Part4 Puaskan Aku, Sentuh Aku

1291 Kata
Rosa yang baru selesai berdansa dan saling bercu-mbu dengan pria bernama George di lorong klub, memutuskan untuk kembali. Cukup lama dia meninggalkan Agnes sendirian. Begitu dia mendekat di meja bartender, dia terkejut tidak mendapati sosok Agnes di mana pun. “S*hit! Aku terlalu lama meninggalkannya!” umpat Rosa yang lalu berlari kecil ke bartender untuk memastikan keberadaan Agnes. George yang bingung pun ikut menyusul Rosa, “Hey, ada apa Rosa?” tanyanya bingung. “Temanku tidak ada, padahal tadi dia duduk di sini,” jawab Rosa, khawatir. Rosa yang panik pun memanggil bartender, “Hai, apa kamu melihat wanita yang duduk di sini?” tanyanya pada sang bartender. Sang bartender mengerutkan keningnya, mengingat wanita yang duduk di sini. “Ah, wanita cantik yang tadi duduk dengan anda?” Rosa dengan cepat mengangguk, “Benar, apa kamu melihatnya? Dia sahabatku.” Sang bartender pun tersenyum. “Nona tidak perlu khawatir, sepertinya teman anda mendapatkan teman kencan.” Rosa yang mendengarnya terkejut dan menjadi panik. Dia takut Agnes pergi dengan orang yang berbahaya, apalagi hari ini pertama kalinya Agnes berada di klub malam. “Teman kencan? Maksud kamu apa?” tanya Rosa, dia menatap tajam kepada pria bartender itu. Tatapan yang tersulut amarah. “Iya, teman kamu berkencan dengan pria yang tadi ada di sudut sana. Tadi aku melihat mereka mengobrol di sini, lalu berdansa bersama. Tidak lama kemudian, mereka kembali dan keluar bersama.” Terang sang bartender dengan lengkap seraya menunjuk ke arah Brice duduk tadi. Rosa lagi – lagi di buat terkejut. Rosa tahu dengan sekali lihat kalau pria yang duduk di sudut ruangan, bukanlah pria sembarang dan merupakan tamu VIP di klub ini, tapi hanya sebatas itu. “Apa kamu bilang? Pria yang duduk di sana? Pria yang tadi di kerumuni oleh wanita – wanita di sana?!” Rosa ingin memastikan jika benar Agnes pergi bersama pria itu. Sang bartender mengangguk dengan pasti. “Benar Nona. Teman anda terlihat menikmati waktu bersama teman kencanya. Jadi, anda tidak perlu khawatir. Dan nikmati waktu anda disini, karena pria yang di sudut sana sudah membayar untuk bill anda dan teman anda.” Rosa menyeringai. Dia bahagia kalau Agnes akhirnya bisa bertemu seorang pria. Dan dia ingat dengan jelas kalau pria itu sangat tampan. Dia sendiri tidak berani untuk mendekati pria tampan itu. “Terima kasih,” seru Rosa dengan senyuman puas di wajahnya. Dia senang sahabatnya itu mendapatkan teman kencan. “Nikmati waktumu, Agnes.” Gumamnya dengan wajah tersenyum lebar. “Ada hal baik yang terjadi?” tanya George melihat Rosa senyum – senyum sendiri. Rosa tambah melebarkan senyumannya, “Yes, mari kita kembali berdansa.” Ucapnya seraya mengedipkan matanya kepada George. Membuat pria itu menyeringai dan menarik Rosa turun kembali ke lantai dansa. Yang tentu saja bukan lantai dansa sesungguhnya. “Haruskah kita pindah tempat atau di sini, baby?” Rosa menggigit bibir bawahnya dan berkata, “Di sini.” George tersenyum dan langsung membawa Rosa semakin dalam di klub ini. Sambil berjalan, pria itu mengangkat tangannya kepada salah satu pelayan. “Private Room,” ucapnya, santai. “Baik Tuan,” jawab pelayan pria tersebut dan membuka pintu sebuah private room. “Jangan ada yang masuk sebelum saya memanggil,” pesan George kepada pelayan pria itu sebelum menutup pintu. Begitu pintu tertutup. George langsung menyambar Rosa, mereka berciuman dan berpagutan dengan kasar dan liar. Hanya dalam sekejap semua pakaian lepas dari tubuh mereka. Suara music DJ diluar sana menutup suara desahan dan erangan mereka berdua yang sudah memenuhi ruangan ini. *** Sedangkan di sebuah Hotel. Tubuh Agnes mengikuti langkah Brice. Wanita cantik itu kini sudah masuk ke dalam ruangan presidential suite. Dan begitu pintu tertutup. Brice menyandarkan Agnes di belakang pintu. Melumat bibir Agnes dengan begitu dalam, di sesapnya dengan kuat. Membuat Agnes mengeluarkan suara erangan dan desahan yang begitu seksi. Agnes membalas lumatan demi lumatan dari Brice. Rasanya sungguh memabukkan. Wanita cantik itu semakin mahir membalas ciuman Brice. Bibir mereka saling mencecap dan melumat, Agnes sudah bergelayut di leher Brice. Memasrahkan dirinya di gendong oleh pria itu. Ciu-man mereka semakin dalam dan penuh ga-irah. Tangan Brice yang saat ini berada di bo kong Agnes, di remasnya dengan kuat bersamaan dengan menghisap kuat bibir Agnes. “Akhh….!” Wanita cantik itu mengerang dengan seksi mendapat ciuman panas seperti itu. “Kamu sangat cantik, Agnes.” Bisik Brice dengan suara seraknya begitu melepaskan pagutannya. Menatap manik indah dan wajah Agnes yang begitu sensual. Agnes tersenyum dengan da da naik turun. Terlihat begitu erotis di mata Brice. “Kamu juga sangat tampan Brice.” Ucap Agnes di telinga Brice, dengan sedikit hembusan napas panasnya. Brice senang, dia menyeringai. Membalas perbuatan nakal Agnes. Dia masuk ke dalam ceruk leher Agnes, mengecupnya sesaat dan berkata. “Malam ini, aku akan membuat kenangan yang indah untukmu. Aku akan memberikan kenikmatan yang tidak akan pernah kamu lupakan dengan setiap sentuhan dan cu-mbuanku di tubuhmu.” Agnes memundurkan wajahnya agar bisa melihat wajah Brice. Punggungnya ia sandarkan dipintu, membuat tangannya bisa leluasa memegang wajah tampan itu. Wanita cantik itu tersenyum, menangkup kedua pipi Brice. Di kecupnya bibir Brice dengan berani, dan mengedipkan matanya dengan penuh menggoda. Brice tersenyum, “Kau sungguh seksi Agnes!” geramnya yang langsung melumat wanita cantik itu. Menurunkan Agnes perlahan, namun tangannya dengan kuat memeluk pinggang Agnes. Sedangkan tangannya yang satu sudah menurunkan restleting dress ketat Agnes. Sambil saling berbalas lumatan. Agnes dan Brice saling melepaskan pakaian mereka. Dalam sekejap, kini mereka berdua hanya mengenakan dalaman saja. Brice menatap tajam keindahan tubuh Agnes yang berada di depannya. Tubuh Agnes yang kini hanya berbalut bra dan dalaman segitiga berwarna hitam tampak begitu seksi. Lekukan gitar spanyol yang tadi terbungkus dress kini terpampang jelas di depannya. Kulit mulus dan putih miliknya, serta da da Agnes yang masih terbungkus itu membuat ga-irah Brice semakin membuncah tak tertahankan. Begitu juga Agnes yang tidak bisa melepaskan sorot matanya. Mengagumi tubuh atletis Brice yang begitu sempurna. Tubuh Brice bagaikan mahakarya yang begitu luar biasa. Agnes mengusap da da Brice dengan lembut. Menyentuh da da, lengan, setiap otot di tubuh Brice. Tubuh pria di depannya ini sungguh menggoda dan menghipnotisnya. Dia tidak dapat mengelak dan menahan dirinya. Brice menggeram merasakan sentuhan Agnes di tubuhnya. Tangan dan jemari lembut Agnes menelusuri kulitnya. Brice menutup matanya, menikmati setiap sentuhan yang begitu menggoda ini. “Brice…?” ucap Agnes dengan napas berat dan mata sayu. “Heem?” gumam Brice dan membuka matanya perlahan, menatap sorot indah dari Agnes. “Malam ini…” gumam Agnes, membalas tatapan penuh ga-irah dari Brice, lalu mendekatkan wajahnya. Merapatkan kening mereka, “Puaskan aku, sentuh aku, Brice.” Bisik Agnes dengan bibir mereka yang saling bersentuhan. Brice tersenyum, “As your wish, Agnes.” Kemudian melumat bibir Agnes dengan kasar. “Dan, kamu tidak akan pernah melupakan malam ini.” Bisiknya, lalu memeluk tubuh Agnes dengan kuat. Pria tegap dan gagah itu membawa Agnes di dalam gendongannya menuju tempat tidur berukuran king size. Di rebahkannya tubuh Agnes di atas tempat tidur. Membuat Agnes berada di bawah kungkungannya. Brice mengusap lembut wajah cantik Agnes, menatapnya dengan penuh mendamba. “Kamu sangat cantik,” Kemudian pria itu melepaskan dalaman atas Agnes dan melemparnya asal ke lantai. Gluk! Brice cukup terkejut melihat reaksi tubuhnya, menanggapi keindahan tubuh Agnes seperti ini. Seolah bukan seperti dirinya. Dia seolah tersihir dengan kecantikan dan keindahan yang ada di depan matanya. Padahal sudah begitu banyak wanita yang ia tiduri karena sifatnya yang tidak betah hanya satu orang wanita saja. Namun kini, Agnes membuatnya sangat menginginkannya. Dia ingin membuat wanita ini menjerit dan mendesah dengan kuat di bawah kungkungannya. Brice menggeram menatap tubuh polos itu, pria itu langsung melumat bibir Agnes dengan kuat. Tangannya pun tidak tinggal diam mulai menyentuh wanita cantik itu. Suara e-rangan dan de sa han Agnes yang lolos di sela lu-matan mereka. Bersambung…
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN