Menikahlah Denganku!

1365 Kata
Dior??? Sandy??? Baik Dior maupun Sandy, mereka sama-sama saling terkejut satu sama lain. Pertemuan yang tidak terduga itu mengupas kembali kenangan pahit yang pernah Sandy lakukan padanya. Dior ingin sekali memalingkan wajahnya dari tatapan jauh pria itu, tapi dia tidak mampu melakukannya karena matanya begitu tegas menatap Sandy yang sedang berjalan ke arahnya. “Apa ini takdir? Kenapa aku harus bertemu dengannya lagi? Bahkan, pertemuan kami terjadi di waktu yang tidak tepat sama sekali.” Gumam Dior di dalam hatinya. “Sayang, perkenalkan. Ini Dior. Dia yang akan menjadi WO pernikahan kita.” “Apa dia— kakak perempuan kamu yang pernah kamu ceritakan sama aku?” Callia mengangguk. Sandy pun langsung meneguk savilanya dengan cepat. Sikapnya yang gugup tidak bisa dia tutupi dari penglihatan Dior. ** “Dior, tunggu!” Panggil Sandy. Dia bergegas berlari mengejar Dior ketika Dior akan pergi meninggalkan tempat itu. Dior langsung mempercepat langkah kakinya dan berpura-pura tidak mendengar panggilan Sandy. Tapi, Sandy sudah keburu menghalangi jalannya duluan. Pria itu memasang badannya di hadapan Dior dan membuat tubuh Dior hampir saja menabraknya. “Apa yang kamu inginkan?” “Aku hanya ingin akrab dengan kamu sebagai orang yang sedang memakai jasa kamu.” “Aku akan mengundurkan diri sebagai WO pernikahanmu dengan Callia.” “Kenapa kamu harus mengundurkan diri? Apa masa lalu di antara kita yang menjadi alasannya?” “Iya.” “Come on, Dior. Aku tahu kalau yang telah aku lakukan padamu adalah sebuah kesalahan yang sangat besar, tapi masa lalu itu sudah berlalu sangat lama dan aku tidak akan melakukannya lagi.” “Semudah itu kamu mengatakannya, padahal kata maaf saja belum kamu ucapkan padaku. Sekalipun kamu sudah minta maaf padaku sampai jutaan kali nantinya, permintaan maafmu itu tetap tidak akan bisa menghilangkan luka perasaanku.” Sandy bergeming. Dia memang begitu kesulitan untuk mengeluarkan kalimat permintaan maafnya. Mulutnya terasa kaku sekaligus gengsi untuk mengatakan kalimat itu. “Andai aku tahu dari awal kalau yang menikah dengan Callia adalah kamu, maka aku akan menolak perintah Papaku!” Ucap Dior, geram. Kemudian, dia pun pergi dari hadapan Sandy. Pria itu hanya bisa bergeming setelah mendengarkan semua perkataan Dior tentangnya. “Oh, s**t!” Decak Sandy. Dia merasa kesal pada dirinya sendiri lantaran malah terlihat bodoh di depan Dior barusan. Sandy pun berjanji tidak akan diam dan pasrah begitu saja pada keputusan Dior yang ingin mengundurkan diri sebagai WO pernikahannya. Sandy juga berjanji pada dirinya sendiri kalau dirinya akan membuat Dior sampai bersedia untuk memaafkannya dengan cara apapun. ** NOBII GROUP COMPANY Setelah meninggalkan Gedung acara, Dior langsung meluncur menuju Gedung Perkantoran milik keluarganya, yakni Avory Tower. Dia datang ke Gedung bertingkat 100 itu untuk menemui Aston. Tapi ternyata, Aston sedang ada rapat penting dengan para stafnya yang terlibat dalam proyek baru dengan perusahaan Safroon Group. Dior pun diminta untuk menunggu Aston di ruangan kerjanya oleh sekertaris pribadi Aston. Selama menunggu, Dior sibuk melakukan pekerjaannya. Tanpa sepengetahuan Aston, diam-diam Dior telah membuat perusahaan sendiri yang bergerak di bidang Food and Beverage. Meski perusahaannya itu masih sangat kecil tetapi Dior mampu meningkatkan sahamnya dengan cepat melalui usaha tersebut. Perusahaan itu pun dia dirikan secara independen, bermodalkan dari uang pemberian Aston selama ini yang selalu masuk ke rekeningnya secara rutin setiap bulannya. Di saat Dior sedang fokus memeriksa pekerjaannya melalui jarak jauh, seseorang datang dan masuk ke dalam ruangan itu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dior mengira kalau orang yang datang adalah Aston. Tapi dugaannya salah, karena yang datang adalah Lyra, Mamanya. “Dior?” Lyra terkejut melihat Dior ada di ruang kerja suaminya. Dior segera berdiri dan memberi salam pada Mamanya. “Kapan kamu datang ke sini?” “Sekitar satu jam yang lalu.” “Lantas, apa tujuanmu datang ke sini?” Lyra bertanya, seraya mendudukkan tubuhnya di atas sofa sambil memposisikan kakinya dengan elegan. “Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan Papa.” “Apa sesuatu itu?” “Mmm... maaf, Ma. Aku tidak bisa memberitahu Mama, karena ini cukup privasi.” “Ya, Mama tahu kalau kamu tidak akan mau terbuka tentang apapun pada Mama. Hhh...” Lyra membuang nafas kasar. “Ternyata, kepergian Ann dari dunia ini masih belum mengubah apapun pada sifat dan pribadi kamu. Cukup mengecewakan.” Lanjutnya, dengan nada santai namun menjengkelkan. Dior pun terdiam dengan perkataan Lyra. Dia enggan membalas ucapan Mamanya. Melihat Dior diam tanpa membalas perkataannya, Lyra melirik. Dia sama sekali tidak peduli dengan perasaan putri sulungnya itu. “Ngomong-ngomong, sudah sampai sejauh mana persiapan pernikahan Callia dan Sandy?” “Soal itu—“ Cklek, Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka oleh seseorang dan langsung melepaskan obrolan singkat di antara Ibu dan anak itu. “Eheem.” Aston langsung berdeham begitu dia melihat Dior dan Lyra sudah ada di ruang kerjanya. Dior segera berdiri kembali untuk menyapa Aston dengan salam hormat. Lalu, tatapan matanya beralih sejenak ke arah sosok pria yang menjadi kaki tangan Aston sudah 10 tahun lamanya, Alaska. Lirikan mata Dior disambut dengan lirikan yang sama oleh Alaska. Perjumpaan mereka yang sudah lama sekali tidak saling bersua wajah membuat keduanya saling mengukir sedikit senyuman di bibir mereka berdua. “Kenapa kalian bisa ada di sini?” Tanya Aston. “Ada yang harus aku bicarakan dengan Papa.” Jawab Dior. “Kamu memang selalu seperti itu. menemuiku hanya karena kamu ada urusan denganku saja. Jika tidak, maka kamu akan menghilang berhari-hari bahkan berminggu-minggu lamanya. Terakhir, kamu menghilang sampai bertahun-tahun lamanya tanpa mau berkomunikasi denganku.” Aston menyindir secara blak-blakan. “Begitulah putri sulungmu itu. Sifatnya benar-benar menurun dari Ann.” Sahut Lyra, seraya bersedekap dan mengekorkan senyuman sinis di sudut bibir kirinya. “Diamlah! Aku tidak sedang bicara denganmu.” Tukas Aston pada Lyra, yang terlalu ikut campur pada urusannya dengan Dior. “Aku ini sedang memberitahumu, kalau putrimu yang satu ini selalu saja menyusahkan kamu. Bahkan, ketika dia tinggal di Amerika, dia masih saja merepotkan kamu. Sekarang, dia kembali lagi ke sini, aku yakin kalau dia akan tetap dan terus merepotkan kamu!” “Lantas, apa yang harus aku lakukan padanya agar membuatnya berhenti merepotkanku? Yang sesuai dengan maumu.” Aston mempertanyakan balik perkataan Lyra. “Haruskah aku mengatakannya di sini?” “Ya, tentu saja. Katakan di sini agar Dior juga mengetahuinya, jadi aku tidak perlu repot-repot untuk mengulang perkataanmu lagi.” “Baiklah, aku akan mengatakannya di sini jika memang itu maumu, suamiku.” Ucapnya, seraya menampilkan seringai tajam yang hanya tertuju pada Dior seorang. Kebenciannya pada Dior tidak juga sirna meski 17 tahun telah terlewati. Dior dan Aston segera bersiap untuk mendengarkan perkataan Lyra. Akan tetapi, keberadaan Alaska kembali mengganggu Lyra. Dia tidak ingin privasi keluarganya diketahui oleh orang lain, meskipun sebenarnya Alaska sudah bukan lagi orang asing untuknya, dan kejujuran serta kesetiaan Alaska pada keluarga Van sudah tidak perlu diragukan lagi. “Pergilah!” Titah Lyra dengan gerakan sigma menggunakan wajahnya. “Aku tidak ingin ada kau di sini.” ** “Aku benci wanita itu! BENCI!!” Glek! Glek! Glek! Dior meneguk kopi dinginnya kembali setelah melepaskan kalimat yang sama untuk yang ke sekian kalinya. “Jangan terlalu membencinya, nanti kamu akan terus terluka.” “Aku memang sudah sangat terluka. Bahkan, hidupku tidak akan pernah merasa bahagia sampai kapanpun setelah malapetaka di hari itu.” “Mau sampai kapan kamu akan terus menjadikan hari itu menjadi hari yang mengubah hidupmu menjadi sial terus sepanjang waktu?” “Selamanya. Karena realitanya aku tidak bangga dengan kecantikanku. Kamu pikir, memiliki wajah cantik, otak cerdas, dan keluarga yang kaya raya seperti aku adalah kesempurnaan. Justru dari semua yang aku miliki di dalam hidupku ini adalah kesialanku! Bagiku, cantik itu luka. Kamu bahkan bisa melihat sendiri kalau Callia yang tidak secantik aku bisa mendapatkan suami lebih dulu. Meskipun suaminya sangat brengsek.” Ucapnya, penuh decitan, dan mengakhiri kalimatnya dengan gumaman pelan. “Tapi, setidaknya ada pria yang serius ingin menikahinya. Sedangkan, aku?” Dior menoleh cepat Alaska yang duduk di sampingnya, lalu menatap lirih pria itu dengan binar. Tatapan mata Dior langsung melemahkan perasaan Alaska yang selalu merasa kasihan pada wanita itu. “Sekarang aku tanya. Jika aku mengajak kamu menikah minggu depan, apa kamu akan bersedia?” Tanya Dior, iseng Dengan cepat Alaska menjawab, “Iya, aku bersedia.” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN