Udara dingin malam hari membangunkan gue. Ini baru jam 2 subuh, gue yakin gue gak bakal bisa tidur lagi. Hal pertama yang gue rasa adalah merasa bersalah. Kata-kata Satria terus terngiang-ngiang di otak gue. Sontak membuat hati nurani gue meringis. Sadar bahwa rasa bersalah gue gak bakal pernah hilang, sebelum gue jujur dan minta maaf ke Fabian. “Fabian, gue cinta mah lo Fabi. Gue gak mau masa bahagia kita rusak, gue terlalu takut buat jujur sekarang. Gue bakal jujur bila dapat waktu yang tepat,” ucap gue ke diri gue sendiri. Hanya untuk membenarkan keegoisan gue. Fix! Gue udah putuskan buat jujur ke Fabian, tapi tidak sekarang. Belum saatnya. Merasa sudah cukup tenang dan sadar akan sekardus berkas yang harus gue beresin. Gue memutuskan untuk mandi sebentar. Selesai mandi, barulah gue m