Selamat membaca!
Selesai melampiaskan segala hasratnya, Alex pergi begitu saja meninggalkan Sandra tanpa sepatah kata pun yang terucap dari mulutnya. Sementara itu, Sandra masih terlihat lemah di atas ranjang dengan keringat di sekujur tubuhnya. Sandra hanya termangu menatap kepergian Alex yang sudah mengenakan pakaiannya kembali.
"Kehormatanku telah direnggutnya. Hidupku sudah tak berarti lagi sekarang," batinnya benar-benar hancur.
Sandra terus menangisi nasibnya, air mata tiada henti menetes dari kedua sudut matanya, hatinya sakit begitu perih, ia sangat kesal, marah, dan benci. Namun, dirinya sama sekali tak punya kuasa untuk melampiaskannya kepada Alex.
"Semua ini gara-gara Ayah, aku benci sama ayah," batin Sandra teringat bahwa semua ini berawal dari kesalahan ayahnya yang bermain-main dengan Alex.
Susah payah ia menjaga kehormatan selama hidupnya. Namun, Alex dengan begitu mudah merenggutnya tanpa belas kasihan sedikit pun.
Sandra pun mulai bangkit dari posisinya yang sedari tadi hanya meringkuk di atas ranjang dengan tubuhnya yang polos tanpa mengenakan pakaiannya kembali. Wanita itu mengarahkan pandangan matanya untuk melihat ke arah sprei yang saat ini terdapat bercak darah keperawanannya. Sebuah tanda bahwa dirinya memang masih belum pernah tersentuh oleh pria manapun dan Alex adalah pria beruntung yang pertama kali menikmati keindahan tubuhnya.
Selesai melepas sprei itu dengan rintihan air mata, ia pun langsung meletakkannya di sebuah keranjang yang berada di sudut ruangan. Setelah itu, Sandra mulai mengenakan pakaiannya yang masih teronggok berantakan di lantai.
***
Di sebuah ruangan yang terbilang cukup luas dan biasa disebut dengan ruang tamu, Alex tampak baru saja tiba dan langsung duduk di sofa kosong yang berada di seberang orang tuanya.
"Dad, besok akan ada transaksi di dermaga tempat biasa." Alex memberitahu kepada ayahnya sebagai informasi karena sejak sang ayah memutuskan pensiun, pria itulah yang menghandle semua urusan organisasi mafia yang dipimpinnya.
Sebuah organisasi mafia terbesar di kota Paris. Chris Decker adalah pemimpin sekaligus pencetus berdirinya organisasi ini. Namun, sejak Grace memintanya untuk tidak banyak meninggalkan rumah, Chris memberikan posisinya kepada Alex, anak semata wayang mereka. Kebanggaan keluarga Decker.
"Yang terpenting kau harus hati-hati, karena akhir-akhir ini sering terjadi razia dadakan, banyak mata-mata FBI di sekitar kita."
Alex tersenyum tipis ke arah Chris dengan sorot matanya yang tak lepas dari layar televisi. Ia sedang menonton acara favoritnya yang memang ditayangkan pada malam hari.
"Tenang Dad, aku bisa mengatasinya. Besok Evans akan menemaniku."
Mendengar percakapan antara sang anak dan suaminya, membuat Grace seketika menyela percakapan mereka.
"Apa kalian bisa tidak hanya membicarakan tentang urusan transaksi dan transaksi terus?!" Grace menggerutu sambil melirik sinis ke arah Chris yang berada di sampingnya.
Chris seketika merangkul pundak Grace dan dengan nakal mulai melabuhkan sebuah ciuman singkat, tepat di bibir Grace yang membuat wanita itu terkesiap. Namun tak sampai di situ, Chris mulai menelusuri ciumannya ke arah leher Grace lalu mengecupnya sampai turun ke arah kedua gunung kembar Grace yang memang saat itu hanya mengenakan piyama jadi sangat memudahkan Chris untuk membukanya.
"Stop Dad, please! Jangan lakukan itu di hadapanku, kalian itu hanya akan mengotori mataku," protes Alex yang terganggu dengan adegan dewasa yang dilakukan oleh orang tuanya di depan matanya.
Namun, Chris tak menggubris apa yang terlontar dari mulut Alex, ia masih saja menikmati permainannya untuk menaikan birahi istrinya itu, sebelum mereka memulainya dengan serius di dalam kamar.
Alex menjadi jengah dengan apa yang saat ini tengah dilihatnya. Ketenangan dirinya seakan terusik. Sampai akhirnya, ia pun memutuskan untuk pergi dari ruang tamu dan melangkah menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.
"Oke Dad, lanjutkan! Lebih baik aku mengalah. Good night Dad, good night Mom."
Mendengar langkah Alex yang akan beranjak pergi, Grace seketika melepaskan tubuhnya dari sentuhan Chris yang terus menggerayanginya.
"Stop Chris, aku ingin bicara sebentar dengan Alex!" titah Grace sambil menjauhkan wajah suaminya dari tubuhnya.
Chris pun menuruti perkataan Grace untuk kembali duduk dengan posisinya yang santai.
"Alex, tunggu dulu! Mommy mau bicara denganmu."
Panggilan Grace membuat Alex seketika menghentikan langkah kakinya dan menunda keinginannya untuk menuju kamarnya yang berada di lantai 2. Pria itu pun menoleh sambil membalikkan tubuhnya, walau dengan rasa malas. Alex sudah dapat membaca apa yang akan dikatakan oleh ibunya karena memang dalam beberapa hari ini yang dibicarakan oleh Grace, hanyalah tentang perjodohan dengan seorang wanita yang bernama Selin Wise–anak dari sahabat dekatnya.
"Apa Mom?" tanya Alex sambil mengangkat sebelah alisnya ke arah Grace.
"Selin besok sore ke sini. Dia akan menginap untuk beberapa hari ke depan agar kalian bisa lebih dekat sebelum hari pernikahan tiba."
Wajah Alex seketika berubah masam, Grace sangat berharap jika Alex akan senang dengan rencananya. Namun, pada kenyataannya, Alex tidak menyukai apa yang telah disampaikan padanya.
"Please Mom, aku tidak ingin terikat dengan seseorang, kalaupun aku akan menikah, ya dengan wanita yang sekarang ada di kamar pembantu itu karena itu pun hanya untuk sementara waktu sampai aku bosan dengannya."
Perkataan Alex membuat kedua orang tuanya terhenyak kaget. Mereka langsung bangkit dari sofa dan bergegas menghampiri Alex yang berdiri santai dengan bersandar pada badan sofa sambil mengaitkan kedua tangannya di saku celana.
"Apa maksudmu, Lex?" Chris menautkan kedua alisnya, tatapan matanya terlihat bingung. Namun, ia terus menatap wajah Alex dengan penuh selidik.
Grace terlihat sangat tidak suka dengan apa yang dikatakan Alex. Ia kini menarik tubuh anak semata wayangnya itu untuk menunjukkan siapa wanita yang telah dibawanya ke rumah dan akan dinikahinya.
Beragam pertanyaan langsung timbul memenuhi isi kepala mereka. Akan tetapi, bukannya memang Alex sering membawa wanita ke rumah, lantas mengapa Chris dan Grace begitu terkejut dengan perkataan Alex.
Mereka tahu betul kebiasaan putranya yang sering bergonta-ganti wanita hanya untuk sekadar ditiduri selama satu atau dua malam, setelah itu Alex akan mencampakkannya begitu saja. Mungkin karena niat Alex untuk menikahi wanita itu yang membuat keduanya sangat terkejut, apalagi sejak kehilangan calon istrinya dua tahun silam, Alex sangat membenci sebuah pernikahan. Bahkan perjodohannya dengan Selin selalu jadi perdebatan yang berkepanjangan antara dirinya juga Grace yang tak pernah berhenti memaksanya.
"Siapa wanita itu dan di mana dia Alex?" Grace terus mencecar Alex dengan menanyakan asal-usul wanita itu. Namun, tetap saja Alex masih enggan untuk menjawabnya. Pria itu hanya menunjuk ke sebuah kamar tempat di mana Sandra berada. Salah satu kamar yang berada didekat dapur, lebih tepatnya kamar itu seharusnya diperuntukkan untuk seorang pembantu yang bekerja di rumahnya.
Sadar tak mendapat jawaban dari putranya, keduanya pun memutuskan untuk melihat langsung wanita yang dikatakan oleh Alex akan dinikahinya itu. Setelah tiba di depan kamar itu, Chris menjadi sangat geram terhadap putranya karena ia menempatkan seorang wanita di kamar yang tidak layak untuk ditempati oleh seorang tamu.
"Pokoknya Daddy mau kamu antar wanita itu ke kamar tamu, jangan di kamar ini! Ingat mau bagaimanapun dia adalah tamu, seorang tamu itu harus kita jamu dengan baik. Kamu mengerti Alex!" kecam Chris dengan rahang yang mengeras.
Kemarahan Chris hanya ditanggapi dengan santai oleh Alex. Ia tak merasa bersalah sama sekali dengan apa yang tengah dilakukannya. Namun, melihat Alex yang seperti itu, Chris tetap mencoba untuk sabar karena memang ia sudah sangat paham akan watak putranya itu.
"Sudah, sudah kalian itu berdebat terus! Sekarang minggirlah! Biar Mommy yang masuk ke dalam." Grace menyeruak di antara tubuh Alex dan Chris yang berdiri di depan pintu, ia pun mengetuk pintu kamar itu dengan interval yang cepat.
Sementara itu dalam kamar, Sandra yang mendengar suara ketukan pintu pun terhenyak kaget dan dipenuhi tanda tanya akan siapa gerangan yang saat ini ada di depan pintu.
"Kira-kira siapa yang datang? Kalau pria kejam itu, pasti dia tidak akan mengetuk pintu seperti tadi, dia pasti akan langsung masuk tanpa izin," ucap Sandra menerka-nerka sambil menghela napasnya yang berat.
Setelah suara ketukan pintu terdengar semakin intens, ia pun bangkit dari posisi duduknya di atas ranjang dan mulai melangkah mendekati pintu.
"Semoga saja bukan pria itu yang datang," batin Sandra sejenak terdiam di depan pintu sebelum membukanya.
Saat pintu terbuka, seketika wajah Sandra berubah menjadi canggung ketika kedua bola matanya melihat sosok wanita yang ternyata adalah pelanggan tetap di bengkel tempatnya bekerja. Bukan hanya Sandra, Grace pun dengan cepat mengenalinya.
"Kamu kan montir cantik itu!" Grace langsung mendekat ke arah Sandra dan menatap lekat wajahnya yang terlihat begitu kacau. Grace langsung menyadari atas apa yang telah dilakukan anaknya kepada wanita malang itu.
Grace mulai menangkup kedua sisi wajah Sandra dan meneliti seluruh bagian tubuhnya, mulai dari pucuk rambut hingga ujung kakinya.
"Apa kamu terluka?" tanya Grace dengan raut cemas di wajahnya.
"Bagaimana mungkin aku menceritakan kelakuan putranya yang telah merenggut mahkota paling berharga dalam hidupku," batin Sandra sambil mengarahkan pandangan matanya ke arah Alex yang terlihat sangat santai dengan situasi saat ini.
Bersambung ✍️