Tidak Layak

1437 Kata
Evelyn mengerjapkan kedua matanya. Manik hitam milik gadis itu sedikit menyipit akibat silaunya sinar matahari pagi yang menembus lewat jendela kaca yang pecah di ruangan itu. Evelyn mendudukkan badannya, melipat kedua tangannya lalu memejamkan kedua matanya. Bibir gadis itu merapalkan doa-doa suci yang selalu dilakukannya setiap pagi. Setelah berdoa sejenak, Evelyn menipiskan bibirnya. "Awali semuanya dengan baik Elin." lirihnya. Kemudian bangkit dari karpet tipis itu, melipat selimutnya lalu meletakkannya di atas meja. Kemudian menggulung karpet alas tidurnya, meletakkannya di tempat dia menemukannya semalam. Ditelusurinya lagi ruangan ini, sedikit lebih terang akibat sinar matahari yang masuk melalui celah jendela. Evelyn kini sedang mencari-cari kamar mandi di ruangan itu, tapi tidak ada. Akhirnya Evelyn keluar dari bangunan itu dengan hati-hati mendorong pintu yang rapuh itu. Setelah lima menit mencari, akhirnya menemukan kamar mandi kecil yang terletak di samping bangunan yang sedikit lebih besar dari kamarnya. Evelyn menggunakan kamar mandi itu untuk mandi dan keperluannya yang lain. Setelah selesai mandi, Evelyn berjalan menuju rumah utama. Dia akan mengerjakan tugas-tugasnya seperti biasanya. Sebelumnya, dia menuju dapur dulu, ingin mengisi perutnya yang sudah kelaparan. Ketika sampai di dapur, Evelyn mengerutkan keningnya. Biasanya setiap pagi, gadis itu sudah mendapati banyak makanan di atas meja makan. Tapi pagi ini, meja makan kosong, tidak ada makanan di atas sana. "Kau mencari makanan?" tiba-tiba suara bariton dari Aaron mengejutkannya dari pintu ruang makan. "Tu.. tuan." menundukkan kepalanya. Pria itu tersenyum sarkas seolah merendahkan Evelyn. "Hidupmu terlalu enak di rumah ini. Jika kau ingin makan, masak saja sendiri. Aku tidak ingin Kane repot-repot memasak makanan untuk anak pembunuh sepertimu!" ucapnya dingin. Darah Evelyn mendidih seketika, dirinya sungguh tidak terima dikatakan sebagai anak seorang pembunuh. Gadis itu bersiap untuk melontarkan sumpah serapah kepada pria itu, tapi gagal, karena Aaron sudah pergi meninggalkan ruangan itu. Evelyn hanya bisa mengepalkan tangannya, dan menjerit dalam hati, "Daddy-ku bukan pembunuh." Air matanya lagi-lagi lolos begitu saja dari manik hitam gadis itu. "Nona..." panggil Kane dari belakang tiba-tiba mengejutkan Evelyn. Evelyn berbalik, "Iya Kane?" jawabnya sambil mengusap air matanya yang masih mengalir. "Mari ke dapur Nona, kita akan memasak sarapan untuk Nona." ajak Kane. "Iya. Baik Kane." mengikuti Kane menuju dapur. Evelyn menatap nanar apa yang ada di depannya saat ini. Beberapa butir telur di sebuah keranjang kecil dan seonggok beras di dalam baskom kecil. "Kane?" meminta penjelasan pada kepala pelayan itu. "Maaf... maaf kan saya Nona. Saya tidak bisa membantu Nona." Kane menundukkan kepalanya, air matanya sudah tidak tertahankan lagi. Wanita paruh baya itu ikut sedih, membayangkan Evelyn yang hanya akan memakan sebutir telur setiap harinya. Dan beras yang sudah nampak menguning itu dan tidak layak untuk dikonsumsi. Tangan Evelyn mengusap bahu wanita itu, "Jangan minta maaf Kane, ini bukan salahmu. Ini sudah menjadi takdirku." ucapnya sambil tersenyum pada Kane. Padahal dalam hatinya, gadis itu sudah menjerit putus asa menghadapi semua ini. "Duduklah Kane." menunjuk kursi yang ada di dapur itu. "Aku akan memasak sarapanku dulu." "Biarkan saya membantu Nona." tawar Kane. "Tidak Kane, nanti Tuan memarahimu jika kau membantuku." mendorong pelan tubuh Kane agar duduk di kursi. Sudah sebulan berlalu Evelyn tinggal di rumah Aaron. Setiap hari gadis itu menjalani hidupnya bagai di neraka.Evelyn selalu mendengar makian dan ujaran kebencian dari mulut suaminya sendiri. Gadis itu selalu salah di mata Aaron, dirinya selalu mencari setitik kesalahan agar dapat menyiksa Evelyn. Tetapi, bagaimanapun Aaron menyiksa gadis itu, satu pun tidak membuat Evelyn menderita. Hal itu membuat Aaron geram sendiri, setiap hari dihabiskannya memikirkan cara untuk menyiksa gadis itu. Seperti hari ini, Evelyn hanya diperbolehkan makan sekali sehari. Hanya karena kemarin, saat Evelyn membersihkan ruang kerja Aaron, tidak sengaja memecahkan vas bunga di atas meja. Tentu saja Aaron tidak akan menyianyiakan kesempatan tersebut.Aaron berdalih dan membuat Evelyn berhutang sebagai ganti vas pecah itu. Padahal bukan karena harganya, Aaron melakukan hal itu hanya untuk menyiksa gadis itu. Evelyn mengerjakan semua pekerjaannya dengan cekatan, walau rasa lapar sudah menggerogoti perutnya. Mungkin karena sudah terbiasa dengan perut kosong, kini Evelyn lebih kuat dari sebelumnya. Gadis itu bisa seharian menahan lapar dan pingsan saat pertama kali datang ke rumah ini. Selama sebulan lebih tinggal di rumah ini, selama itu pula Evelyn menahan rasa rindunya kepada kedua orang tuanya. Walaupun beberapa hari yang lalu Gerry menghubunginya, bahwa kondisi Mommynya sudah membaik, tetap saja Evelyn masih khawatir akan kondisi Mommynya. Dan untuk Daddy-nya yang mendekam di penjara, Evelyn belum mendengar keadaan mengenai pria paruh baya itu.Beberapa kali Evelyn menanyakan kepada Gerry keadaan Daddy-nya, tapi Gerry mengatakan bahwa dirinya masih belum sempat melihat Alexander. Gerry masih disibukkan dengan masalah perusahaan yang disebabkan atas kasus Alexander tempo hari. Membuatnya tidak sempat mengunjungi Alexander. Bahkan untuk kabar Anastasia, Gerry menyewa seseorang untuk selalu melapor kondisi wanita itu kepadanya.Dan Evelyn dapat mengerti akan hal itu.Bahkan gadis itu merasa berhutang budi kepada pria yang sudah dianggap seperti pamannya sendiri. Gerry masih bersedia menolong mereka dengan kondisi keluarganya yang sudah hancur begini. Hari ini Evelyn berencana untuk berbicara dengan Aaron agar mengizinkannya menjenguk Mommynya. Perasaan rindu kepada sang Mommy sudah tak terbendung lagi. Kini Evelyn sudah berdiri di depan ruang kerja Aaron. Evelyn sendiri masih ragu untuk mengetuk pintu itu. Dia sudah dapat menebak, apa yang akan dilakukan Aaron kepadanya setelah memasuki ruangan ini. Evelyn sudah menyiapkan hati sebelumnya, sebelum memutuskan untuk bicara dengan Aaron. Dia sudah siap menerima segala cacian dan makian yang akan dilontarkan Aaron kepadanya. Di dalam ruangan kerja, Aaron sedang menatap komputer di depannya dengan tenang. Mata elangnya fokus melihat rekaman CCTV di depan ruang kerjanya. Ya, video yang ditontonnya adalah Evelyn yang sedang berdiri di depan ruang kerjanya yang terekam CCTV di sudut rumah itu. Aaron mengangkat alisnya, penasaran apa yang dilakukan gadis ini di sana.Tetapi setelah melihat tangan Evelyn yang beberapa kali terlihat ragu untuk mengetuk pintu ruang kerjanya, membuat Aaron menyimpulkan bahwa gadis ini ingin bertemu dengannya. Tapi, untuk apa Evelyn menemuinya, pasti ada sesuatu yang sangat penting sehingga membuat Evelyn menemuinya. Akhirnya setelah menunggu beberapa saat, Aaron melihat Evelyn mengangkat tangannya lagi, kemudian mengetuk pintu ruangan. Aaron mendengar ketukan itu, tetapi tidak dijawabnya, manik hitam legamnya masih fokus melihat Evelyn di rekaman CCTV. Sampai ketukan yang ketiga kali Aaron masih belum menyahut. Hal itu membuat Evelyn menyerah, dia berpikir jika Aaron sedang tidak ada di ruangan itu. Lalu dimana pria itu, padahal Kane mengatakan kalau Aaron sedang di ruang kerjanya. Evelyn bersiap melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu. Mungkin dia akan menemui Aaron lain kali saja. Tepat saat Evelyn berbalik, terdengar suara yang menyahut dari dalam sana.Itu adalah suara Aaron, melihat Evelyn yang hampir meninggalkan tempatnya, dengan cepat Aaron mengeluarkan suaranya. Evelyn membuka pintu ruang kerja dengan pelan, takut membuat orang yang ada di dalam terganggu. Suasana dingin mencekam menyambut begitu Evelyn masuk ke dalam ruangan itu. Dilihatnya Aaron duduk di kursi kerjanya yang juga melihatnya dengan tajam.Manik Aaron menyiratkan pertanyaan 'Mau apa kau menemuiku' kepada Evelyn. Evelyn menundukkan pandangannya, takut bersitatap dengan mata Aaron. "Apa yang membawa anak seorang pembunuh datang menemuiku malam-malam begini...?" Aaron memiringkan bibirnya seakan merendahkan. Evelyn mengepalkan tangannya, giginya bergemeletuk menahan emosi akibat kata-kata itu. Daddy-ku bukan pembunuh jerit hati Evelyn setiap Aaron memanggilnya anak seorang pembunuh. "Tuan..?" "Kenapa? Kau tidak terima..?" terkekeh. "Katakan! mau apa kau menemuiku..."ucapnya dengan dingin. "Maaf jika saya lancang Tuan. Tolong izinkan saya untuk menjenguk Mommy saya besok..." ucapnya dengan hati-hati, takut salah bicara. "Atas dasar apa aku harus mengizinkanmu keluar dari rumah ini. Tidakkah kau mengingat surat perjanjian yang sudah kau tanda tangani sebelum menikah denganku?" tersenyum menyeringai. "Aku mohon Tuan. Tolong izinkan saya untuk menjenguk Mommy-ku, Mommy-ku sedang sakit, dia pasti membutuhkanku..." Evelyn sambil mengatupkan kedua tangannya di depan Aaron. Dengan santai Aaron berdiri, berjalan memutari meja kerjanya, lalu mendudukkan bokongnya di pinggir meja dengan kakinya yang menjuntai panjang di atas lantai. Mengalihkan pandangannya tersenyum sarkas kepada Evelyn. "Apa untungnya bagiku jika aku membiarkanmu keluar dari rumah ini. Kurasa aku yang akan rugi, karena tidak akan ada yang melakukan pekerjaan di rumah ini jika kau tidak ada." "Tuan tolong izinkan saya Tuan, hanya satu hari saja Tuan, saya janji akan pulang sebelum malam tiba." memohon layaknya seorang pengemis di jalanan membuat Aaron tersenyum puas. "Aku ingin lebih dari ini. Ok mari kita mulai permainan.." batin Aaron. "Mungkin aku bisa mempertimbangkan permintaanmu itu, tetapi kau harus memohon dengan cara yang tepat." Mendengar hal itu, Evelyn langsung mengangkat pandangannya, menatap Aaron penuh tanya. "A.. apa yang harus saya lakukan Tuan. Saya tidak mengerti maksud ucapanmu Tuan."bingungnya. "Aku akan mengatakannya langsung jika kau tidak mengerti ucapanku baru saja." masih dengan senyum miringnya dia berkata, "Aku mengizinkanmu keluar dari rumah ini, dengan syarat.. kau... harus mencium kakiku.." Aaron sengaja mengucapkannya pelan dan penuh penekanan. Aaron semakin tersenyum puas saat melihat wajah terkejut Evelyn. Aaron menunggu-nunggu bagaimana reaksi Evelyn selanjutnya. TBC 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN