Arumi dan Saga bergerak ke ruang makan. Ardika dan Tama sudah menunggu mereka. "Maaf kalian jadi menunggu," Ardika menyunggingkan senyum. "Ada kabar baik. Kita mendapatkan perkembangan berarti." "Tidak masalah om," Saga tersenyum. Ia duduk di samping Tama. "Tapi, makan dulu saja. Papa juga lapar sekali," Ardika mengambilkan nasi untuk Disa, "Makan sayang." "I-iya pap," Arumi merasa malu sendiri. Harusnya ia yang menyediakan makan untuk papanya. Ini malah papanya yang selalu menyodorinya makanan. "Disa, apa kamu sudah memutuskan mengenai namamu? Identitasmu? Ini penting untuk mengurus dokumen dokumen," tanya Ardika. "Sudah," Arumi mengangguk. "Siapa?" Ardika menanti jawaban putrinya. Tama dan Saga pun menunggu jawaban Arumi. "Sesuai yang papa sampaikan, aku terlahir denga