Manik terus menangis dan bingung berbuat apa. Arumi hanya bisa menenangkan. "Selesaikan dulu saja administrasinya. Nyawa mamamu yang utama. Aku akan membantumu mencari jalan keluar nantinya. Kita hadapi bersama sama," ucap Arumi. "Ka-kamu kenapa baik sekali?" Manik menghapus air matanya. "Coba selesaikan dulu administrasi itu, p********n minta waktu," Arumi mencoba membantu Manik agar setidaknya lebih tenang. "Iya, mau tidak mau aku harus memprosesnya," Manik mengangguk. Setelahnya, Manik kembali menghampiri Arumi, "Kita bicarakan sambil menunggu proses operasi berlangsung." Mereka bergerak menuju ruang tunggu operasi. "Sekarang kita berhitung saja dulu," Arumi menatap Manik. "Berapa yang kamu punya? Aku bisa bantu tiga juta rupiah." "Arumi, terima kasih," Manik menghela na