" Seharusnya mereka sudah sampai kan?" batin Ayu yang sedari tadi mondar mandir di kamarnya sudah seperti setrikaan baju.
Ia sedang menunggu kabar dari dua orang yang tadi pagi berpamitan mau ke kota yang sama itu. Namun ini sudah 1 jam dari jadwal seharusnya pesawat yang mereka tumpangi sudah tiba di bandara Soeta.
Pucuk di cinta ulam pun tiba seperti kata pepatah ponsel Ayu yang sedari tidur tenang di nakas berdering dengan volume tertingginya. Ayu memang sengaja menyetel volume nada deringnya di level paling tinggi agar ia langsung bisa mendengarkan kalau ponselnya berbunyi. Secepat kilat Ayu meraih ponselnya dan duduk di tepi ranjang.
IMAM
Nama yang tertera di layar ponsel keluaran terbarunya. Sedikit ada rasa kecewa sih karena bukan kakak tersayangnya yang menelponnya.
"Imam pun tak masalah lah, toh mereka juga sedari tadi bersama" gumam Ayu seraya menggeser layar untuk menerima panggilan.
" Assalamualaikum cantik" sapa suara di seberang sana.
" Waalaikumsalam manis" balas Ayu kilat. " Kak anul bareng sama kamu gak? " lanjutnya.
" Ya ampun malah yang di tanyain kakaknya. Eh aku kan lebih tua dari kamu, berarti kamu juga harus manggil aku kakak dong! " perintah Imam tanpa memberikan jawaban.
" Yakin mau di panggil kakak juga?" tanya Ayu memastikan.
" Yakin dong" jawab Imam dengan pasti.
" Kalau aku panggil kakak gak bisa di ganti lho nanti dengan panggilan yang lain." goda Ayu lagi.
" Aish gitu amat sih."
" Hahaha becanda kok. Makanya mana kak Anul?" ucap ayu sekali lagi menanyakan keberadaan kakaknya.
" Kak Anul lagi berbincang tuh sama Rose si pramugari. Gercep juga kak Anul bisa deket sama GARANG." jawab Imam.
" Apaan itu garang kak?" tanya Ayu heran mendengar istilah yang di pakai Imam di ucapan terakhirnya. " Eh tadi siapa namanya itu pramugari. Rose? " lanjutnya dengan cepat.
" Gadis terbang dek. Hahaha." jawab Imam sambil terkekeh. " Iya namanya Rose." lanjutnya lagi.
" Emang kakak kira kak Rose kelelawar apa main asal bilang gadis terbang. Bagus lah akhirnya mereka bertemu kembali." ucap Ayu dengan senyum bahagianya.
"Takdir memang berpihak pada kak Anul sekarang. Kawan lama datang kembali." batin Ayu
" Sudah dulu ya, mereka memanggilku. Kali aja nanti dapat kenalan gadis terbang juga." ujar Imam.
" Cih sok ke cakepan lu. Ya sudah salam sama kak Anul dan kak Rose. Titip pesan buat kak Anul bilang segera hubungi adiknya ini ya. Jangan sampai adiknya terlupakan karena kawan lama."
" Emang cakep aku mah. Cakep banget malah. Okey siap bos. Inget tungguin aku pulang" ucap Imam lalu memutuskan sambungan telponnya.
Dasar para cowok cowok ini. Apa sebegitu menarik kah gadis terbang gumam Ayu dalam hati sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ayu kembali meletakkan ponselnya di atas nakas lalu beranjak keluar meninggalkan taman. Sore ini dia harus memotong bunga-bunga mawarnya yang sudah mekar sempurna sebelum bunga-bunga itu layu. Dia sudah berjanji akan mengantarkan bunga-bunga itu ke butik sang mama pukul 18.00 ini. Sekarang hatinya sudah tenang karena dua orang yang ditunggu sedari tadi sudah memberikan kabar.
*****
Butik Mama.
"Selamat datang nona" sapa seorang pramuniaga yang berdiri ramah di pintu masuk untuk menyambut para tamu, pakaiannya rapi dengan rambut yang di cepol.
Seluruh karyawan di sini menggunakan seragam khusus yang diberikan oleh pemilik butik mulai dari yang menggunakan lengan 3/4 sampai lengan panjang. Dari rok di bawah lutut sampai yang menutupi hingga mata kaki, dari yang menggunakan hijab sampai yang tidak berhijab tergantung kenyamanan para karyawannya.
" Hallo Rita, mama di mana?" sapa Ayu yang sudah sangat mengenal pemilik suara yang selalu bertugas menjaga pintu masuk itu. Karena wajahnya kini tertutup oleh buket bunga mawar yang sangat besar membuatnya sedikit susah untuk melihat karena wajahnya sukses tertutup dengan buket itu. Ada sekitar seratus puluhan tangkai mawar merah yang tersusun cantik di sana, Ayu sendiri yang merangkainya dia memang jago dalam hal itu, sekalipun jurusan kuliahnya kesehatan namun Ayu memiliki hobi dalam membuat kerajinan tangan.
Seratus tangkai mawar itu langsung di betik dari taman kesayangannya, alhasil membuat setengah area taman mawarnya menjadi gundul. Bunga itu dihias dengan kertas tissue berwarna merah muda sebagai lapisan paling luar, dan kertas lilin berwarna putih di bagian dalamnya. Tidak lupa Ayu memberikan simpul pita berwarna pink fanta pada pegangan buket tersebut.
" Eh mbk Ayu kirain siapa tadi, sini biar aku bantu bawa buket bunganya" jawab Rita yang kini sudah menyodorkan kedua tangannya untuk mengambil alih membawa buket bunga tersebut.
" Makasih ya Rit, ini bunga pesanan mama khusus untuk diberikan ke tamu spesialnya sebagai hadiah. Jangan sampai lecet ya, susah lho ini bikinnya." ucap Ayu memperingatkan.
" Adek Ayu sudah datang, pesan ibu adek di minta naik ke lantai dua menemui beliau" ucap Gita sang asisten siapa lagi kalau bukan mamanya Ayu yang bernama Ratna Mulia. Gita adalah orang kepercayaan mama Ratna di saat pemilik butik sedang berada di luar kota maka dia lah yang akan mengambil alih butik tersebut.
Ayu juga sangat dekat dengan Gita bahkan sudah ia anggap seperti kakak perempuannya sendiri.
" Baik kak. Sekarang Ayu ke atas, ada siapa aja di sana kak?" tanya Ayu.
" Owh itu ada pelanggannya ibu yang sedang fitting gamis syari untuk acara nikahannya nanti." jawab Gita yang hanya di balas dengan anggukan kepala oleh Ayu.
Jadi buket bunga ini untuk pelanggannya mama itu gumam Ayu dalam hati.
Butik ini adalah salah satu butik yang terkenal dengan koleksi pakaian muslimah terlengkap di kota ini. Mulai dari pakaian tidur, pakaian sehari-hari, seragam untuk ke kantor bahkan sampai menyediakan juga pakaian untuk di kenakan di acara terpenting yang hanya berlangsung sekali seumur hidup yaitu acara ijab qabul tentunya dengan tema-tema syari gitu. Karena memang sedikit susah untuk mencari gamis syari apalagi untuk acara akad nikah. Tak hanya menjadi tukang buat buket bunga dadakan, Ayu bahkan terkadang di minta sang mama untuk menangani make up para klien mama nya. Sebut saja Ayu jadi MUA dadakan. Hihihi.
"Assalamua.. " ucapan salamnya terhenti ketika melihat sosok pria yang berdiri di depan sang mama. Ayu mematung di tempatnya tepat setelah ia selesai menaiki anak tangga terakhir di lantai dua, bagaimana tidak pria itu adalah seseorang yang sangat di kenalnya. Bahkan karena orang itu dirinya jatuh sakit selama seminggu setelah kepulangannya dari Bali. Orang yang menghilang begitu saja tanpa satu kata pun, dan sekarang orang itu berdiri di hadapannya bersama sang mama yang sedang menunjukkan sebuah gaun pengantin berwarna putih tulang yang anggun nan cantik lengkap dengan hijab besar dan cadarnya. Gaun berbahan dasar barukat mewah yang di lapisi furing hyget di dalamnya.
Hari ini benar-benar menjadi hari yang tak terduga selain sang kakak yang bertemu dengan kawan lamanya. Ternyata dia juga mengalami hal yang sama bertemu dengan sahabat lamanya di waktu yang kurang tepat. Beruntung itu buket bunga bukan dia yang bawa ke lantai atas kalau sampai dia yang bawa sudah di pastikan buket itu akan rusak karena terjatuh dari genggamannya. Sekarang saja dia masih mematung di tempatnya sudah hampir di detik-derik menuju hitungan menit.
"Waalaikumsalam." jawab dua orang itu kompak dan menoleh berjamaah ke arah Ayu.
Mata Ayu dan Ichal pun bertemu, Ayu berusaha menyadarkan dirinya yang sedari tadi seperti manekin baju yang ada di butik itu. Dengan langkah pelan namun pasti Ayu mendekati dua orang itu.
" Lebih baik pura-pura tidak kenal saja lah" batinnya.
" Hai ma, buketnya sudah aku siapkan di sana. Apa tuan ini yang akan menerima hadiah buket itu ma?" tanya Ayu.
" Iya sayang, perkenalkan ini tuan Ichal beliau sedang melakukan fitting baju bersama calon mertuanya untuk dikenakan istrinya nanti di acara pernikahan mereka!" terang mama dengan senyum bahagianya. Ayu juga mengulum senyuman.
" Selamat ya tuan, semoga lancar sampai hari H dan menjadi keluarga sakinah mawadah warohmah " ucap Ayu dengan doanya.
Ichal masih tetap diam dengan tatapan yang sulit di artikan.