11. Sebuah Rasa

1526 Kata

                “Makan yang banyak, Lan.” Mami lagi-lagi menatap Mas Dilan sambil tersenyum lebar. Mas Dilan mengangguk sembari tersenyum, lalu kembali menyendokkan nasi ke mulutnya.                 Sejak Mas Dilan datang sore tadi, baik mami maupun Papi terus mengajaknya bicara banyak hal, seolah mereka sudah kenal lama. Padahal, jelas sekali mereka baru kenal sejak pertemuan di restoran malam itu. Sejujurnya, aku merasa Mas Dilan agak berbeda dari dugaan awalku. Dia begitu cakap menanggapi kalimat Papi ketika beliau membahas masalah pekerjaan. Dia bisa membalas kalimat Papi maupun Mami dengan balasan yang panjang, tidak seperti ketika menanggapi kalimatku yang selalu seperlunya saja. “Kalian ke Jepang kapan, ya?” tanya Mami ketika kami semua akhirnya sudah selesai makan malam. “Ak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN