Accident 3

1184 Kata
Edward yang sejenak terlupakan ikutan berdiri di depanku, 2 peniiis yang menegang telah terpampang jelas begitu dekat di wajah, kuhentikan kulumanku pada Raymon, kukocok kedua peniiis yang ada di kedua tanganku.   Aku sama sekali tak menyangka kalau mendapatkan 2 peniiis sekaligus seperti ini begitu exciting, meski bukan pertama kali melakukan, tapi ini adalah direncanakan untuk main bertiga hingga sensasinya begitu berbeda. Aku merasa bak ratu yang seddang dilayani kedua pelayannya, pantesan banyak tamu yang menyukai dilayani 2 wanita sekaligus, mungkin perasaan itu sama dengan perasaanku saat ini, be like a queen.   Bergantian aku mengulum peniiis Edward dan Raymon, sesekali kedua peniiis itu bersentuhan di bibirku, bahkan sengaja kuadu kepalanya. Perbedaan ukuran diameter kedua peniiis itu menambah sensasi tersendiri bagiku, baik saat kuremas maupun saat memasuki mulutku, pasti akan bertambah ketika bergantian memasuki vaginnaaku, pikirku.   Beberapa menit aku melakukan oral pada mereka, kini giliranku untuk menjadi the real queen. Tanpa melepas kedua peniiis dari genggamanku, aku berdiri diantara mereka, Raymon segera meraih kepalaku dan mencium bibirku, kami saling melumat dan bermain lidah. Kulepas pakaian Raymon hingga telannjang, baru kulihat dengan jelas postur tubuhnya yang cukup atletis meski masih tampak sedikit timbunan lemak di perut, namun tak sebanyak Edward. Dan peniiisnya yang putih kemerahan tampak tegar kokoh begitu menggoda.   Kutuntun mereka menuju ranjang dengan menarik peniiisnya, aku rebah pasrah di atas ranjang menunggu mereka bersamaan menggumuliku, suatu sensasi yang luar biasa dicumbu 2 laki laki bersamaan. Raymon kambali menciumi bibirku, menyusuri pipi dan leher dan berhenti di kedua buah daddaku, sementara Edward mendapat bagian pada paha dan vaginnaaku. Namun saat Raymon mengulum putingku, Edward bergeser naik dan mengulum p****g satunya, aku menjerit kaget dan nikmat mendapat kuluman pada kedua putingku bersamaan.   Meski ini bukan pertama kali, tapi entahlah, kenikmatan selalu berbeda pada setiap event, kuremas remas kedua kepala yang ada di daddaku sambil mendesah lepas. Dan desahanku semakin tak terkendali ketika kedua tangan mereka bersamaan ikut bermain di daerah vaginnaa, antara bermain di k******s dan mengocok dengan jari tangan, aku benar benar serasa melayang, hanya geliat dan desah napas panjang yang bisa kulakukan.   Bibir Edward mulai menjalar turun menyusuri perut, tapi segera kutarik keatas dan kucium bibirnya, Raymon ikutan melepaskan putingku dan menciumiku, bergantian kulumat kedua bibir itu. Kembali mereka berbagi tugas, Raymon mengulum kedua putingku bergantian, tak dipedulikannya sisa ludah temannya yang masih basah di putingku. Edward dengan lincahnya menyapukan lidah dan bibirnya di vaginnaaku.   Untuk kesekian kalinya aku menggeliat dan menjerit nikmat diperlakukan begitu bernafssu oleh kedua tamuku ini, sulit untuk dibayangkan kenikmatannya ketika dua lidah secara bersamaan menari nari di p****g dan vaginnaa. Aku berharap pertahananku mampu bertahan dari gempuran birahhi yang begitu hebat, kalau sampai kebobolan juga berarti perjalanan panjang akan semakin terasa panjang dan terjal.   "Ed, aku mau berduaan dulu sama Lala sebelum kita keroyok dia, tadi kamu kan udah, oke?" pinta Raymond.   "No problem, you are my guest" jawab Edward disela sela jilatannya.   Bersamaan dengan itu, Raymon sudah menggeser posisinya disamping temannya, bersiap memulai babak pendahuluan, aku hanya pasrah mengikuti permainan mereka sambil membayangkan peniiis Raymon yang gede itu segera memenuhi vaginnaaku, tentu akan lebih nikmat dibanding punya Edward.   "Wait..wait..wait, sebelum kamu acak acak dia, aku mau 69 dulu" kata Edward seraya mengatur posisinya di atasku.   "Lala yang di atas dong" atur Raymon, Edward hanya menuruti perintah temannya tanpa banyak komentar.   Untuk kesekian kalinya peniiis Edward mengisi mulutku, ternyata Raymon tak mau jadi penonton, dia menyodorkan peniiisnya saat aku masih mengulum temannya, akupun menurutinya, bergantian peniiis peniiis itu keluar masuk mengocok mulutku bersamaan sapuan lidah Edward yang tak kalah nikmatnya menyusur vaginnaaku. Entah sampai berapa lama kami ber-69 kalau saja Raymon tidak menghentikan kami.   Aku telentang bersiap untuk Raymon, dia membuka konddom tapi segera kurebut. "Sini aku pasangkan" kataku, dengan mulut aku memasukkan konddom itu ke peniiisnya, dia memuji ketrampilanku ini. Raymon menindih tubuhku, kami berciuman sambil menyapukan peniiis gede itu ke bibir vaginnaaku, kupejamkan mataku saat peniiisnya mulai menyeruak masuk, terasa penuh sesak. Meski bukan yang terbesar yang pernah kurasakan, tapi dalam sehari ini rasanya peniiis itu begitu besar seolah nggak muat vaginnaaku menerimanya, apalagi dibandingkan peniiis Edward yang beberapa saat lalu kurasakan.   Kubuka kakiku selebar mungkin saat dia memulai gerakan mengocoknya, hanya beberapa kali kocokan pelan setelah itu berubah menjadi cepat dan keras sambil ditekankan ke pinggulku. Aku mendesah semakin keras, sesekali kulirik Edward yang nonton kami sambil memegangi kejantanannya, terlihat kecil dibanding peniiis yang seddang berada di vaginnaaku.   Kocokan Raymon semakin liar, aku tak sempat lagi memperhatikan Edward, sorot mata Raymon begitu menyala penuh nafssu, tubuhnya menindihku, semakin rapat aku dalam dekapannya, seolah tubuh telannjang kami menyatu dalam ikatan emosi yang sama, saling memberi kenikmatan. Meski terasa begitu nikmat, aku tak mau o*****e duluan, perjalanan masih sangatlah panjang, apalagi masih ada peniiis lain yang menunggu, tentu cukup memalukan apabila minta istirahat hanya pada putaran pertama. Kakiku sudah bergantian turun naik di pundak Raymon, tapi belum juga dia menurunkan temponya.   Mau tak mau, kocokan nikmat dari Raymon membawaku perlahan mendaki puncak kenikmatan, meski aku berusaha menahannya lebih lama. Sebelum terlanjur terlalu jauh, aku mengambil inisiatif, kudorong tubuh Raymon menjauh hingga dia rebah telentang, kunaiki tubuhnya, dengan posisi di atas aku bisa pegang kendali permainan. Tak lama kemudian tubuhku sudah turun naik bergoyang di atas Raymon, peniiis besar itu serasa mengaduk aduk isi vaginnaaku, namun justru semakin nikmat.   Sambil tetap bergoyang dan mendesah, kupanggil Edward mendekat, sudah saatnya dia gabung, sudah cukup Raymon sendirian menikmatiku. Edward berdiri mendekati kami, kuminta dia naik ke ranjang, sepertinya dia tak tahu harus berbuat apa atau harus mulai dari mana.   "Tuh atasnya masih kosong" teriak Raymon pada temannya yang tampak kebingungan.   Edward berdiri di atas ranjang, kuraih peniiisnya dan kumasukkan ke mulutku, dua peniiis mengisi lubang tubuhku bersamaan, atas dan bawah. Kembali kurasakan sensasi yang berlebihan menghadapi keadaan ini, suatu sensasi yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, meskipun sering kulihat di film p***o, tapi kini aku mengalami sendiri, berrcinta dengan 2 orang secara bersamaan, orang bilang threesome atau 2 in 1 atau MMF atau gangbang.   Mulanya agak kerepotan juga aku mengatur gerakanku meng-handle 2 peniiis sekaligus, apalagi kedua peniiis itu bergerak cukup liar di lubangnya masing masing. Kenikmatan yang kurasakan sungguh jauh dari apa yang kubayangkan, aku kewalahan dibuatnya. Seringkali hanya terdiam menerima kocokan nikmat dari mereka di atas dan di bawah.   Perlahan aku bisa menguasai gejolak emosiku dan gerakanku mulai bisa aku kendalikan mengimbangi kocokan kocokan itu, bahkan aku semakin berani aktif bergoyang p****t dan kepala. Kami semua saling bergoyang dengan irama permainan yang sama, tiga gerakan berpadu menjadi suatu sensasi dan kenikmatan yang sangat tinggi.   Tak ada desahan dari mulutku kecuali dengus napas kenikmatan yang keluar dari hidung, hanya desisan mereka berdua yang terdengar bersahutan. Remasan remasan Raymon pada buah daddaku semakin membawaku terbang tinggi.   "Ganti" perintah Raymon setelah kami bertiga berrcinta lebih 10 menit.   Edward memintaku dogie, melanjutkan yang tadi sebelum temannya datang. Aku merasa ada yang kurang ketika peniiis Edward memasuki liang vaginnaaku, begitu beda dengan peniiis Raymon yang gede. Pergantian peniiis yang begitu cepat, hanya dalam hitungan detik, tentu belum bisa membuat vaginnaaku berkontraksi menyesuaikan besarnya peniiis Edward, serasa begitu longgar saat dia mulai mengocok, aku yakin dia juga merasakan hal yang sama, tapi aku tak berani menanyakannya. ***  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN