Perginya Dante membuatku sedikit lega. Entah kelegaan itu berasal dari hatiku yang sepertinya sudah terpaku padanya, atau pikiranku yang mencoba berperang bahwa beberapa terakhir adalah hari nerakaku, sampai setahun ke depan. Lebih tepatnya sampai rahim ini bisa memberikannya seorang penerus. Huft, kenapa aku baru menyesal sekarang? Sangat tidak adil!. Ku melangkah mendekati ibu yang masih tidak sadarkan diri. Seharian ini aku jadi tidak bisa menjaganya dengan baik, malah penjaga yang Dante perintahkan lebih rajin dariku. Dasar anak durhaka!. Dekat dengan ibu, memperhatikan keadaannya seperti sekarang mengapa begitu sulit bagiku?. Rasanya semua yang aku lakukan, yang ku putuskan beberapa hari yang lalu sangatlah tidak masuk akal. Satu-satunya yang ada di pikiranku sekarang, apakah dia bi