Kehilangan

1514 Kata
Selamat membaca! Keesokan paginya, Alex terlihat masih terlelap di atas ranjangnya. Ia sama sekali tak memedulikan kondisi Sandra hingga suara melengking dari Grace yang memanggilnya, membuat pria itu mulai terjaga dari tidurnya. Alex pun mulai mengerjapkan mata beberapa kali sebelum ia membukanya. Grace yang sudah sangat geram dengan putranya itu terus menggedor pintu kamar Alex dengan keras. "Alex bangun, cepat buka pintunya!" titah Grace dengan suara yang lantang. "Kenapa sih Mom? Pagi-pagi udah berisik saja Mom?" jawab Alex dengan pertanyaan yang terdengar kesal. "Kamu itu kurang ajar ya sama Sandra! Lihat akibat yang kamu lakukan, Sandra harus dilarikan ke rumah sakit karena suhu tubuhnya tinggi." Alex langsung bangkit dari posisi tidurnya dengan raut wajahnya yang terkejut. "Jadi Sandra sakit. Oh ya, aku lupa mematikan pendingin pada kamarnya," ucapnya yang lalu beranjak untuk membukakan pintu kamar. Setelah tiba di depan pintu, tanpa menunggu lama Alex langsung membuka pintu kamarnya dengan perlahan. Ia mulai menatap wajah ibunya yang kini terlihat sedang menahan amarahnya. "Sekarang kamu pergi ke rumah sakit? Jaga calon istrimu itu sebagai rasa tanggung jawabmu!" titah Grace dengan tegas. "Tapi Mom, aku malas. Aku masih ngantuk, Mom," gerutu Alex terdengar malas. Grace hanya menggelengkan kepalanya beberapa kali setelah mendengar jawaban dari putranya. Jawaban yang membuat amarahnya semakin memuncak. "Dasar Alex, tingkahnya sangat mirip dengan Chris," batin Grace mengingat sosok suaminya yang keras kepala sama seperti putranya. Tanpa aba-aba, Grace langsung menjewer daun telinga Alex untuk menyeret tubuhnya menuju bathroom. Alex pun mengaduh merasakan perih pada telinganya, ia tak menyangka bahwa ibunya akan menjewer telinganya lagi karena Sandra. Terakhir kali Grace melakukan itu saat Alex enggan datang pada prosesi pemakaman kakeknya yang bernama Frank Emanuel. Setelah sampai di depan bathroom, Grace langsung mendorong tubuh Alex untuk masuk dan menutup rapat pintu bathroom. "Sekarang kamu mandi, setelah itu langsung ke rumah sakit, oke Alex!" titah Grace Alex mengesah pelan sambil memegangi daun telinganya yang masih terasa begitu perih. "Iya Mom, lain kali tidak perlu menjewer telingaku ya Mom," keluh Alex dengan rasa malasnya. "Kamu pantas mendapatkan itu! Sudah sekarang cepat mandi, kasihan Sandra sendirian di rumah sakit!" Grace pun pergi meninggalkan kamar. Sementara Alex memulai aktivitasnya di dalam bathroom dengan rasa malas yang masih bertahta penuh dalam pikirannya. ()()()()() Setengah jam kemudian, Alex sudah terlihat tampan mengenakan kemeja yang terbuka dengan kaos putih di dalamnya. Ia pun mulai menuruni anak tangga menuju ruang keluarga, di mana ibu dan ayahnya telah menunggu di sana. Walaupun dengan beribu rasa malas di hatinya. Namun, ia tak bisa membantah perintah ibunya untuk menjaga Sandra di rumah sakit. "Alex cepat berangkat ke rumah sakit sana, beberapa hari lagi itu kan hari pernikahan kalian, tapi kamu malah membuat Sandra sakit." Grace terlihat masih geram dengan apa yang dilihatnya tadi lagi. Bagaimana tidak, kala itu Grace dibuat geleng-geleng kepala ketika melihat Sandra dalam kondisi tanpa pakaian dengan kedua tangan yang terikat. Tak hanya Grace, Chris yang mendengar cerita dari istrinya itu pun ikut merutuki apa yang telah dilakukan oleh putra kepada Sandra. Semua kekesalannya benar-benar terlihat dari sorot matanya yang tajam ketika menatap Alex. "Daddy tidak mau mendengar kamu melakukan itu lagi kepada Sandra," timpal Chris yang ikut menegur putranya dan membuat Alex semakin jenuh atas apa yang didengarnya. "Iya Dad, aku janji," jawab Alex dengan raut wajahnya yang sama sekali tak menampilkan sebuah penyesalan. Alex pun berlalu menuju pelataran rumah, untuk berangkat ke rumah sakit. Setelah tiba di teras rumah, Harry dan Evans sudah menunggunya di samping mobil. "Ayo jalan Evans!" titah Alex ke arah Evans yang langsung bergegas masuk ke dalam mobil. "Silahkan, Tuan." Harry membukakan pintu mobil untuk Alex masuk. Harry Miguel adalah supir keluarga Decker yang sudah bekerja selama 5 tahun lamanya. Walaupun terkadang sering melakukan kesalahan. Namun, Alex tak serta merta memecatnya begitu saja. Ia tetap mempertahankan Harry karena Alex mengetahui bahwa pria itu adalah tulang punggung keluarganya. "Harry, tumben kau tidak telat datang ke rumah? Sepertinya sarapanmu tadi pagi itu bergizi ya sampai otakmu jadi sedikit lebih pintar!" sindir Alex kepada Harry yang datang tepat waktu tidak seperti biasanya. Harry pun hanya tersenyum dengan sindiran yang dikatakan oleh Alex. Ia tak bisa membantah jika memang dirinya sering terlambat ketika menerima tugas dari Alex. "Iya Tuan, tadi pagi saya sudah minum s**u dua gelas sesuai yang Tuan katakan," jawab Harry dengan polosnya. Jawaban Harry pun membuat Alex terkekeh saat mendengarnya. Ya, begitulah Harry, sosok pria sederhana yang selalu bisa menghibur di saat dirinya sedang jenuh dengan rutinitasnya ataupun ketika kedua orang tuanya baru saja selesai menasehatinya. "Jangan dua gelas langsung kamu minum Harry, tapi satu gelas di pagi hari dan satu gelas lagi malam, begitu maksud Tuan Alex," sambar Evans saat mengingat apa yang pernah Alex katakan pada Harry beberapa hari lalu. "Untung saja aku tidak bilang 3 gelas ya Vans jika itu terjadi, mungkin perut Harry sudah penuh dengan s**u sampai kedua kakinya akan sulit untuk berjalan." Alex pun menahan gelak tawanya rapat-rapat. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi ketika Alex memberi perintah kepada Harry untuk menambah kecepatannya. Ia kembali teringat akan Sandra yang kini berada dalam perawatan di Rumah Sakit Emanuel, sebuah rumah sakit yang memang didanai oleh keluarga Decker yang dirikan oleh Frank Emanuel. Namun, tanpa disadari oleh ketiganya, mereka ternyata sudah dibuntuti dari semenjak mobil mulai keluar dari pelataran kediaman Decker. Sebuah mobil hitam yang hanya berkapasitas dua orang itu kini berada tepat di belakang mobil yang dikendarai oleh Harry. Alex yang masih tak menyadari bahwa nyawanya kini sedang terancam, masih terlihat santai memainkan ponsel yang digenggamnya. Namun, walau begitu pikirannya masih tertuju pada sosok Sandra yang membuatnya harus mengawali harinya dengan tak mengenakan. "Wanita itu sungguh membuat hari ini buruk karena aku harus mendapatkan teguran dari kedua orang tuaku. Dasar Sandra! Awas kau nanti," batin Alex tampak kesal karena kondisi Sandra yang jatuh sakit membuatnya jadi disalahkan oleh kedua orang tuanya. Mobil yang dikendarai oleh Harry terus melaju dengan kecepatan sedang. Lalu lintas kala itu tampak lengang dan tidak terlalu padat seperti biasanya. Membuat mereka kini hampir tiba di rumah sakit dan tak perlu memakan waktu terlalu banyak. Sampai akhirnya, di saat mereka mulai melintasi sebuah jembatan, tiba-tiba saja sebuah mobil langsung menghantam mobil mereka hingga benturan tak terelakkan lagi terjadi. Alex dan Evans terhenyak begitu kaget, mereka kini semakin panik saat Harry tidak siap dalam situasi seperti ini, itulah sebabnya Alex tidak pernah membawa Harry ikut serta dalam transaksi yang dilakukannya karena Alex tidak mau membahayakan nyawa Harry. "Harry, cepat banting kemudi itu ke arah mobil itu, injak gasnya lebih dalam!" "Tapi Tuan.." Harry yang semakin panik tidak mencerna dengan baik perintah Alex, benturan yang keras membuat mobil yang dikendarainya tersangkut di pinggir jembatan dengan kap mobil yang mengarah ke dasar danau. Alex pun dengan cekatan membuka kaca mobil dan mengeluarkan pistolnya dari dalam saku kemejanya, ia langsung mengarahkan pistol digenggamnya untuk menembaki mobil yang telah menabrak mobilnya. Namun, laju mobil tersebut terlalu cepat hingga membuat Alex hanya berhasil mengenai badan mobil bagian belakangnya saja. "Aku sudah hafal plat mobil itu, awas kau! Aku akan membalas apa yang kalian perbuat," geram Alex sangat murka setelah selesai merekam plat mobil itu dalam ingatannya. Di saat Alex semakin dipenuhi oleh amarahnya. Tiba-tiba mobilnya mulai terperosok sedikit demi sedikit menuju dasar danau. "Evans, Harry, cepat tinggalkan mobil!" Alex pun langsung membuka pintu mobil dengan cepat. Setelah berada di luar, Alex mulai menahan bagian belakang mobilnya dengan sekuat tenaga agar mobil tersebut tidak terjatuh ke dasar danau. Kedua matanya masih terus melihat dari kaca mobil bagian belakang saat Evans dan Harry berusaha untuk menyelamatkan diri mereka. Namun, keduanya harus berpindah terlebih dahulu ke kursi belakang, barulah mereka bisa selamat dari situasi yang saat ini terjadi. "Cepat Evans, aku sudah tidak tahan lagi." Alex semakin mengeluarkan seluruh tenaganya hingga membuat otot-otot pada lengannya terlihat mengeras. Gesekan mobil dengan tepi jembatan begitu keras terdengar, mobil pun mulai terperosok semakin jatuh dengan cepat tanpa bisa ditahan lagi. Alex berteriak dengan keras, menatap nanar ke arah mobil yang kini terjun bebas ke dasar danau. Evans berhasil lolos dari maut kala itu setelah dirinya melompat dengan melewati kaca mobil yang sudah sempat dibuka oleh Alex. Namun, tragisnya Harry tak mampu selamat, ia ikut jatuh bersama mobil hingga tenggelam ke dasar danau. Akan tetapi, sebelum mobil terjatuh Harry sempat meneriaki sebuah kalimat kepada Alex yang tidak akan pernah dapat ia lupakan seumur hidupnya. "Tuan, terima kasih banyak. Aku titip adik dan ibuku," teriak Harry sesaat sebelum mobil jatuh ke dasar danau. Alex seketika menjadi lemah dan tak berdaya. Kedua kakinya seperti tak sanggup lagi menahan raganya sendiri. Alex pun hanya duduk di tepi jembatan sambil menatap kepergian Harry bersama tenggelamnya mobil miliknya ke dasar danau. "Maafkan aku, Harry, tapi sebenarnya siapa orang yang ingin mencelakaiku?" batin Alex coba menahan kesedihan dan amarah yang membuncah dalam dirinya. Antara merelakan atau mengikhlaskan, keduanya sama-sama berat untuk dijalaninya. Walaupun rasa sakit atas kehilangan itu telah bersahabat dengannya semenjak kematian Sierra. Namun, tetap saja Alex masih terlihat rapuh dan benar-benar terpukul atas kematian Harry saat ini. "Sial." Alex berteriak sekeras-kerasnya untuk meluapkan segala amarah atas kejadian yang baru saja terjadi. Kematian Harry yang pastinya menyisakan dendam dalam dirinya. Dendam yang harus terbalaskan dengan cepat. Bersambung ✍️
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN