Hay !!!
Happy Reading
Playlist :
P!nk - Try
••••
Napas Megan terdengar memburu, ia mendesah hebat menerima serangan Markus yang semakin cepat di tiap detiknya. Pria itu memunggungi nya, membuat kepalanya tunduk ke ranjang. Sial! Akibat ekstasi, Megan tidak terkontrol. Ia melupakan semua hal, merasakan Markus berkali-kali membanjiri tubuh nya.
"f**k!"umpat Markus menekan kedua pinggul Megan sangat kuat. Milik gadis itu membungkus rapat dirinya, sempurna. Sungguh, kepala Markus panas.
"Markus!"sentak Megan pelan, merasakan pergerakan yang semakin naik. Ia meremas sudut seprai rapat-rapat hingga sekian detik, dan merasakan tubuhnya menghangat.
_________________
Markus menatap pantulan dirinya di cermin, mengancing satu persatu pakaiannya dan sesekali melirik ke arah Megan. Gadis itu lelap, masih tertidur pulas tepat di atas ranjangnya.
"Excuse me, sir!"ucap Taylor melangkah masuk ke dalam kamar. Pintu tersebut tidak di tutup sejak pagi.
"Aku punya berita hangat untuk mu pagi ini,"jelas Taylor melirik ke arah Megan yang tidak terusik sedikitpun. Markus diam, hanya menunggu wanita itu menyampaikan keseluruhan berita lengkap.
"Andrea Kaden. Adik tirimu, hari ini bebas dari penjara. Seseorang menjaminnya!"
Tap!!
Markus menoleh cepat dan sejenak melirik ke arah Megan. Sekadar memastikan. "Siapa?"tanya nya penasaran, hingga Taylor menarik napasnya kasar.
"Kau akan terkejut jika aku menyebutkan namanya, sir,"balas Taylor memperlambat.
"Kita bicara di tempat lain,"balas Markus tegas. Lantas, segera bergerak keluar dari kamar tersebut. Meninggalkan Megan di sana.
_________________
Markus bersandar di meja kerjanya, memasukkan kedua tangan ke sisi saku celananya. Ia tampak berpikir keras.
"Bagaimana Andrea bisa menemukan Lanna Ruser?"tanya Markus tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Taylor.
"Sir, kau tahu bahwa aku tidak bisa mencari informasi lengkap soal Andrea Kaden, dia sulit di lacak. Tapi menurutku, Andrea sengaja menggunakan mantan kekasih mu itu untuk mengalihkan perhatian,"jelas Taylor, membuat sudut mata Markus bergerak ke arah wanita tersebut.
"Mengalihkan perhatian?"cela Markus sambil melipat kedua tangannya di d**a dan membuang napas kasar.
"Yah! Mungkin karena dia tahu kelemahan mu ada pada wanita itu!"sambung Taylor asal membuat Markus terdiam, entah apa yang sedang ia pikirkan saat ini.
"Awasi Megan!"perintah Markus tanpa ingin membahas apapun lagi, ia bergerak menuju kaca besar yang ada si ruangan tersebut. Menatap bangunan tinggi yang terlihat kerdil dari sisinya.
Dapp!! Dapp!! Dap!!
"Berengsek! Keluar kau Markus k*****t!"pekik Megan dari luar, membuat Markus memutar haluan tubuhnya dan melirik sejenak ke arah Taylor.
"Sir,"peringat Taylor saat langkah kaki Markus berjalan mendahului nya.
"Keluar kau Markus. Akan ku pecah kan kepalamu dengan tongkat baseball ini,"teriak Megan semakin lantang. Bahkan nyaris serak.
Tap!!
Pintu dibuka, Markus terdiam, menatap Megan berdiri tegap di hadapannya sambil memegang tongkat baseball. Tatapan gadis itu tajam. Penuh amarah dan siap menyerang. "Megan!"ucap Markus pelan.
"Beraninya kau mengambil keperawanan ku! Sialan!"Megan mendekat, melayangkan tongkat baseball tersebut ke arah Markus. Namun, dengan cepat pria itu menahannya. Megan tidak hilang akal, ia menginjak salah satu kaki Markus hingga cengkeraman pria itu lepas, dan segera menghantam Markus dengan tongkat tersebut kembali.
Brakk!!
Markus mundur, pelipisnya berdarah dan seketika kedua mata Markus gelap hingga sekian detik. "Apa yang kau lakukan!"teriak Taylor, mendekati Markus.
"Bukan urusan mu!"balas Megan, menaikkan tongkat tersebut ke bahu nya.
"Keluar!"ucap Markus pelan, membuat Taylor menatap sinis ke arah Megan.
"Sir!"
"Aku harus bicara dengan nya!"balas Markus cepat. Taylor menelan ludah, merasa tidak memiliki otoritas untuk menjalani tugasnya. Ia mengeluh sabar, lantas, bergerak keluar meninggalkan kedua orang itu.
"Megan!"
"Kau memperkosaku!"ucap Megan pelan. Merasakan dadanya sesak. Kenapa harus Markus? Sungguh, Megan tidak memiliki perasaan apapun pada pria itu. Apa yang akan ia katakan pada Axel nanti. Entahlah. Semua pertanyaan mendadak berkumpul di kepala Megan, di saat ia bangun siang ini. Merasakan tubuhnya remuk, ia di hancurkan tanpa permisi.
"Ini awal untukmu, kau akan terbiasa!"balas Markus tegas, membiarkan darah mengalir begitu saja dari lukanya.
"Apa kau bilang? Terbiasa?"tanya Megan menurunkan tongkat baseball dari bahu nya dan mencengkeram benda itu lebih kuat.
"Megan!"
"Apa kau gila? Kau pikir aku wanita jalang? Hahhh!!"tanya Megan melangkah lebih dekat. Hingga kedua pandangan mereka nyaris lekat.
"Aku sudah memintamu dengan baik."
"Kau tidak berhak memaksaku, berengsek!"pekik Megan lantang, membuat Markus mengangkat sedikit kepalanya. Tatapan mata gadis itu lemah, mulai berkaca-kaca.
"Tidak akan ada satu orang pun yang bisa mengambil milikku lagi,"ucap Markus tegas sambil mengulum bibirnya rapat. Menatap lekat-lekat wajah Megan.
"Milikmu?"
"Kau milikku, Megan!"
"f**k you!"pertegas Megan seraya mengacungkan jari tengahnya pada pria tersebut.
"Megan please!"
"Dengar!!!! Apapun yang terjadi, aku tidak akan pernah menerima mu dan aku bersumpah, cepat atau lambat akan ku bunuh kau! Jadi siapkan kuburan mu mulai sekarang!"ucap Megan dengan napasnya yang naik turun, lantas, melempar tongkat baseball yang ia pegang sejak tadi ke sembarang tempat.
Markus tidak beranjak, tetap menempatkan seluruh pandangannya pada Megan. Hingga gadis itu memutar tubuhnya dan segera keluar dari ruangan tersebut.
"Berengsek!"umpat Markus, merasa begitu tertekan dengan kalimat Megan. Ia merapatkan seluruh giginya, meraih tongkat baseball yang di buang Megan tadi, lalu memukuli barang-barang yang ada di dalam ruangan tersebut hingga terlihat benar-benar berantakan. Semua hancur dalam hitungan menit.
"Apapun yang terjadi, kau harus menjadi milikku Megan. Akan ku bunuh siapapun yang mencoba mencegah ku!"batin Markus seraya memukul meja kerjanya dengan sekuat tenaga.
________________________
"Hello Princess!"tegur seorang pria dengan raut wajah tegas. Membuat anak tunggal dari keluarga Russer menoleh cepat. Ia menelan ludah, memicingkan mata sangat tegas.
"Kenapa kau datang ke sini?"tanya Lanna parau. Spontan, menghentikan kegiatannya begitu saja.
"Aku hanya ingin berterimakasih! Aku tidak menyangka, kau sangat penurut. Aku akan menjadi orang baik,"balas pria itu, melangkah mendekat.
"Andrea! Simpan saja semua ucapan palsu mu, aku tidak butuh!"pekik Lanna tegas.
Tap!!
Kedua pipi wanita itu di tekan kuat. Andrea memasang wajah bengis, mengecup pelan sudut wajah cantik Lanna. "Lepas,"tukas nya risih.
"Well— tampaknya sekarang kau tidak suka sentuhan ku, padahal kita dulu pernah sekamar. Bersama-sama mengkhianati Markus."
"Diam! Aku tidak ingat hal itu dan menjauh dariku!"teriak Lanna lantang.
"Menurut informan ku, mantan pacar mu itu sedang fokus pada seorang gadis. Kau tidak marah?"tanya Andrea, melepas pautannya dari Lanna yang nyaris menangis takut.
"Bukan urusanku!"
"Benarkah? Jangan menipuku, kau masih sangat mencintai Markus! Jadi, dengan membantu ku bebas adalah pilihan tepat!"ucap Andrea. Membuat sudut mata wanita itu memicing tegas.
"Kau mengancam ku!"ucap Lanna tegas.
"Aku hanya menggunakan sesuatu sesuai fungsi princess!"jelas Andrea menghela napasnya berat.
"Keluar dari rumah ku!"
"Dengan satu syarat. Cium aku, seperti kau mencium ku di hadapan Markus dulu!"pinta Andrea seraya memiringkan bibirnya pelan.
"Tidak akan!"
"Okay, aku tidak akan memaksamu sekarang. Tapi— sepertinya Markus benar-benar patah hati setelah putus darimu,"ucap Andrea penuh provokasi. Lanna menelan ludah kasar, menatap ke lain arah berharap untuk tidak memikirkan apapun yang di katakan Andrea.
"Bye princess. I love you!"bisik Andrea pelan seraya tersenyum miring. Lanna mengepal kuat tangannya. Ia diam tanpa suara hingga merasakan Andrea menjauh dari hadapannya.
_________________
"Megan kau—"
"Mom...."potong Megan, ia melangkah mendekati Milla dan memeluk tubuh wanita itu erat.
"Megan apa yang terjadi..."tanya Milla penasaran. Menatap aneh pada penampilan putrinya yang tampak kacau. Sudut matanya bengkak.
"Megan!!"
"Aku letih."
"Megan katakan apa yang terjadi dengan mu? Hahh?"pekik Milla saat gadis itu tidak menjawab pertanyaannya.
"Nothing!"balas Megan, menelan ludahnya kasar.
"Jika tidak ada kenapa kau— Megan!!!! Megan!!"suara Milla terdengar lantang, saat gadis itu berupaya pergi. Ia berlari, sekejap mata hilang dari pandangan Milla, melangkah masuk dan mengunci rapat kamarnya.
________________________
Bagaimana untuk part ini??
Komen dan Vote yang ruame yah, biar Shine semangat terosssss....
Makacih.. Follow IG shineamanda9