Sheril mengusap lembut bahu Devya sambil tersenyum hangat. Udara di ruangan itu terasa hangat, penuh dengan keintiman antara dua sahabat yang telah melalui begitu banyak bersama. “Gue doain, Dev. Setelah lo lepas dari parasit yang ditempelin sama keluarga Zion, lo gak akan nemuin yang begituan lagi,” ucap Sheril dengan penuh keyakinan. “Daren serius sama lo. Dia gak akan mau ambil alih perusahaan dan meeting dari negara satu ke negara satunya lagi. Ini semua demi lo, Devya. Dia ingin papinya gak atur hidupnya lagi.” Devya tersenyum tipis, matanya sedikit berkaca-kaca mendengar kata-kata penyemangat dari Sheril. “Gue malu, Ril. Lebih tepatnya. Gue ini cewek biasa. Harusnya Daren gak perlu sebegitunya hanya demi dapatin gue.” “Menurut Daren, lo sangat berarti. Itulah kenapa, dia mau kay