Bab 9. Bermain Hati dan Bermain Api

1037 Kata
Akbar kembali ke rumah sang kakak dengan perasaan senang. Ketika Jayden Cole tidak berada di rumah, disitulah waktu yang tepat untuknya mendekati Stela. Akbar benar-benar hilang akal, cinta buta-nya membuat otak dan pikirannya tidak mampu bekerja dengan benar, begitupun dengan hatinya yang telah mati akan rasa sayangnya kepada kakak kandungnya sendiri. Di otaknya hanya ada satu tujuan yaitu merebut semua yang dimiliki oleh sang kakak, keluarga satu-satunya yang ia miliki. Sementara Stela nampak berbaring santai di ruang santai di mana televisi berukuran besar bertengger tepat di depannya. Kedua kakinya pun nampak menjulur hingga ke ujung sofa dengan kedua mata yang menatap layar televisi. Dres yang dikenakan olehnya pun sedikit tersingkap memperlihatkan kaki jenjangnya yang seputih salju alaska. Stela mengabaikan hal itu karena berpikir bahwa di rumah itu tidak ada siapapun lagi selain dirinya. "Kamu lagi ngapain, Stel?" tanya Akbar mengejutkan, membuat Stela sontak duduk tegak dengan perasaan gugup. "Astaga, Akbar. Kamu ngagetin aja sih?" decak Stela sontak memperbaiki dres yang ia kenakan. Akbar diam membisu, kedua matanya sempat menatap putihnya kedua kaki Stela membuat jantungnya seketika berdetak kencang. Pria itu memalingkan wajahnya ke arah lain mencoba untuk mengendalikan rasa aneh yang tiba-tiba saja menyelusup jiwanya. "Masih siang ko udah pulang, Bar?" tanya Stela seketika berdiri tegak. "Eu ... aku ke kamar dulu ya, ngantuk banget." Stela hendak melangkah, tapi kedua kakinya seketika terhenti saat telapak tangannya tiba-tiba saja diraih dan digenggam kuat oleh Akbar. Lagi dan lagi, Akbar melakukan hal di luar batas membuat Stela seketika merasa kesal. Bukankah mereka sudah sepakat akan menjaga batasan? Stela menggerakkan pergelangan tangannya sedemikian rupa mencoba untuk melepaskan lingkaran tangan Akbar Cole. "Lepasin aku, Akbar. Kamu udah janji gak bakalan ngelewati batas!" sahut Stela menatap tajam wajah Akbar. Bukannya menanggapi permintaan Stela, yang dilakukan oleh Akbar adalah mendekatkan wajahnya kemudian mendaratkan bibirnya secara tiba-tiba di bibir ranum Stela Manjalita membuat wanita itu merasa terkejut tentu saja. Pria itu bahkan meletakan kedua telapak tangannya di kedua sisi wajah Stela agar wanita itu tidak dapat menghindari kecupannya. "Hmm!" Stela berontak sedemikan rupa, tapi hasilnya sia-sia. Sekujur tubuhnya seketika menegang bagai tersambar sengatan listrik bertegangan tinggi. Sesuatu yang aneh tiba-tiba saja terasa mengusik jiwa seorang Stela. Rasa yang tidak ia dapatkan ketika suaminya sendiri menyentuh tubuhnya. Stela sempat terbuai ketika Akbar mulai menyisir setiap jengkal bibirnya membuatnya terlena, tapi wanita itu segera meraih kembali kesadaran dan meraup pikiran waras-nya yang sempat tersingkir. Stela segera menghempaskannya tubuh Akbar keras dan bertenaga, telapak tangannya pun secara refleks melayang ke udara kemudian mendarat di wajah pria itu keras dan bertenaga. "Lancang kamu, Akbar!" teriaknya kesal. "Ternyata aku salah menilai kamu, aku pikir kamu paham apa yang aku katakan tadi pagi, tapi ternyata ucapan aku itu cuma masuk ke telinga kiri kemudian keluar dari telinga kanan. Kamu b******k, Akbar!" Stela segera berlari ke arah tangga seraya mengusap ujung bibirnya yang basah karena saliva. Sementara Akbar hanya diam mematung penuh penyesalan seraya mengusap rahangnya yang sempat ditampar. Mengapa dirinya sampai hilang kendali dan berbuat sesuatu yang membuat Stela murka? Akbar mengusap wajahnya kasar lalu menoleh dan menatap kepergian Stela dengan perasaan kesal. "Akh! Sial, sial, sial! Kamu bodoh, Akbar! Bodoh!" sahut Akbar merutuki sikapnya sendiri. *** Stela membuka pintu kamar lalu masuk ke dalamnya dan kembali menutup pintu juga menguncinya kemudian. Ia tidak ingin Akbar tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan melakukan hal yang tidak terduga nantinya. Wanita itu kembali mengusap ujung bibirnya secara berkali-kali seolah merasa jijik dengan apa yang baru saja ia lakukan bersama adik iparnya sendiri. "Dasar b******k!" umpatnya dengan kedua mata yang berkaca-kaca. "Ya Tuhan, kenapa aku harus terjebak salam situasi seperti ini, Tuhan? Suamiku saja udah membuat aku merasa tertekan, mengapa Engkau hadirkan Akbar juga di rumah ini? Aku takut tak bisa menjaga imanku, Tuhan? Aku takut hilang kendali dan menduakan suamiku dengan adik iparku sendiri." Tubuh Stela perlahan mulai beringsut turun hingga ia duduk tepat di belakang pintu. d**a seorang Stela seketika terasa sesak, rasa bersalah kepada suaminya pun mulai memenuhi relung hatinya. Stela bukanlah wanita yang biasa bermain hati apalagi bermain api. Jayden Cole tetap suaminya terlepas dari perasaan cinta yang seharusnya membentengi rumah tangga mereka tak kunjung hadir juga di hatinya. Stela seketika terperanjat ketika pintu yang berada tepat dibelakang punggungnya tiba-tiba saja diketuk dari luar. Wanita itu sontak berdiri tegak seraya mengusap kedua matanya yang sempat berair. Knop pintu pun di putar secara berkali-kali membuat Stela sontak memundurkan langkahnya dengan tubuh yang gemetar merasa ketakutan. "Stela, kamu lagi ngapain? Buka pintunya, ini Mas!" sahut Jayden dari luar sana dengan nada suara lantang. Stela seketika menghela napas lega saat mendengar suara suaminya. "Iya sebentar, Mas," jawab Stela kembali mengusap buliran hening yang masih tersisa di kedua sisi wajahnya. Stela menghela napas panjang lalu menghembuskannya pelan sebelum akhirnya membuka pintu kamar. "Kenapa harus dikunci segala? Sebenarnya kami lagi ngapain sih?" decak Jayden kesal seraya berjalan memasuki kamar. Stela segera berbalik lalu berjalan ke arah ranjang dengan kepala menunduk tanpa menjawab pertanyaan suaminya. Namun, Jayden seketika meraih telapak tangan sang istri kemudian menariknya kasar hingga tubuh Stela berdiri tepat di hadapannya. Jayden menatap wajah Stela dengan seksama. "Kamu kenapa? Kamu habis nangis?" tanya Jayden menatap kedua bola mata Stela yang memerah. "Nggak, aku gak apa-apa," jawab Stela sinis kemudian menghempaskan telapak tangan suaminya kasar. Jayden tidak menyerah, kali ini ia meraih pinggang sang istri dan membawa ke dalam dekapannya. Stela sontak meletakan kedua telapak tangannya di d**a bidang Jayden dengan kedua mata yang membulat terkejut. Sementara kedua tangan pria itu melingkar kuat di pinggang Stela, bahkan sangat kuat membuat Stela tidak dapat berkutik. "Katakan, kenapa kamu menangis?" tanya Jayden, tapi hanya kebisuan yang ia dapatkan. Stela bahkan memalingkan wajahnya ke arah lain karena wajah suaminya itu berada sangat dekat dengan wajahnya kini. "Mas minta maaf karena udah berbuat kasar sama kamu, Stela. Mas menyesal, Mas sadar kamu terlalu baik untuk diperlukan sekasar itu. Kerja aja Mas gak tenang karena keingetan terus sama kamu, Stela," lirih Jayden lembut. "Kamu mau 'kan maafin Mas? Kamu mau 'kan membuka hati kamu buat Mas, suami kamu ini?" Stela diam seribu bahasa kembali menatap wajah suaminya dengan perasaan tidak percaya. "Kenapa kamu diam aja, Stela? Kamu gak akan meninggalkan Mas dan lebih memilih si Akbar, 'kan? Mas tau, Stela. Mas tau kalau kamu adalah cinta pertamanya Akbar." Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN