Drama Kantin

1005 Kata
Ella mengambil makanan secukupnya, setelah itu ia mencari tempat duduk yang masing kosong. Baru saja Ella mendudukkan diri di kursi, seseorang muncul begitu saja. "Minum gue!" teriak Ella dengan mata yang sudah melotot. "Haus," balas orang itu seakan tidak merasa bersalah. Ella tidak bisa berbuat banyak, bisa-bisa dia menjadi cepat gue jika terus seperti ini. Siapa lagi yang berani mengganggu ketenangan Ella kecuali Zaki. Di perusahaan ini, hanya Zaki yang berani mengganggu dirinya. Ella jadi bingung sendiri, dulu saat kuliah Zaki tidak sejahil sekarang. Ia cenderung bersikap bodo amat. Tapi sekarang malah sebaliknya. Ella jadi bertanya-tanya, apa dalam diri Zaki ada orang lain? Kali saja dalam satu tubuh ada 2 orang. Ella mulai berpikir yang tidak-tidak. Zaki menghabiskan minuman sampai tidak tersisa lagi. Lihat sekarang, Ella melihat dirinya dengan tatapan mematikan. Zaki tidak takut sama sekali, ia bahkan sudah duduk di depan Allah sambil melihat ke beberapa sudut ruangan. "Lo kenapa selalu ganggu gue?" tanya Ella dengan wajah serius. Jelas saja wajahnya serius, siapa yang ingin bercanda di kondisi sekarang? Tidak ada, mungkin jika ada maka ada yang yang bermasalah dari otaknya. Zaki mengerutkan kening, lihat saja tatapan polosnya itu. Ella tidak bisa berkata-kata. " Kapan gue ganggu Lo?" tanya Zaki. Ella mengepalkan tangan. "Sabar sabar Ella," batinnya berteriak agar bisa mengontrol diri. Jangan sampai Ella lepas kendali, bisa-bisa dia jadi viral dan tidak ada laki-laki yang menginginkan dirinya. "Enggak ada Ki, Lo baik terus kok." Ella mengusap wajah dengan kasar. Lebih baik dia segera menyuapi nasi ke dalam mulut daripada menghadapi Zaki yang tidak akan pernah selesai-selesai. "Nah itu Lo tahu," balas Zaki. Dia mengambil ponsel dari saku celana. Entah apa yang dia lakukan, Ella tidak terlalu tertarik. Lebih baik Ella fokus mengisi perut, setelah itu ia bisa kembali ke ruangan. "Eh La," ujar Zaki tiba-tiba. Memang ya, Zaki tidak bisa tetap diam. Lihat saja baru beberapa menit hening eh sekarang sudah bersuara kembali. "Hm," jawab Ella dengan tidak niat. "Ridho mau balik ke Singapura." Zaki menggeser ponsel agar layarnya bisa dilihat oleh Ella. "Terus?" tanya Ella. Dia juga tahu jika Ridho akan kembali dari Singapura. "Kita nggak ada ngumpul gitu?" Zaki kembali menarik ponselnya. Ella menghela nafas panjang. "Riau dan Singapura nggak jauh Ki, Lo tutup mata bentar aja langsung sampai ke sana." Zaki terlalu dramatis, padahal jarak tempat tinggal mereka dengan Singapura tidak begitu jauh. Jadi untuk apa pakai acara ngumpul segala. "Lo nggak ada perasaan pertemanan ya," ujar Zaki mendengus kesal. Ella tidak ingin ambil pusing. Dia kembali fokus untuk menyuapi nasi ke dalam mulut. Zaki hening kembali, mungkin ia tengah sibuk mengirim pesan kepada Ridho. Obrolan mereka berdua selalu random dan Ella tidak bisa masuk ke dalam obrolan tersebut. Berbeda cerita jika mereka mengobrol hal yang serius, contohnya seperti ilmu-ilmu coding maka Ella bisa masuk ke dalam obrolan tersebut. "Lo nggak makan Ki?" Ella tidak enak karena hanya dirinya yang sibuk makan. Lihat saja beberapa orang menatap ke meja mereka berdua. Ella seperti orang jahat yang tidak memperbolehkan Zaki untuk makan. "Makan, ambilin dong!" Zaki menyerahkan id card perusahaan pada Ella. "Lo gila?" Zaki menggeleng. "Kalau gue gila, nggak mungkin bisa kerja di sini." Jawabannya sangat santai sekali. "Terus kenapa jadi nyuruh gue?" Zaki memasang wajah penuh kelelahan. Dia bahkan sengaja menunjukan wajah itu agar hati Ella tergerak untuk mau mengambilnya makan siang untuk dirinya. Rencana Zaki memang perlu diberi apresiasi. "Gue capek La," lirih Zaki. Wajahnya makin sedih. "Gue juga capek," balas Ella. Ia mencoba untuk tidak tertipu dengan wajah Zaki. Ella harus kuat menolak, jangan mau untuk mengikuti keinginan sang teman. "Lo tahu sendiri, gue begadang tadi malam." Zaki sudah menenggelamkan wajahnya ke lipatan tangan di atas meja. Sudahlah, Ella kalah. Dia tidak tega membiarkan Zaki tidak mengisi perut. Meskipun Ella menggerutu tidak jelas, dia tetap bangkit dari kursi. Id card Zaki sudah menghilang dari penglihatan karena Ella membawanya. Zaki bukan tipe orang yang pemilih dalam makanan. Apa saja asal bisa diterima lidah orang normal dan juga tentunya halal maka Zaki dapat menerima itu. "Mau nambah Mbak?" tanya penjaga makanan yang bekerja. Ella tersenyum secara paksa, malu sekali sebenarnya tapi mau bagaimana lagi. "Enggak Bu, mau ambil buat teman." Ella harus segera mengklarifikasi agar tidak terjadi kesalahpahaman dikemudian hari. Dia juga tidak bisa makan sebanyak dua piring. Lihat saja tubuh Ella yang beratnya hanya 50 KG. "Teman atau pacarnya, Mbak?" Godaan-godaan mulai datang. "Teman Bu," balas Ella. Dia mengambil makanan dengan cepat agar tidak diberikan pertanyaan-pertanyaan aneh lagi. Kenapa dirinya dan Zaki selalu dibilang berpacaran? Padahal pacaran itu di larang. Entahlah, Ella tidak mau ambil pusing. Toh dia hanya membantu Zaki sebagai seorang manusia. Bayangkan saja jika Zaki tidak mengisi perut dan pingsan secara tiba-tiba. Lantas siapa yang akan salah nantinya? Ella tidak mau ribet jika terjadi hal buruk pada diri Zaki. Jadi lebih baik Ella mengambilkan Zaki makan siang dari pada ribet nantinya. Ella tidak tanggung-tanggung mengambil makanan. Piring itu penuh dengan makanan. Tenang saja, Ella scan id card sebanyak 2 kali agar perusahaan tidak rugi. Ella memberikan makan siang kepada Zaki. "Lo gila?" tanya Zaki dalam keadaan syok berat. Dia tidak habis pikir, kenapa Ella bisa mengambil makanan sebanyak ini? "Lo butuh asupan yang banyak," jawab Ella santai. Dia sudah tersenyum puas karena bisa membuat Zaki syok. "Lo benar-benar ya La, bisa-bisa perusahaan rugi!" Gerutu Zaki. Ella tersenyum penuh arti. "Lo tenang aja, perusahaan ini nggak bakal rugi karena gue scan id card Lo sebanyak 2 kali." Zaki kembali kaget. Ia buru-buru mengambil id card dan menyimpannya dengan aman. Bahaya jika memberikan id card kepada Ella. Bisa-bisa gajinya habis begitu saja. Zaki tidak mau ribet sendiri. Makanan yang ada di dalam piring perlahan-lahan dipindahkan ke piring Ella. "Lo butuh makan banyak," ujar Zaki yang sudah menarik piring miliknya agar tidak bisa diraih oleh Ella. "Zaki!!!" teriak Ella. Piring yang awalnya hampir kosong, namun sekarang malah bertambah lagi. Tentu saja Ella tidak terima. Saat ingin mengembalikan makanan itu kepada Zaki, Ella malah tidak bisa meraih piring Zaki. "Makan aja," ujar Zaki. Ella menatap tajam. Mau tidak mau, ia tetap makan makanan yang masih ada di dalam piring.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN