Tanpa menunggu persetujuan, aku berdiri meninggalkan mereka menuju ranjang, langsung telentang diatas ranjang bersiap menerima cumbuan, terutama Dion. Harapan tinggallah harapan, yang muncul ternyata Pak Taryo, tanpa mempedulikan mimik kekecewaanku, dia langsung mencumbu dan menindih tubuhku, menciumi leher dan bibir, melumat habis hingga puttingku terasa agak nyeri. "Oh yess.. f**k me harder.. Yess faster.. Faster" sayup sayup mulai kudengar jeritan Ana dari kamar mandi. Sebercak iri melintas dibenakku membayangkan Ana mendapat kocokan dari si bule dengan pennis yang besar dan kemerahan itu, sementara aku sendiri hanya mendapatkan sopirnya yang tua dan jelek, rakus lagi. Pak Taryo mulai menyapukan pennisnya ke vagginaku. "Non, aku sungguh nggak nyangka akan mendapat kesemp