Ziva dan teman-teman kampusnya melenggang menuju keluar gedung kampus. Kelas baru saja usai. Hari ini adalah hari yang cukup melelahkan bagi Ziva, dia harus membagi waktu, bekerja sekaligus ngampus. “Va, ada yang nungguin lo, tuh,” ujar salah seorang teman Ziva. Ziva mengikuti arah pandang temannya dan tercekat menatap sosok pria duduk manis di dalam mobil yang bertengger di dekat parkiran kampus. Muka Ziva sontak memucat menatap pria itu. Duuh… Ngapain tuan muda ke kampus? Mampus aku kalau sampai ketahuan temen-temen bahwa Ammar tuh majikanku, kedokku yang sekarang jadi pembokat pun bisa ketahuan. Ziva menggigit bibir bawah. Kemudian ia balik badan dan memilih kabur. Namun baru dua langkah, ia mendengar seruan keras dari arah belakang, bukan suara yang asing, tak lain suara Ammar.