mengusir Mulya dari ingatannya, tetapi kenyataannya pria itu cukup terpesona dengan gadis itu. “Sudah tiba kesempatan kita untuk memilih satu penggemar yang ingin bergabung dengan live ku. Aku hitung satu sampai tiga, kalian klik tombol bergabung. Aku akan memilih satu untuk menyetujuinya,” ujar Mulya. “Aku mau bergabung live!” pekik Galen meraih cepat hp Papanya. “Eh jangan!” pekik Alka. Namun sayang, Galen sudah memencet tombol bergabung. Semesta seolah ingin di lingkup Alka ada Mulya. Username dengan nama Galen itulah yang dipilih Mulya untuk bergabung dengannya siaran langsung. “Waah … penggemar mana nih yang beruntung,” ujar Mulya dengan ramah. “Hai Kak Mulya. Ini aku, aku ngefans banget sama Kak Mulya!” pekik Galen melambaikan tangannya kepada Mulya. “Siapa namamu, Sayang?” tanya Mulya. “Namaku Galen, aku sama Papaku. Ini Papa,” jawab Galen ingin mengarahkan hpnya kepada papanya. Alka menyambar hpnya, Galen yang tidak suka hpnya ditarik paksa oleh papanya pun kembali merebut hpnya. Alka menahan hpnya, dan kini terjadilah aksi rebutan hp antara bapak dan anak. Di seberang sana Mulya melihat layar hpnya yang gambarnya bergerak-gerak terus. Hingga layar hp Galen mengarah kepada pria yang sangat tampan. “AAAAA … Dokter Alka!” teriak Mulya dengan spontan sambil berdiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN