Seminggu berlalu dan Pak Rizal benar-benar telah mengundurkan diri menjadi direktur utama PT Satyasfood dan akan digantikan dengan Direktur baru yang dijadwalkan akan segera datang ke perusahaan ini hari ini. Namun tak ada yang menyebutkan nama sang direktur, hingga semua orang menduga-duga siapa yang akan menjadi Direktur utama, apalagi ternyata petinggi Satyas namanya juga dirahasiakan karena semua cucunya tidak ingin terkenal apalagi terkenal dimedia masa. Bahkan ada gosip yang mengatakan jika cucu Alisatyas yang akan menjadi direktur Satyasfood adalah cucu luar beliau.
"Ruang rapat sudah siap," ucap Wirda.
"Iya nih tegang banget, soalnya kita kan nggak tahu gimana direktur baru kita ini," ucap Septi.
"Semoga nggak banyak aturan baru dan permintaan aneh dari beliau," ucap Galang.
"Permintaan aneh apaan sih?" Sinis Septi.
Galang menghela napasnya dan dulu ia pernah mendapatkan atasan gila perempuan. Bahkan atasan itu memintanya untuk mencarikan Karyawan mereka yang ingin kencan semalam dengannya. "Permintaan tidur sama Karyawan," ucap Galang.
"Mana ada yang begitu," ucap Septi kesal.
"Ada kok," ucap Galang membuat Wirda dan Septi menelan ludahnya. "Dulu saat diperusahaan lama, aku pernah diminta Bos buat mencarikan Karyawan perempuan yang bisa ditiduri," ucap Galang.
"Ogah banget, aku mendingan nggak usah kerja saja," ucap Wirda."Banyak pekerjaan lain yang menghasilkan uang dari pada diminta macam-macam apalagi tidur sama Bos, ogah banget," ucap Wirda.
"Kalau aku tergantung sih, kalau Bos tampan mau ya nikahi aku saja Pak bosnya asal Pak bosnya nggak punya istri. Kalau udah dinikahi, mau dong ditidurin hehehe..." kekeh Septi.
"Itu tuh kalau kebanyakan nonton sinetron," ejek Galang.
"Yey siapapun mau ya jadi cinderlela zaman sekarang, hanya perlu kerja ngerayu suami dapat duit, tim berbaring santai dirumah tapi gaji bulanan gede," ucap Septi.
"Uang nggak menjamin kebahagiaan Mbak, menikah itu harus sama orang yang tepat!" Ucap Wirda. Ia mengingat masalalunya bagaimana ia dihamili karena dendam, kemudian dipaksa untuk menikah, neraka yang diciptakan laki-laki itu membuatnya sangat terluka. Ingin rasanya melupakannya, namun ia tahu mencoba untuk melupakan berarti ia harus menutup rapat mengenai masalalunya kepada putranya Damar.
Damar satu-satunya kebahagiaan yang tersisa setelah ia diperlakukan kasar oleh laki-laki itu. Mempertahakan kewarasannya saja sangat sulit ia lakukan, jika ia tidak memiliki Damar yang harus ia jaga dan ia besarkan dengan penuh kasih sayang. Tapi Wirda bisa bernapas lega karena laki-laki itu sekarang ini tak pernah muncul dihadapannya lagi, meskipun ia ingin bertemu dengan putranya. Sosok yang berkuasa yang bisa melakukan apa saja dan tidak takut apapun itu seolah menghilang dari hadapannya selama empat tahun.
Ponsel Wirda berbunyi membuatnya segera mengangkatnya dan ternyata asisten direktur utama Pt Satyasfood meminta rapat besar diadakan sekarang juga. Wirda yang posisinya masih menjadi Sekrtaris akan sangat sibuk hari ini. "Kita akan rapat, Direktur baru akan datang jam sepuluh," jelas Wirda dan ia segera melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan Septi dan Galang yang juga sama paniknya segera mengintruksikan untuk bersiap diri. Jika direktur baru ini akan mengadakan rapat bersama dan melakukan mutasi karyawan agarkan meningkatkan kinerja Karyawan, mereka bisa saja akan pindah ke cabang atau ke daerah lain termasuk ke kantor-kantor distributor pelosok.
Saat ini tepat pukul sepuluh semua karyawan penting PT. Satyasfood sedang berkumpul menunggu kedatangan direktur baru yang merupakan salah satu cucu pemilik Satyas grup. Rumor dari sebagaian Karyawan wanita mengatakan jika wajah cucu Alisatyas bisanya sangat tampan, memang cucu-cucu dari seorang Alisatyas tidak menyukai media masa dan cenderung tak ingin dipublikasikan selama ini.
Suara keributan dalam ruang rapat membuat Wirda menghela napasnya dan ia sama paniknya karena sosok ini yang kemungkinan besar akan ia layani sebagai seorang skretaris yang profesional. Sorang laki-laki segera masuk kedalam ruangan ini dan Wirda tersenyum mempersilahkan laki-laki itu untuk masuk, namun ketika melihat sosok yang berada dibelakang laki-laki itu, membuat senyum diwajah Wirda seketika hilang. Apalagi laki-laki itu melewatinya tanpa menujukkan ekspresi terkejut bahkan seperti tidak mengenalnya. Laki-laki itu duduk disinggasananya dan semua peserta rapat terdiam karena aura tenang yang ditujukan laki-laki itu membuat mereka tahu, laki-laki itu pasti bisa memimpin Satyasfood lebih baik lagi dari pada direktur sebelumnya.
Wirda menahan diri untuk tidak terguncang dan wajahnya memerah karena menahan amarah. Ada perasaan kesal, sedih dan juga ketakutan saat ini, apalagi trauma menghadapi laki-laki ini rasanya belum hilang. Ia dengan pelan duduk disamping laki-laki ini dan menahan diri untuk segera pergi dari ruangan ini. Ia bukanlah seorang Wirda yang baru tamat SMA yang dulu diperlakukan kasar oleh laki-laki ini.
"Assalamualikum, selamat pagi semuanya. Saya tidak bayak hal yang akan saya sampaikan pada rapat ini, karena kalian juga baru pertama kali bertemu dengan saya. Nama saya Januarta Sanjaya Satyas," ucap Janu membuat Wirda menahan air matanya agar tidak menetes. Sudah beberapa tahun ini ia tidak bertemu laki-laki ini dan hari ini seolah dipermainkan olah takdir, ia kembali bertemu dengan cara seperti ini. Selama ini ia hidup dengan tenang berkuliah dan membesarkan Damar putranya tanpa laki-laki ini. Ia yakin kedatangan laki-laki ini bukanlah suatu kebetulan, mengingat ada bantuan dari Kelvin saat ia mencari pekerjaan dan atas rekomendasi Kelvin, ia mendapatkan pekerjaan di perusahaan ini.
Setelah selesai rapat, Wirda menuju kamar mandi ia kemudian menghubungi Kakak perempuannya Aruna. "Assalamualikum Mbak," ucap Wirda.
"Walaikumsalam," ucap Aruna.
"Mbak...hiks...hiks..." tangis Wirda terdengar.
"Kamu kenapa Dek?" Tanya Aruna terdengar panik.
"Laki-laki itu muncul di Kantor aku Mbak, aku harus bagaimana? Aku benci sama dia....hiks...hiks...aku nggak mau ketemu dia lagi!" ucap Wirda dan isak tangis Wirda yang terdengar memilukan, membuat Aruna menghela napasnya.
"Nggak bisa terus menghindar sayang, walau bagaimanapun dia ayahnya Damar dan kalian juga..." ucap Aruna terhenti karena ia berat untuk mengatakan ini. "Kalian belum bercerai secara hukum, pernikahan kamu dimata hukum masih diakui Dek, kamu istrinya," ucap Aruna.
Wirda terdiam, satu tahun yang lalu ia pernah mengatakan ingin bercerai, namun ia tidak tahu dimana keberadaan Januarta Sanjaya. Ia bahkan tidak tahu singkatan nama S yang ada diujung namanya Janu setelah Sanjaya adalah Satyas. "Apa Mbak meminta bantuan Mas Gatra saja agar kalian biasa bicarakan semuanya baik-baik?" Ucap Aruna.
"Aku mau berhenti bekerja Mbak," lirih Wirda.
"Kamu sebaiknya bertemu dengan Janu dan bicarakan semuanya baik-baik!" Pinta Aruna.
"Berbicaradengannya tidak akan pernah baik-baik saja Mbak," lirih Wirda dan ia menutup ponselnya.
Wirda tahu sekarang ternyata menghadapi Janu bukanlah perkara mudah, karena Janu bukan hanya seorang Sanjaya tapi juga Satyas. Keluarga konglomerat sama seperti Candrama dan ia yakin mereka memiliki hubungan pertemanan yang erat, terbukti selama ini laki-laki itu tidak muncul dihadapanya dan kemungkinan besar Aruna meminta Gatra suaminya untuk menyelesaikan semuanya secara baik-baik saat itu. Wirda keluar dari kamar mandi setelah menghapus air matanya dan memperbaiki riasannya. Ia melangkahkan kakinya menuju Ruangan direktur utama Satyasfood dan tanpa mengetuk pintu ruangan ini, ia masuk kedalam ruangan itu begitu saja membuat asisten Januarta terkejut melihat keberanian sekretaris yang imut dan cantik ini.
"Anda sangat lancang, masuk keruangan ini tanpa mengetuk pintu," ucap asisten Januarta. Ia mendekati Wirda dan ingin menarik tangan Wirda, namun Wirda memundurkan langkahnya.
"Kamu keluar!" Usir Wirda dingin kepada asisten Januarta. Janu yang sejak tadi menandatangi berkas mengangkat wajahnya menatap perempuan yang ada dihadapannya dengan dingin, membuat asisten Janu terkejut.
"Sebaiknya anda yang keluar!" Pinta asisten Janurta dengan isyarat matanya. Perempuan yang berusaha mendekati Januarta Sanjaya Satyas akan mengalami hal buruk karena penolakan Janu yang kasar, bahkan sangat kejam. Janu bisa saja mempermainkan keluarga mereka yang mengusik dirinya dan berusaha untuk mendekati Janu dengan beberapa permepuan.
Janu kembali membaca berkas dan ia menandatangi berkasnya dengan santai, seolah tidak terpengaruh bahkan tidak mengenal sosok perempuan yang saat ini ada dihadapannya. "Kalau kamu ingin selamat lebih baik kamu keluar dari ruangan ini!" Bisik asisten Janu yang tidak tahu hubungan yang Wirda miliki dengan bos besar mereka.
"Janu..." teriak Wirda, membuat asisten Januarta membuka mulutnya. Wirda melepaskan sepatu yang dipakainya dan ia melemparkan sepatu itu kearah Janu. Detik berikutnya sepatu itu mengenai kepala Janu membuat Janu mengangkat wajahnya dan ia mengeraskan rahangnya. Ia berusaha meredakan emosinya dan menatap asistennya dengan isyarat matanya, agar segera keluar dari ruangan ini dan membiarkan singa kecilnya yang cantik ini berada diruangan ini bersamanya.
Mata dingin itu menatap Wirda, membuat sekujur tubuh Wirda bergetar hebat, ia ketakutan namun ia berusaha keras agar telihat berani menghadapi laki-laki yang ada dihadapannya ini. "Saya mengundurkan diri dari perusahaan ini!" Ucap Wirda.
"Kenapa? Uangmu sudah banyak?" Tanya Januarta Sanjaya membuat Wirda mengepalkan kedua tangannya dan ia menahan air matanya, agar tidak menetes. Menujukkan kelemahannya didepan laki-laki tidak bermoral ini, hanya akan membuatnya kembali terluka karena mengingat masalalu.