Part7 | Noda Merah

1088 Kata
Ting tong ting tong Agnes menekan bel berkali – kali tanpa jeda, membuat siapa saja sang pemilik akan merasa sangat terganggu dengan suara bell yang di timbulkan. Wanita cantik itu kembali menekan bel dengan tidak sabaran hingga suara pintu terdengar dan pintu terbuka dengan kasar. “Astaga naga ya dragon Agnes!” sambut Rosa menyembur sahabatnya itu. Namun Agnes berjalan masuk menghiraukan omelan Rosa. Melihat penampilan Rosa yang hanya mengenakan gaun tidur seksi, rambut berantakan, mata sayu, terlihat jelas kalau Rosa juga baru saja bangun dan tergesa-gesa membuka pintu untuk dirinya. Rosa menutup pintu dan ikut menyusul Agnes. Namun matanya memindai dari ujung kepala sampai ujung kaki sahabatnya itu. “Tunggu! Kenapa penampilanmu seperti gembel? Bukannya semalam kamu habis kencan dengan pria tampan itu?” cecar Rosa. Agnes mendengkus kesal dan menatap Rosa, kemudian dia duduk di sofa dengan hati – hati. “Jangan mengada-ngada, aku tidak berkencan dengannya! Lalu dari mana kamu tahu aku pergi dengan pria itu?” tanya Agnes menatap tajam sahabatnya. Rosa menyeringai dan duduk di sisi Agnes lalu menyingkirkan helaian rambut Agnes. “Aku mencarimu, tapi bartender yang mengatakan kalau kamu berkencan dengan pria tampan yang di sudut ruangan, lalu ini apa?” seru Rosa seraya menunjuk bercak merah yang berjejer di leher Agnes. “Jadi benarkan kamu berkencan dengannya? Bagaimana dia di atas ranjang? Apa dia juga hebat di atas ranjang? Apa dia memuaskanmu ?” seloroh Rosa dengan semangat. Dan hal itu membuat Agnes ingin sekali membungkam mulut Rosa dan mencekik lehernya agar berhenti mengoceh. Agnes berdecak kesal, “Ck! Berhentilah bicara omong kosong, Rosa.” Dia benar-benar tidak habis pikir dengan sahabatnya ini. Dia baru saja pulang dengan keadaan seperti ini, dan sekarang dia di berikan pertanyaan yang sangat mengganggunya. Membuatnya kembali mengingat kejadian semalam. Rosa menyandarkan punggungnya di sofa, “Tapi benaran kamu tidur dengan dia ‘kan?” tanyanya dengan nada menuntut mencari jawaban. Agnes memijit pelipisnya, kepalanya terasa masih begitu berat. Punggungnya pun ia sandarkan di sandaran sofa. Mau tidak mau dia harus menceritakan kepada Rosa, “Hem, aku tidur dengan dia. Tapi kamu jangan salah paham! Itu terjadi karena aku di bawah pengaruh alkohol. Seandainya aku tidak mabuk, aku tidak akan melakukannya dengan pria asing antah berantah itu!” Agnes menekankan kepada Rosa. Rosa tertawa pelan mendengar jawaban sahabtnya, "Well, artinya kamu sudah melepaskan virgin mu kepada pria itu secara cuma – cuma, padahal kalian berdua baru bertemu. Yeah… Setidaknya kamu melepasnya dengan pria yang begitu tampan! Dan aku yakin, kamu pasti di puaskan oleh pria itu!” ujar Rosa sambil memainkan kedua alisnya naik turun menggoda Agnes. Agnes memutar bola mata berwarna abu – abu itu dengan malas dan kesal, “Please Rosa! Apa di pikiranmu hanya seks dengan para pria ? Sedangkan sahabatmu ini sedang frustasi baru saja bercinta dengan pria asing!” “Pffft…!! Hello Agnes!! Seharusnya kamu bersenang- senang di umur ini! Kamu bahkan sudah terlalu lambat merasakan kenikmatan bercinta dan melepaskan virginmu! Bayangkan di umur mu yang sekarang sudah menginjak 25 tahun, kamu baru melepaskan virginmu!” Agnes menghela napas kasar, “Hah! Shut up Rosa! Anggap saja selama 25 tahunku itu aku tidak pernah bertemu laki – laki!” jawabnya malas. Rosa hanya tertawa kecil, kemudian berdiri dan menuju lemari pendingin, mengambil dua kaleng jus jeruk. Lalu berjalan kembali di mana Agnes duduk. Sambil mengulurkan kaleng juice tersebut, Rosa bertanya. “Jadi kalian saling tukar nomor telepon?” “Tidak,” jawab Agnes singkat seraya meneguk jus jeruk segar. “Akhhh…” suaranya setelah meneguknya. Rosa membelalakkan matanya, “Oh my! Jangan bilang kalau pria itu meninggalkanmu sendirian di kamar saat kau masih tertidur?! Dan begitu kamu membuka matamu, pria itu sudah tidak ada di ranjang!” ”Kamu salah!” sahut Agnes tersenyum sinis. Rosa menaikkan satu alisnya, bingung. “Salah? Maksud kamu apa?” tanyanya kebingungan. “Aku lah yang sudah meninggalkan pria itu dari atas ranjang,” jawab Agnes santai seraya mengangkat kedua bahunya, cuek. Rosa terperangah dengan apa yang baru saja di ucapkan oleh Agnes. “What the… ! Kau meninggalkannya? Bagaimana bisa kamu meninggalkan pria yang sudah menyambil virginmu itu! Di mana pikiran kamu, Agnes!!” “Dan bukannya kamu sedang mencari pria untuk menikah ? Ingat, tuntutan kedua orang tuamu agar kamu segera menikah!” Seru Rosa tidak percaya. “Come on, Rosa! Aku bertemu dengan pria itu saat berada di klub malam, lalu kami berakhir di ranjang. Dan kamu ingat ‘kan bagaimana semalam pria itu di kelilingi oleh para wanita? Dan sekarang kamu menyuruhku untuk menjalin hubungan dengan pria itu? Aku bukan wanita bodoh yang akan termakan oleh pria itu.” Agnes mencoba untuk menepis dan mencari alasan agar tidak percaya dengan pria asing yang ia temui semalam. “Hah!” Rosa menghela napas kasar, “Kau selalu saja menilai pria seperti itu! Bisa saja selama memang para wanita-wanita itu yang menggodanya, dan dia tidak tergoda sedikitpun dengan para wanita – wanita itu, melainkan dia menghampirimu karena dia memang sungguh tertarik denganmu, Agnes!” “Ck! Pria itu memang tampan, aku akui! Tapi aku tidak ingin di manfaatkan dan di buang olehnya! Terlalu banyak wanita di sekelilingnya. Dia terlihat seperti seorang playboy dan perayu yang handal!” Agnes kembali mengingat bagaimana mudahnya dia tergoda dengan sorotan indah dari bola mata berwarna safir dari pria itu semalam. “Hah! Padahal aku berharapkau sudah menemukan pasanganmu dan lepas dari jeratan kedua orangtua mu itu.” “Sudahlah! Aku hanya ingin beristirahat saat ini. Mari kita stop membicarakan hal ini!” ujar Agnes yang lalu berdiri dari duduknya. “Hem, masuklah berisitrahat, kau pasti kelelahan, karena aku yakin semalam kalian berdua tidak hanya melakukannya sekali!” tebak Rosa tepat sasaran. Dan berhasil membuat wajah Agnes memerah. Wanita cantik dan tinggi semampai itu pun mengalihkan pandangannya dari Rosa, dia memilih untuk tidak membalas ucapan Rosa dan mengambil langkah pelan masuk ke dalam kamar. Sedangkan di salah satu kamar Hotel, Brice saat ini sedang menyandarkan punggungnya di headboard ranjang. Di mana tempat ia bercinta dengan begitu panas bersama seorang wanita asing. Pandangan matanya tidak lepas dari noda bercak merah di atas kasur yang beralaskan sprei putih bersih. “Ternyata dia benar – benar masih virgin! Damn! Aku tidak pernah menyangka bisa menemukan wanita polos dan virgin seperti itu! Ck! Memikirkan nya saja membuatku langsung connect!” gumamnya seraya meneguk minumannya sambil melihat ke inti tubuhnya. Sesuatu yang panjang dan keras sudah terbentuk sempurna. “Sh*it!” Brice kembali membaca tulisan tangan yang di tinggalkan oleh Agnes. “Hmm, Agnes…”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN