YUKIDARUMA

1190 Kata
Hari pertama salju turun. Usai membuat dua cangkir s**u hangat, cokelat dan vanilla, Fitri memberikan satu cangkir untuk Jill yang masih berbaring di tempat tidur pasca perdarahan kemarin. Ia kemudian memperbaiki posisi kain yang menyelimuti Jill yang sudah tak melekap sempurna. Melihat gadis bule itu menggigil, Fitri berinisiatif untuk menambah kehangatan dari mesin penghangat ruangan. Fitri duduk sebentar di bibir tempat tidur. Saat teringat bahwa dirinya berencana akan memasangkan kaus kaki untuk Jill, ia langsung bangkit dan mendekati lemari yang tak terlalu jauh dari tempat tidur dan mengambil sepasang kaus kaki berwarna biru laut, milik si gadis berambut pirang itu. “Sepertinya kamu kedinginan sekali, Jill. Aku pasangkan kaus kaki, ya?” Fitri dengan telaten memasangkan benda pembungkus kaki itu untuk sahabat bulenya tersebut. “Terima kasih banyak, Fitri. Maafkan aku sudah merepotkanmu.” “Jangan meminta maaf. Kita ini bersahabat, ‘kan? Jadi kamu tidak perlu merasa telah merepotkan.” Fitri memandang Jill sebentar, tersenyum, kemudian kembali menyelesaikan aktivitas memasang kaus kaki. Setelah merasa sudah memberikan semua yang dibutuhkan Jill saat itu. Fitri kembali mengurus keperluannya. Kembali fokus pada urusan pribadinya. Ia meletakkan cangkir berisi s**u cokelat hangatnya di atas meja, kemudian duduk di depan jendela kaca kamarnya sambil memandangi butiran putih yang jatuh dari langit itu dengan penuh rasa kagum. Momen ini adalah salah satu yang paling ditunggu-tunggunya sejak berada di Jepang. Ketika masih berada di Indonesia—yang hanya memiliki dua musim—ia hanya bisa melihat salju dari tayangan video-video di media sosial. Kali ini dirinya menyaksikan secara langsung bagaimana benda dingin itu jatuh dan menetap di setiap benda yang dihampirinya. Bagian atap setiap bangunan yang dilihat Fitri sudah mulai memutih, begitu pun pepohonan dan benda-benda tinggi lain, sudah ditumpangi salju meskipun belum sepenuhnya ditutupi partikel uap air yang mendingin di udara itu. Fitri mengarahkan pandangan ke bawah, ke arah gerbang asrama, ternyata si putih yang membekukan itu sudah lumayan banyak terhampar di halaman. Ia teringat sebuah video tentang seorang mahasiswa Indonesia yang saat bertemu musim salju pertama kali lantas membuat yukidaruma, sehingga Fitri pun juga ingin sekali membuat boneka dari salju itu. Fitri mengarahkan pandangan sebentar pada Jill. Seandainya gadis itu dalam keadaan sehat, tentu dirinya berencana untuk mengajak Jill, tetapi keinginan itu harus diurungkan. Ia sebenarnya sangat tidak sabar untuk bisa menyentuh salju. Namun, untuk keluar dan bermain salju sendirian pun baginya tak menyenangkan. Fitri menyesap minuman. Ia tiba-tiba teringat dengan naskah novelnya. Dirinya pun berencana untuk melanjutkan mengetik naskah novel saja, dari pada terus-menerus memperhatikan salju turun yang membuat keinginannya untuk membuat yukidaruma semakin menggebu-gebu. Ia bangkit dari sana sambil membawa cangkir minumannya dan menuju meja belajar, mengenyakkan tubuh di atas kursi, meletakkan cangkir di atas meja dan membuka laptop. Bersamaan dengan kegiatan yang sedang dilakukan Fitri, tiba-tiba ponselnya yang terletak di samping laptop bergetar. [Suada-chan, apa kabar?] Sebuah pesan masuk dari nomor ponsel Takashi, yang entah kenapa membuat Fitri sangat bersemangat. Ia mengetikkan pesan balasan untuk pemuda bermata sipit itu dengan semangat. [Kabar baik. Takashi-san bagaimana?] [Syukurlah. Saya juga baik. Suada-chan sedang apa?] [Baru berencana untuk mengetik naskah novel. Sebenarnya ingin membuat yukidaruma, tapi tidak ada teman. He he] Fitri menyampaikan keinginannya untuk membuat boneka salju pada Takashi. Ia sadar bahwa pemuda itu sebenarnya tak perlu tahu keinginannya karena itu bukanlah hal penting. Lagi pula ia mengerti jika pertanyaan Takashi hanyalah sebuah basa-basi saja. Jadi, sebenarnya ia cukup menceritakan apa aktivitas yang sedang dilakukan. Namun kalimat itu mengalir begitu saja di pikirannya dan jemarinya dengan lancar mengetik apa yang muncul di ingatan tanpa terlalu pikir panjang. [Saya temani, ya?] Ternyata Takashi merespons keinginan Fitri dengan menawarkan akan menemaninya. Namun, Fitri mengerti bahwa itu hanya basa-basi. [Kamu kan jauh] [Saya akan ke sana] [Dari Tokyo? Kamu ini bercanda saja] [Tidak. Tunggu saja] [OK. Awas kalau tidak datang] [Ok.] Fitri tersenyum sambil menggeleng-geleng. Ia sangat yakin bahwa pemuda Jepang itu hanya sedang menggodanya. Apalagi salju di luar sana cukup tebal dan akan sangat merepotkan untuk keluar rumah dengan jarak yang tidak dekat. *** Sebuah pesan masuk kembali menggetarkan ponsel Fitri. Ia membukanya, dan mendapati Takashi mengirimkan sebuah foto dirinya tengah berdiri di depan gerbang asrama Fitri disertai kalimat konfirmasi bahwa ia benar-benar menepati janji. [Saya sudah di depan gerbang asramamu. Jangan lupa kenakan jaket dan sarung tangan] Fitri sangat kaget saat membaca pesan dari Takashi. Ia tak menyangka jika pemuda itu benar-benar serius akan datang ke asramanya. Dirinya buru-buru memakai jaket, sarung tangan dan jilbab. Kemudian, memberi tahu Jill dan bergegas menuju gerbang asrama. Ia benar-benar mendapati pemuda itu berdiri di tengah-tengah salju. “Takashi-san, kamu benar-benar datang?” Fitri masih terlihat tak percaya. “Saya sudah bilang begitu, ‘kan? Ya sudah. Ayo kita buat yukidaruma,” ajak Takashi. “Kamu ke sini hanya untuk itu? Bukankah itu merepotkan?” Fitri melirik penuh selidik. “Tidak sama sekali, kok. Kamu, kan, teman saya. Jadi, kalau kamu butuh sesuatu yang saya sanggup lakukan, kenapa tidak? Lagi pula saya sangat suka membuat yukidaruma.” Takashi terlihat senang. Ia mencongkel-congkel butiran putih dingin itu dengan ujung sepatunya. “Kamu baik sekali, domo arigatougozaimasu.” Fitri membungkukkan badan. Dirinya merasa benar-benar tersanjung dengan niat baik pemuda Jepang itu. “Biasa saja, kok.” Takashi terlihat salah tingkah. “Kalau begitu. Ayo kita buat yukidaruma. Di Indonesia saya tidak akan pernah bisa membuatnya,” ajak Fitri bersemangat. Begitu kompak mereka membuat yukidaruma di tengah hamparan putih yang sangat dingin itu. Fitri yang baru pertama kali bersentuhan langsung dengan salju mencoba membuat yukidaruma ala dirinya. Sementara itu, Takashi membuat boneka dari salju itu dengan ukuran cukup besar. Fitri sangat serius memikirkan hiasan untuk yukidaruma-nya, sehingga tanpa sadar ia mengangguk dan menggeleng karena menjawab isyarat dari pikirannya sendiri. Takashi yang gemas dengan tingkahnya tersebut tiba-tiba mengisengi Fitri dengan merusak yukidaruma yang sedang dibuat gadis itu. “Takashi-san! Saya, kan, sudah capek, kamu malah merusaknya. Awas, ya. Saya akan merusak yukidaruma-mu juga.” Fitri bersiap-siap menendang boneka salju karya Takashi. “Are ... chotto matte.” Takashi meminta Fitri tak melanjutkan rencananya. “Ada apa?” Fitri mengernyit. “Kamu menendang yukidaruma-nya sambil difoto, ya?” “Kalo gitu jangan lagi nendang, ya. Udah, ayo foto,” ujar Fitri sambil tersenyum memeluk boneka salju tersebut. KLIK! Takashi berhasil mengabadikan momen saat Fitri tersenyum sambil memeluk boneka salju. “Wah. Hari ini benar-benar menyenangkan. Kapan-kapan kita buat yukidaruma lagi, ya.” “Kamu suka?” “Totemo sukidesu.” “Tapi jangan sering-sering, ya. Nanti kamu demam,” “Siap bos. Oh ya, kamu tunggu di sini sebentar. Saya akan buatkan kamu secangkir teh hangat.” “Tidak usah, Suada-chan. Saya langsung pulang saja. Akane sudah chat. Kalau kita bertemu lagi. Kita lanjutkan cerita yang kemarin terputus, ya,” pinta Takashi. “Cerita tentang Tuhan, ‘kan?” Fitri memastikan. “Tepat sekali. Sudah, ya, saya pulang dulu.” Takashi berlari menuju mobilnya, kemudian melambaikan tangan. Entah sejak kapan ia suka membuat yukidaruma. Padahal dirinya sangat mudah terserang flu. Dan entah apa juga yang menyebabkannya rela bersusah-susah memasang rantai di ban mobilnya agar tidak licin saat harus berjalan di tengah hamparan salju. *********** Yukidaruma : Boneka salju Totemo sukidesu : Sangat suka Domo arigatogozaimasu : Terima kasih banyak Are/Ano : Eh, anu
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN