AWASI KETAT

1906 Kata

Si pengemudi tidak terlihat jelas tapi mobil itu tidak terasa asing. Tama hanya berdiam diri dan mencoba mengingat. "Mas, mobilnya sudah pergi," kata Ratna. "Oh iya maaf," Tama pun menggerakkan mobilnya kembali ke awal jalan. "Rumah nomor tujuh puluh delapan itu satu satunya warga yang tidak bersosialisasi. Mana bayar uang iuran warga saja susah," Ratna geleng geleng kepalanya. "Si Ibu Widuri memang pelit," Ratna kembali berkeluh kesah. Tama tidak berniat bertanya lebih lanjut. Ia menghindari gosip gosip yang tidak jelas. Akhirnya mobil pun tiba di lapang dekat mini market. "Ibu, saya harus pergi dulu. Saya sudah suka dengan rumahnya. Mengenai teknis berikutnya, saudara saya akan menghubungi ibu, namanya Guntur," ucap Tama. "Baguslah. Saya tunggu kabar baiknya," Ratna ter

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN