PROLOG
••• Happy Reading •••
"Ada apa?" tanya Aditya.
"Ini Pak, silakan Bapak baca sendiri," ucap Sandra sembari menunjukkan sebuah dokumen pada atasannya itu.
Aditya melangkahkan kakinya menuju Sandra dan mengambil sebuah dokumen di tangannya. Sekilas ia menatap raut sekretarisnya dan kaki tangannya yang nampak berbeda dari biasanya. Kemudian, Aditya membacanya perlahan dan detik berikutnya ia sangat terkejut saat satu nama berhasil menarik perhatiannya. Ternyata nama itu mampu bangkit setelah di jatuhkan begitu saja. Ia mengarahkan pandanganannya ke Sandra dan Marco. Masalah apalagi yang menantinya, ia sudah cukup lama berhenti dari semua bisnis gelapnya dan melupakan seluruh hal-hal buruk di masa lalu. Namun, nampaknya dendam seseorang yang telah ia hancurkan bisnis dan harga dirinya mulai menghantuinya.
"Kerahkan anak buah terbaikmu Marco. Kita akan menemui tamu spesial kali ini ...," ucap Aditya yang meremat dokumen pemberian sekretarisnya itu.
Senyum smirk tercetak jelas di sudut bibirnya. Senyum yang hampir satu tahun menghilang karena ia ingin merubah dirinya menjadi lebih baik lagi. Ia sudah bertekad untuk tidak menjadi sosok yang tidak menyenangkan. Akan tetapi selalu saja ada orang-orang yang membangunkan jiwa mematikan di dalam dirinya. Dan kali ini ia harus kembali terjebak dalam masalah di kalangan keluarganya sendiri.
•••
•••
Hari ini, setelah beberapa waktu lalu ia menerima laporan bahwa Alexander Juan lah dalang dari semuanya dan dengan sedikit informasi bahwa usahanya semakin jaya di bawah nama dirinya, Aditya datang ke kediaman Alexander Juan dengan Marco dan beberapa anak buahnya. Ia mendobrak pintu rumah itu dengan paksa dan menepiskan kaidah sopan santun bertamu. Suasana rumah yang semula baik-baik saja dengan berkumpulnya Alexander, istrinya dan kedua anaknya berubah menjadi mencekam. Alexander terkejut akan kedatangan ponakannya itu.
Keterkejutannya bukan karena tiba-tiba Aditya bertamu dengan tak sopan melainkan khawatir akan kebusukan yang sudah lama terpendam.
"Apa-apaan kamu Aditya! Tidak sopan!" bentak Alexander yang lantas berdiri menatap tajam ke arah Aditya.
Aditya hanya tersenyum tipis mendapati kegugupan Alexander di depannya. "Selamat malam pamanku yang picik! Apa kabarmu? Lama kita tidak bertemu ya," ucap Adit santai.
"Mau apa kamu kemari? Hah! Kita sudah tidak ada urusan lagi! pergi dari sini!" usir Alexander.
"Anda yang mengundang saya bukan?"
Nampak Alexander mengenyitkan alisnya berpura-pura tak tahu apa yang sebenarnya Aditya bicarakan walaupun ia menduga kedatangan Aditya ke rumahnya berkaitan dengan sebuah usaha diam-diam miliknya ... tapi ia tak akan gegabah menyerah Aditya begitu saja. Tanpa di duga, sebuah senjata api yang tersimpan rapi di pinggang Aditya tiba-tiba dikeluarkan oleh pemiliknya dan kini tepat berada di dahi pria paruh baya itu. Deg. Seketika jantung Alexander seolah berhenti mendadak. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa secepat ini Aditya mampu membaca langkahnya untuk menghancurkan apa pun milik pria itu. Dalam arti lain, ia kalah cepat dari langkah Aditya.
"Adit, apa yang kamu lakukan? Apa salah Pamanmu Dit? Maafkan dia jika dia pernah salah ke kamu, Tante mohon," pinta istrinya.
"Anda tenang saja. Sebentar lagi anda dan anak-anak anda akan saya kirim ke Jepang. Tinggallah di sana dan hidup lah dengan kehidupan yang baru. Saya akan menjamin anda tidak akan kekurangan apa pun."
"A--apa maksutmu?" tanya tantenya.
Tanpa sempat terjawab oleh Aditya sebuah tembakan senjata api melesat tepat menembus kepala pamannya. Tubuh Alexander langsung limbung bersimbah darah di mana-mana dan dapat di pastikan pria itu sudah tak bernyawa. Teriakan histeris sang istri beserta anak-anaknya menjadi pengiring yang manis di telinga Aditya. Pria itu justru tersenyum puas. Ia tidak akan mengampuni seseorang yang mengkhianatinya dan bahkan ingin mencelakainya.
"Bawa mereka bertiga ke Jepang! Dan urus mayat tak berguna itu!" titah Adit kepada orang-orangnya.
Aditya pun berbalik sembari menyelipkan kembali pistol itu ke dalam jasnya dan keluar dari rumah tersebut tanpa menaruh belas kasihan kepada keluarga pamannya. Sampai, tiba-tiba seorang gadis kecil berusia kurang lebih 17 tahun berlari ke arahnya dan melemparkan sebuah benda keras dari belakang. Seketika langkah Aditya terhenti dan berbalik pada gadis itu dengan tatapan tajam. Gadis itu mundur perlahan, ngeri melihat tatapan Aditya yang seolah-olah ingin membunuhnya juga. Namun, detik berikutnya wajah Aditya berubah menjadi sangat manis. Ia pegang dagu gadis cantik di depannya itu.
"Ada apa sepupuku?" tanya Aditya sembari melesungkan senyumnya.
Gadis itu berusaha menghempas tangan milik Aditya. Aditya hanya tertawa tipis mendapati perlakuan berani gadis di depannya. "Kamu jahat! Kenapa kamu membunuh Papaku? Apa salahnya?" ucap Gadis itu dengan emosi membara.
"Apa salahnya? Gadis kecil, kamu tidak akan mengerti walau ku jelaskan. Sudah jangan mengganggu ku! Pergi sana, bersiaplah ... kamu akan pergi ke Jepang. Aku masih baik kan?"
Namun, gadis itu nampak belum menerima kenyataan bahwa papanya tewas di tangan pria yang ia kenal sebagai saudaranya itu. Ia berusaha memukulkan tangan mungilnya di tubuh Aditya dengan keras hingga pria itu geram dan tak bisa lagi berbaik hati pada keluarga Alexander.
"Pergilah dariku b***h!" sentak Aditya yang lantas mendorong keras tubuh mungil itu hingga terjatuh begitu saja.
Nampak, sorot mata kebencian tertoreh darinya. Gadis itu telah melihat bahwa Aditya menghancurkan harapannya, papanya telah dibunuh dengan tangan pria itu sendiri di depan matanya. Ia tak akan pernah mengerti permasalahan apa yang sedang terjadi karena Aditya telag menutup semua akses penjelasan yang ia butuhkan. Namun, yang jelas ia akan membalas Aditya suatu hari nanti. Ia sangat membenci sosok Aditya dan tidak akan menganggapnya sebagai sepupunya lagi.
Aku akan membalasmu suatu hari nanti! Lihat saja Aditya!