Kakek Misterius yang Muncul Kembali

1125 Kata
            Adit kemudian sengaja untuk membayangkan bahwa hari ini, Adhim bisa bertemu dengan Bang Tora yang sangat ia idolakan itu. Adit memejamkan mata sejenak sambil membayangkan betapa senangnya Adhim bila impiannya untuk bertemu Bang Tora bisa terwujud. Adit kemudian membuka matanya karena takut Adhim curiga kalau ia terlalu lama memejamkan mata, atau justru di sangka Adit tertidur karena cuaca dingin yang mulai terasa. Tak lupa Adit membayangkan bahwa hujan akan segera reda karena ini adalah mome penting bagi banyak orang, jarang-jarang ada pertandingan sepak bola yang memberikan antusiasme besar bagi penduduk di sekitar sini. Tak hanya menjadi sarana hiburan namun juga menjadi jalan rezeki bagi para penjual beraneka ragam jenis makanan, minuman, bahkan ada yang menjual pernak pernik lucu seperti mainan anak-anaka dan masih banyak yang lainnya. Di kejauhan, Adit melihat seorang penjual yang sudah tua dengan barang jualan yang masih banyak, sepertinya Adit kenal dnegan kakek penjual it.             “Dhim, kamu tunggu sini ya. Abang ke ujung jalan sana sebentar. Kmau jangan kemana-mana ya. Nggak usah ikut, masih hujan nih soalnya” ujar Adit sambil memakai paying yang ia pinjam dari ibu warung tempat mereka berdua berteduh tadi. Adhim yang ingin menyahut omongan abangnya pun tak sempat karena sang abang sudah lebih dulu berlari ke ujung jalan yang tampak sepi itu karena jalan yang akan Adit lalui merupakan jalan buntu. Hendak apakah abangnya ke sana, sedang di sana tampak sepi tak ada keramaian seperti di sini.             Adit melajukan langkahnya hingga menemui kakek misterius yang bagaimana caranya hingga bisa berjualan di sini. Adit menghampiri akke tersebut yang masih sama, berjualan barang-barang unik yang terlihat antik dan tak biasa tersebut. Tak banyak yang berjalan ke arah sini, entah kenapa sang kakek senang sekali berjualan di tempat yang tak begitu terjangkau dari pandangan seperti ini. Seandainya di jalan yang lebih strategis tentu akan lebih banyak yang membeli jualan kakek yang Adit pun belum tahu siapa nama sang kakek misterius itu.             “Kek, jualannya pindah ke sini ya?” ujar Adit sambil berjongkok di depan barang-barang jualan kakek yang tersusun dengan rapi. Ada banyak hal yang ingin Adit tanyakan seputar sumpit yang ia beli dari snag kakek yang sekarang berada di hadapan Adit. Memastikan apakah benar itu adalah barang yang memang boleh dimiliki oleh seorang anak remaja tanggungs eperti Adit, ia takut kalau salah menggunakannya dan justru berakibat yang tidak wajar ketika ia salah dalam hal penggunaan nantinya.             “Ia cu, kakek jualan di sini. Apa kabarmu cu? Sepertinya ada yang mau kamu tanyakan ya cu?” tanya kakek seolah tahu apa yang sedang Adit pikirkan saat ini.             “Ia kek, Adit mau nanya. Kan Adit beli sumpit sama kakek beberapa hari yang lalu. Kok bisa ya apa yang aye bayangin, tau-tau jadi kenyataan kek? Atau perasaan Adit aja ya?” tanya Adit. Sulit di terima logika ketika tiba-tiba, ada banyak hal baik yang terjadi ketika ia memiliki sumpit berornamen unik itu. Rasa-rasanya Adit tak pernah seberuntung itu ketika menginginkan sesuatu dan tak menunggu waktu lama justru menjadi kenyataan. Antara percaya tak percaya, dengan semua kemujuran dan keberuntungan yang Adit dapatkan.             “Kamu hanya perlu membiasakan diri menggunakan sumpit itu nak, jangan sampai kamu salah ketika menggunakannya. Gunakan dan bayangkan hal yang baik-baik saja, karena bila yang kamu bayangkan hal-hal buruk maka hal buruk itu lah yang akan terjadi nantinya” pesan sang kakek kepada Adit yang hanya manggut-manggut saja.             “Jadi beneran kek, kalau sumpit itu bisa ngabulin apapun?” tanya Adit lagi. Terheran-heran rasanya bila memang di zaman modern seperti ini ternyata masih ada benda yang memiliki nilai spiritual seperti sumpit yang sekarang menjadi miliknya.             Kakek itu kemudian menjelaskan perihal sumpit yang sekarang sudah menjadi milik Adit. Memberitahukannya tentang cara menggunakan agar tidak salah langkah dalam hal penggunaan. Afit memperhatikan penjelasan yang diucapkan oleh snag kakek dengan saksama. Dari kejauhan Adhim memperhatikan kakaknya yang sednag berbincang-bincang dengan seseorang namun karena jaraknya yang cukup jauh jadi tidak begitu terlihat siapa lawan bicara abangnya tersebut. Penasaran sebenarnya Adhim, ia ingin menyusul abangnya ke sana namun rintik air hujan yang turun masih cukup deras sehingga Adhim mengurungkan niatnya untuk menyusul abangya tersebut.             Adit akhirnya paham dengan smeua yang kakek jelaskan. Ia terpilih karena memang suratan takdir, Adit lah yang berhak untuk memilikinya daripada jatuh ke tangan orang yang tamak. Sang kakek juga menyuruh Adit untuk berhati-hati menjaga sumpit tersebut agar jangan sampai jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab. Kakek mengatakan akan ada banyak orang yang berusaha untuk mendapatkan apa yang Adit miliki hingga bsia melakukan segala cara agar bisa mendapatkan apa yang Adit miliki, sehingga Adit harus selalu waspada. Tak peduli siapapun yang berusaha untuk mendapatkan sumpit itu pasti akan melakukan apa saja. Adit jadi cemas di buatnya, rasa-rasanya ia ingin mengembalikan saja benda ajaib itu agar ia tak di takut-takuti perihal akan ada orang lain yang berusaha untuk merebut barang yang sudah menjadi miliknya tersebut. Apakah lantas Adit kembalikan saja sumpit tersebut kepada sang kakek? Namun kecemasannya tertutupi dengan perkataan kakek yang meyakinkan bahwa semua yang diinginkan oleh si empunya sumpit itu akan terwujud. Sebab tak ingin membuat Adhim terlalu lama menunggu, Adit pamit kepada sang kakek dan mengucapkan banyak terima kasih atas informasi yang telah di berikan.             “Abang lama bener deh ah” ujar Adhim sambil menautkan alis saking jengkelnya.             “Hehe, maaf ya. Tadi abang ada urusan, makanya agak lama” tak lupa Adit meletakkan paying yang ia pinjam dan mengucapkan terima kasih. Sebagai permintaan maaf, Adit membelikan minuman dingin dan beberapa cemilan kepada Adhim. Tadi ia membayangkan agar ada beberapa lembar uang di tas yang ia pakai, ternyata ada beberapa lembar uang serratus ribuan yang telah ada di dalam tas ketika ia mengeceknya baru saja.             Tak lama kemudian, hujan berangsur reda. Langit yang awalnya tertutupi awan gelap berubah menjadi cerah kembali. Terdengar pemberitahuan dari arah lapangan, bahwa pertandingan akan dimulai beberapa saat lagi smabil menunggu kesiapan dua tim untuk bertanding. Sesekali Adhim menengok kea rah lapangan, sepertinya ia berharap agar Bang Tora bisa terlihat lebih jelas dari posisi kami sekarang, sayangnya belum tampak sama sekali. Beberapa kali Adhimterlihat cemas, mungkin ia was-was bila tak bisa berfoto langsung dnegan idolanya tersebut. Siapa yang tak ingin bertemu dan berfoto bersama tokoh yang diidolakan.             Adit membayangkan dan menginginkan agar Adhim bisa bertemu dnegan Bang Tora hari ini, semoga saja tak ada halangan yang berarti. Setelah pertandingan bisa di mulai, Adit dan Adhim mendekat ke arah lapangan yang telah di padati para pengunjung yang ingin sedikit menikmati hiburan yang tak sebanyak di perkotaan. Di sini kalau ada pertunjukan di jamin akan ramai pengunjung. Bagaimana tidak, jarang sekali di daerah Adit ada keramaian kecuali ada pasar malam ataupun pasar kaget yang bisa di hitung pakai jari. Jadi wajarlah bila antusiasme warga yang cukup besar bilamana terdapat titik keramaian yang membuat mereka bisa mendapatkan suasana yang berbeda dari sebelum-sebelumnya.                                                   
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN