Daren terus merapalkan doanya dengan mengepalkan kedua tangannya. Menunggu kabar dari dokter yang masih menangani Devya di ruang IGD. ‘Ya Tuhan. Setidaknya selamatkanlah Devya. Selamatkan istriku. Jangan engkau ambil keduanya. Aku mohon,’ ucapnya dalam hati, memohon agar Tuhan dapat mendengarkan dirinya. Daren kembali menatap lirih di balik kaca tembok di mana Devya masih ditangani oleh tim medis di dalam sana. Tak terasa, air matanya keluar dari sudut matanya usai melihat wajah babak belur Devya yang tengah diolesi alkohol oleh perawat yang menangani wajah Devya. Rupanya Zion mengikuti mereka dan dia baru saja sampai di sana. Daren menoleh dan menatap tajam wajah lelaki itu. “Ngapain lo ke sini? Mau mati, huh?” ucap Daren sembari memegang kerah kemeja yang dikenakan oleh Zion. “Jadi