Chapter 9 : Trust me

1275 Kata
Playlist:  Avril Lavigne - Head above water ••• "Megan hentikan!"pinta Markus dengan suaranya yang masih merintih keras. Ia ingin mati, merasakan kesakitan yang semakin bertambah. "Berani nya kau mengaturku! Kau pikir kau tampan? Hah!! Dengar! Kau itu hanya menang bulu! Tidak lebih!"pekik Megan sangat keras, menarik underwear Markus lebih keras. Hingga terpaksa pria itu mendorong nya kuat, hingga cengkeraman Megan terlepas. Gadis itu mundur, membuat Markus menarik napas sebanyak mungkin. Ia berkeringat. "Sial!"umpat Markus memegang miliknya erat. Megan tersenyum tipis, melirik ke arah Taylor sejenak, lantas, segera melangkah untuk meninggalkan mansion milik Markus secepat kilat. Megan harus menjelaskam semuanya pada Axel. _________________ "Ax! I'm sorry. Aku tidak bermaksud menyembunyikan apapun darimu,"ucap Megan seraya mengulum bibirnya. Ia menelan ludah, menunduk tanpa berani melihat wajah Axel yang babak belur. "Aku tahu kau penasaran. Tapi aku tidak bisa mengatakan apapun padamu, aku-" "Megan!"Axel memotong, ia meraih jemari gadis itu, menggenggamnya rapat. Hingga Megan mulai berani menaikkan sedikit pandangannya. "Aku ingin melindungi mu!"ucap Axel, membuat Megan mengusap sudut matanya yang berair. "I know, but-"Megan menahan napas, menggigit bibirnya kuat, lantas, merasakan cengkeraman Axel semakin kuat. "Aku mencintaimu, Ax!"bisik Megan terdegar bergetar, membuat Axel terdiam sejenak, ia tersenyum tipis dan segera mendekatkan diri untuk memeluk Megan lebih erat. "Bagaimana caranya agar aku bisa mengatakan semuanya padamu, Ax. Apa kau bisa menerima ku kembali?"batin Megan, merasakan pelukan Axel semakin hangat. Ia khawatir, terlebih takut. "Megan! Kenapa lehermu?"tanya Axel membuat Megan langsung melepaskan pelukan. Menarik ujung kerah nya lebih tinggi. Sialan! Itu bekas kissmark Markus, ada puluhan tanda lagi di dadanya. "Ah... Ini... Aku.. Hm.. Aku alergi, yah! Kemarin rasanya sangat gatal, jadi aku menggarukk nya seperti itu!"balas Megan dengan nada suara terbata. "Tidak ada yang kau sembunyikan dariku 'kan?"tanya Axel melirik kembali ke arah leher gadis itu. Megan menelan ludah, menyatukan kedua ujung tangannya dan menggeleng ragu. "Tidak! Memang nya apa yang bisa aku sembunyikan darimu?"balas Megan melempar senyuman tipis. Menerima tatapan intens dari Axel. "Baiklah. Aku tidak ingin melakukan hal di luar batas padamu. Aku ingin menjagamu Megan! Jadi, aku harap kau juga bisa menjaga dirimu!"ucap Axel membuat Megan merasa begitu bersalah. Ia menahan napas, lantas mengangguk pelan. "Aku antar kau pulang. Ini sudah malam!"ucap Axel sambil mengusap sudut rambut Megan. "Yah!" _____________________          Sementara Markus melangkah pelan, Mengedarkan matanya di tiap sudut ruangan yang sudah begitu lama tidak ia singgahi. Masih terlihat sama, hanya beberapa interior yang tampak di tambah. "Markus..."ucap seorang wanita yang baru saja menyadari keberadaannya. Lanna Russer, wanita itu terdiam kaku, meremas ujung pakaiannya dengan sudut mata yang lemah. "Bagaimana keadaan mu?"tanya Markus pelan, tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun. Lanna tersenyum kecil, ia mengangguk pelan dam melangkah mendekat. "Good!"ucap Lanna merasakan dadanya berdebar kencang. "Syukurlah,"balas Markus menatap wajah Lanna cukup lama. "Duduklah... Akan ku buatkan kau-" "Tidak perlu, aku hanya singgah sekaligus memperingati mu,"ucap Markus datar. Hingga gadis itu mengerutkan kening nya tajam. "Memperingati ku?" "Andrea Kaden. Dia hanya ingin memanfaatkan mu, aku hanya tidak ingin kau terluka." Deg! Jantung Lanna berpacu cepat, ia meremas kedua tangannya. Menatap bola mata hijau milik Markus. Tidak di pungkiri, ia masih mencintai pria itu. Meskipun waktu sudah begitu lama berlalu, Lanna masih menyimpan harapan sekaligus rasa bersalah yang sangat dalam. "Markus sebenarnya waktu itu-" "Aku harus pulang. Ini sudah larut malam,"potong Markus, membuat Lanna menggigit bibirnya keras-keras. "Markus wait!"teriak Lanna saat pria tersebut baru saja memutar tubuhnya. Berusaha menjauh. "Siapa nama gadis itu? Apa kau melakukan hal yang sama sepertiku pada gadis itu?"tanya Lanna, memerhatikan sudut mata Markus bergerak, melirik ke arahnya. "Aku tidak bisa berhenti memikirkannya,"balas Markus terdengar pasrah. Ia memalingkan pandangan, membuang napasnya sejenak dan segera melangkah menjauhi Lanna. Gadis itu diam tanpa suara, menatap Markus terus menjauh hingga hilang dari pandangannya. "Berengsek! Kau dulu sangat mencintaiku! Kau dulu sangat memperdulikan ku Markus!"pekik Lanna, sembari berlari cepat untuk meraih sebuah Vas bunga yang ada di atas meja. Prankkk!!! Lanna membanting benda itu ke lantai, hingga semua isi dan Vas nya berserakan, pecah seketika. Ia menangis, menggapai barang lainnya dan merusak apapun yang ia lihat. ______________________ Tepat pukul dua malam, Megan tampak tertidur pulas di ranjang kamarnya. Menyelimuti tubuhnya erat dengan selimut tebal. Tanpa ia sadari, sepasang mata hijau menatapnya dari gelap malam. Pria tersebut berdiri tegap di sisi ranjang, mengusap sudut wajah gadis itu lembut. "Kau tidak akan punya pilihan selain aku! Tidak akan!"ucapnya tegas, menatap tanpa berkedip sedikitpun. Ia membuang napas yang terasa berat. Menyisipkan rambut di daun telinga gadis itu. "Akan ku pastikan, kau hanya milikku Megan! I miss you Apple!" ____________________ Keesokan paginya .... Megan mulai bergerak, memutar tubuhnya ke arah lain tanpa membuka mata sedikitpun. Ia masih mengantuk. Namun, Megan menyadari sesuatu hal. Ruang tempat tidurnya sempit, seseorang berbaring di sampingnya. "Morning My Sweet Apple!"sapa Markus saat kedua mata mereka saling menyapa. "What the f**k! Apa yang kau lakukan di sini berengsek!"pekik Megan lantang, seraya menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan sedikit menjauh. Namun, Markus bergerak cepat, ia menarik dan menahan tubuh Megan di bawah kekuasaannya. "Markus lepas! Atau ku pukul-"suara Megan terhenti, ia menelan ludah saat merasakan Markus mencium kening nya begitu lembut. Sial! Jantung nya mendadak berdebar, berbeda dari biasanya. Tok tok tok!! "Megan... Kau belum bangun?"teriak seseorang membuat Megan panik. "Caroline? f**k!"umpat Megan seraya mendorong tubuh Markus kasar. "Megan!"tegur Markus. "Kau harus sembunyi! Aku tidak mau Caroline mengadu pada mommy. Aku bisa di penggal!"ucap Megan bergetar, membuat sudut bibir Markus mengembang tipis. "Megan! Bangunlah!!"pekik Caroline tidak berhenti menggedor pintu, membuat gadis itu semakin tersudutkan. "Dengan satu syarat!"ucap Markus membuat Megan menatapnya marah. "Aku tidak memaksamu, tapi jika kau tidak bisa-" "Apa syarat mu?"tanya Megan khawatir. Sementara menatap pintu yang masih terdengar suara Caroline. "Taylor akan menjemputmu nanti malam, bersiplah! Harus cantik!"pinta Markus membuat kening Megan mengerut. "Apa katamu?" "Megan, aku akan telpon daddy mu jika kau tidak membuka pintu!"pekik Caroline membuat Megan mengumpat. "Caroline wait! Aku baru selesai dari kamar mandi!"teriak Megan lantang. "Setuju?"tanya Markus membuat Megan tidak punya pilihan. "Okay! cepat sembunyilah! Please!"pinta Megan, beranjak turun dari tempatnya, menarik Markus agar pria itu segera sembunyi. "Jangan khawatir,"ucap Markus sambil menyentuh wajah Megan dan mengecup lembut bibir gadis itu. Lantas, berputar untuk mencari tempat persembunyian yang paling aman. Megan melirik ke arah pintu, melangkah cepat dan segera membukanya setelah memastikan Markus. "Kenapa kau lama sekali?"tanya Caroline menyusup masuk ke dalam kamar Megan. "Aku sedang di kamar mandi. Lagipula kenapa kau begitu berisik? Ini masih sangat pagi!"ucap Megan protes. "Wait!!!"Caroline mengedarkan matanya ke tiap tempat, mencium aroma berbeda yang ada di kamar tersebut. Yah! Aroma coklat yang sangat kental. "Kenapa?"tanya Megan takut. Caroline menoleh cepat dan mendadak memicing kan matanya tajam. "Oh God! Kau menyimpan pria di dalam kamar Megan? Kenapa leher mu penuh kissmark?"tanya Caroline membuat Megan sangat tersudut. Sial! Ia memakai pakaian tidur dengan kerah rendah, gadis itu bisa melihat nya jelas. "Caroline ini bukan kissmark!" "Jadi apa? Cap kaki?"tanya Caroline membuat Megan terdiam. "Aku hanya aneh. Kau tidak pernah membicarakan pria manapun, jadi-" "Caroline please, aku punya privasi. Tidak semua hal tentang ku harus kau ketahui,"jelas Megan membuat sudut mata gadis itu menajam. "Aku tidak minta kau menjelaskan semuanya Megan. Kita kenal sudah sangat lama, aku penasaran. Kau sangat tertutup,"jelas Caroline, memerhatikan Megan menggigit kulit lapisan dalam mulutnya. "I'm sorry! Aku akan menceritakan nya jika sudah siap!"ucap Megan tanpa menatap ke arah Caroline. "Sure! Kau memang harus menceritakannya nanti,"balas Caroline paham. Megan mengangguk lemah, mulai menaikkan pandangannya ke arah gadis itu. "Jadi apa kepentingan mu datang ke sini?"tanya Megan. "Hm! Aku hanya ingin mencari tahu, Ovia dan Avril sering menanyakan mu. Wajar! Karena akhir-akhir ini kau sulit di hubungi, aku dengar kau bahkan tidak pulang kemarin." "Tenanglah, aku baik-baik saja. Aku hanya butuh istirahat beberapa hari,"jelas Megan. "Okay! Meskipun aku tidak percaya, tapi akan ku sampaikan alasan mu pada mereka. Megan dengar! Kita lebih dari sahabat, jika kau dalam situasi sulit maka-" "Tidak! Aku baik-baik saja. Trust me!"ucap Megan penuh penekanan. "Kalau begitu nanti malam datang-" "No! Tidak malam ini. Aku ada urusan penting,"potong Megan membuat Caroline terdiam menatap nya. "Besok! Aku janji besok kita bisa berkumpul seperti biasa!"ucap Megan tampa mengalihkan pandangannya sedikitpun. Caroline mengangguk, lantas segera keluar dari kamar tersebut. Megan membuang napasnya kasar, segera menutup pintu dan melangkah ke tempat persembunyian Markus. Namun, entah bagaimana caranya, yang jelas pria tersebut sudah tidak ada lagi di sana. ______________________ Bagaimana untuk Part ini? Komen Next, Lanjut, Up di sini yang rame. IG: shineamanda9
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN