chapter ~ 02

1021 Kata
angin pagi membelai wajah Ayana yang tertidur pulas dengan lembut memberikan kesegaran pagi masuk kedalam kamar Ayana melalui jendela yang dibuka Santana. wajah Santana terlihat bersemangat untuk membuat Ayana bangun dari tidurnya dengan lembut, takut Ayana terkejut dan kesal. "Ayana sayang, bangun dong sudah jam berapa ini"kata Santana berusaha membangunkan Ayana dengan menciumi pipinya dan beberapa kali mengguncang badannya. "5menit Bu"protes Ayana tidak rela bangun dari tidurnya. "ibu buat sandwich lho, kalau tidak cepat nanti dihabiskan paman Leon "kata Santana mulai melipat selimut yang dipakai Ayana.  mendengar itu sontak Ayana bangun lalu berdiri. sejenak diusapnya air liur yang menetes di wajah cantiknya, walaupun terasa sia-sia malahan belepotan di seluruh wajahnya. "Paman Leon ada dirumah Bu? sejak kapan?"tanya Ayana heran, Santana menoleh dan tertawa melihat bekas air liur diwajah Ayana tercetak jelas dan sisa-sisa perjuangan Ayana menghapusnya. "cuci muka sana ih jorok banget anak ibu. Iya paman Leon datang tadi malam waktu kita tidur"jawab Santana menghindari pelukan Ayana yang mendadak.  "sudah sana tidak usah peluk-peluk, ibu geli liat tu air liurnya", Santana keluar kamar setelah dilihatnya Ayana masuk kamar mandi yang memang ada dalam kamarnya. terkadang Santana heran melihat tingkah Ayana yang sudah berumur 25tahun tapi seperti masih anak kecil. mudah-mudahan saja calon suaminya sabar kelas berat mengetahui tingkah Ayana. hidup selalu berpacu dalam waktu dan uang bahkan tidak mengenal kawan atau lawan. tapi satu hal yang dinyakini oleh Santana hanya satu kejamnya cinta melebihi kejamnya uang dan itu pernah terjadi sekali dalam hidupnya. karena kecemburuannya Matthew akhirnya semua orang harus menanggung beban dan itu penyesalan terbesar Santana. dipandanginya Niel yang manja dalam pelukan Leon di ruang tamu, hatinya menghangat melihatnya. "apa aku boleh bergabung disini"tanya Santana mendekati mereka. Leon langsung memeluknya erat dan menariknya duduk disebelahnya membuat Niel protes. tawa Santana membahana melihat Niel cemberut dan tidak terima Leon lebih memilih memeluk dirinya. "baby..."Rajuk Niel tak tahu malu dan mencolek tangan Leon gemas. "ih apaan sih ayah, jangan seperti bocah dong. malu dilihat Ayana nanti"tegur Santana dan diikuti tawa Leon yang terbahak-bahak puas. diusapnya air mata yang menetes ke pipinya. "dimana bayiku Santana"tanyanya sambil tersenyum lebar ketika tangan Niel melingkar di pinggang dan menggoda untuk disentuh.  "sedang di kamar mandi baru bangun"jawab Santana merebahkan kepalanya dipangkuan leon. rasa lelah mendadak dirasakannya sesaat begitu Leon mengelus rambutnya dengan sayang.  tiba-tiba  "paman!!! ibu!! ayah!! dimana sih"teriak Ayana membuat mereka bertiga merubah posisi duduk masing-masing. Ayana menemukan mereka berada diruang tamu memandang dirinya. spontan Ayana nyengir kuda dan garuk-garuk kepala. "maaf"kata Ayana memelas. Mereka bertiga spontan bersamaan mentertawakan tingkah Ayana yang serba salah dan itu membuatnya kesal. "ih kok diketawain sih"protes Ayana kemudian duduk di sebelah Leon. cup "ih paman kebiasaan deh main cium pipi cantik Ayana"kata Ayana mengusap bekas ciuman Leon di pipi sedangkan Niel memutarkan bola matanya tidak terima.  bibirnya monyong 5cm membuat gemas Leon sebenarnya langsung saja ditutupnya dengan telapak tangannya, Santana berusaha keras untuk tidak tertawa dihadapan Ayana yang mulai sibuk mengunyah sandwich kesukaannya yang sudah disediakan dimeja tamu. karena kesal Niel meninggalkan ruang tamu dengan menghentakkan kakinya dan diiringi tatapan Ayana yang kebingungan sedangkan Leon hanya bisa pasrah melihatnya lalu mengikuti langkah Niel yang tenyata masuk kedalam kamarnya. "ayah kenapa Bu?"tanya Ayana dengan mulut penuh makanan. "tidak apa nanti juga baik lagi"jawab Santana menyesap kopinya yang sudah setengah cangkir.  Ayana tidak mau repot-repot mencari tahu karena sejak kecil kalau paman Leon datang, ayahnya selalu berubah menjadi berbeda dan ibunya tampak senang bertambah lagi ada orang yang akan diberikan makanan.  Leon mendekati Niel yang sudah tiduran di tempat tidur. melihat itu Niel langsung membalikkan badannya menghadap tembok. Leon yang sudah sedari tadi gemas, menariknya menghadap dirinya lalu menindihnya dan mengusapnya perlahan wajah yang dirindukannya. "Apa kabar istriku sayang"tanyanya dengan lembut dan menciumi wajah itu hingga Niel kerepotan. "Leon ah"protes Niel tapi yang diprotes tidak menggubrisnya malah mencium bibirnya Niel dan tangannya sibuk menyentuh disetiap bagian sensitif tubuh Niel hingga desahan dan erangan keluar dari mulut Niel. "aku merindukanmu Niel"kata Leon disela ciumannya yang sudah berpindah kearah bawah badan Niel. Niel merasakan badannya mendadak dingin, diliriknya badannya ternyata sudah tidak mengenakan selembar pakaian pun. Niel menutup matanya dengan tangannya tapi ditarik Leon cepat.  "kamu tidak merindukan aku sayang?"tanyanya sambil memasukkan bagian tubuh Niel yang sudah tegang dan keras kedalam mulutnya. "aku...tentu saja merindukanmu...ahh Leon itu enak sekali"racau Niel tidak kuat menahan gairahnya sendiri yang ditimbulkan dari mulut Leon bergerak naik turun belum lagi sentuhannya yang berada di dadanya.  setelah dirasanya cukup tangan Leon mencari lubang kesukaannya dan begitu menemukannya segera saja jarinya masuk kedalam membuat desahan Niel bertambah kencang. diciumnya sekilas bibir Niel yang sudah menjadi candu untuknya lalu dimasukkan miliknya kedalam lubang itu dalam sekali hentakan hingga menyentuh dinding sensitif didalam tubuh Niel. "ahhh itu sakittt"teriak Niel mencengkeram erat seprei ranjang. "maaf sayang tapi papa sudah tidak kuat lagi"kata Leon berusaha menenangkan sambil memacu miliknya keluar masuk dengan cepat dan itu membuat Niel menyemburkan cairan kental miliknya membasahi tangan Leon, perut bahkan seprainya. tapi Leon belum selesai, ia tetap memacu miliknya bahkan mengubah posisi Niel menjadi menungging sehingga mudah ia bergerak. Niel terangsang kembali dengan cepat dan itu membuatnya kewalahan menghadapi gairahnya yang dipacu oleh Leon dengan kasar. benar saja tak lama kemudian ia kembali menyemburkan cairan yang lebih banyak lagi. "Leon..aku sudah tidak kuat"rengek Niel yang tetap tidak digubris oleh Leon. tangan Leon segera mengocok milik Niel hingga tegang dan menekannya kuat agar tidak keluar dengan cepat. mengetahui itu Niel bergerak tidak karuan, Hujaman demi Hujaman terus dilakukan Leon. "baby..."teriak Niel ketika tangan Leon dilepas tepat saat Leon menyemburnya cairannya yang pertama kali kedalam lubangnya dan cairan kental Niel tumpah di seprai. Leon menarik lepas dari tubuh Niel lalu ambruk disebelahnya Niel yang sudah belepotan s****a. diciumnya bibir Niel hingga bengkak dan itu menambah manis Dimata Leon sedang Niel sudah tidak kuat lagi menahan rasa kantuknya karena lelah bercinta "love you" kata Leon sambil menarik selimut dan badan Niel merapat kearahnya sebelum mengikuti jejak Niel dalam mimpi dimana hanya ada dirinya dan Niel. matahari bergerak condong ketengah memberikan sinarnya dengan pongah. awan disekitarnya tidak mau kalah segera menutupinya. Ayana memandang langit melalui jendela kamarnya setelah selesai makan sarapan dan ibunya pergi meninggalkan dirinya entah kemana keluar rumah tanpa berkata-kata.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN